Earlier month (date).
Idia bete.
Hari ini, ada dua mata kuliah yang harus ia ikuti untuk memenuhi SKS yang telah ditetapkan guna menyelesaikan tugas akhir. Kewajiban sebagai mahasiswa tingkat sepuh, maka tak akan heran apabila ada kakak tingkat yang turut bergabung ke kelas adik tingkatnya. Namun, perasaan yang sempat dongkol itu perlahan luruh dan tergantikan dengan cekikik dalam hati sebab kelas yang ia pilih cenderung sepi.
Ini kelas sisa karena aku isi KRS saat injury time, kah?
Mengambil tempat duduk paling tinggi sehingga ia tak harus menuruni anak tangga untuk melewati yang lain, pemuda biru lantas menyibukkan diri dengan tab dan bluetooth headphones yang ia aktifkan guna memblokir seluruh bunyi atau suara yang tidak perlu melewati indranya. Surai kebiruannya menghalangi jarak pandang, sengaja tidak diikat. Katanya, kalau ada seseorang di kiri atau kanannya tidak akan terlihat.
Namun, pada akhirnya, Idia teralihkan dengan cara yang halus. Ada ambu yang ia hafal betul serta siluet anggun yang mengambil sisi yang kosongnya. Lalu, siluet itu mengeluarkan suara kegemarannya sepanjang sejarah peradaban hidup seorang tuan muda Shroud, "Iya, lusa ada rapat lagi. Terima kasih sudah mengantarku, Riddle."
"Sama-sama, senpai. Lorongnya satu arah, kok."
Riddle tidak engeh dengan hal yang terjadi di sekitar, kedua kaki jenjang mungilnya lantas langsung keluar kelas yang tidak memiliki sangkut paut dengan ia. Lain Russet yang sibuk mengeluarkan laptop yang Idia buatkan darinya. Sebelum akhirnya Idia menoleh setengah percaya dan tak percaya, dan Russet yang memandang mata amber cukup kaget.
"Idia!?"
Idia melepas headphonesnya, "KAMU NGAPAIN!?"
"Loh!" Sangkal Russet. "Aku kuliah!"
"Kok, kelas kita sama!?"
"Aku terlambat isi KRS karena lupa!"
"Aku isi KRS juga saat injury time!"
Keduanya sama-sama tertawa sebelum Russet benar-benar duduk di sisinya.
"Aku kira aku yang keliru, tetapi saat kuingat-ingat lagi, memang tunanganku saja yang pakai parfum spice begitu."
"Kamu yang pilih parfumnya."
"Yang cocok itu." Sambung Idia, sembari mengikis jarak yang ada dari ia dengan gadisnya. Sedikit mengendus dekat kerah almamater Russet di mana ambu parfum banyak keluar dari sana. "Tuh, benar hanya pantas yang ini."
Mendengar itu, Russet hanya mengulum senyum tipis saat jemarinya masih menyentuh layar biru di hadapan. Sepertinya, mengerjakan laporan festival yang baru-baru ini diadakan dalam akademi Night Raven College.
"Aku tadinya mau mengirim pesan padamu."
"Aku meninggalkan ponselku di Heartslabyul, Idia."
Ada decakan samar yang Russet dengar sebelum cebikan itu disusul gerutuan. "Kebiasaan Russet."
Sudah biasa betul bagi keduanya saling bergurau begitu. Terlebih untuk Idia yang gemas sendiri pada gadisnya, yang bisa dikatakan cukup jarang membawa ponsel dan menggunakan alibi bahwa mereka masih bisa bersua di kampus, atau bisa saja mampir ke asrama satu sama lain untuk sekedar bertukar cakap.
"Notifikasi grup itu menganggu," Kilah Russet dengan kedok membela diri. "kamu mestinya kasihan padaku. Lihat aku. Lihat kantung mata ini."
Idia memiringkan kepala bingung. Di balik kacamata gadisnya, ada yang mengganggu betul di bagian bawahnya jika diperhatikan lekat-lekat. Kantung mata itu—kantung mata yang bagi Idia tidak akan mampu mengurangi wajah manis daun musim gugurnya. Tidak. Tidak akan pernah. Namun, jika sudah demikian, Idia tidak akan mau mencela kekurangan fisiknya yang tidak akan permanen itu. Kantung matanya memang mengerikan untuk dilihat, dan Idia yang biasa dikenal tidak akan mencampuri urusan hidup orang lain, kali ini merasa harus mempertimbangkannya kembali jika menyangkut dewinya.

YOU ARE READING
Nesta
FanfictionNesta; pure. a Twisted Wonderland antology. credit: Disney-Twisted Wonderland, Aniplex, and our dear Yana Toboso-sensei. Aku mah minjem karakternya aja dari kemaren-kemaren.😂😂 Enjoy, Kantokusei-san. Welcome!! first published: August 15, 2022. by...