000

5.4K 316 10
                                    

Ctarr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ctarr

Dari sebuah basement, terdengar suara cambukan yang sangat keras, berasal dari salah satu jeruji besi di sana. Bagas, pria dewasa yang kini tengah mencambuk seorang pemuda.

"Sialan, gara-gara kamu perusahaan saya diretas, dasar anak brengsek!" Bagas terus mencambuk pemuda tersebut dan berteriak kepadanya, meluapkan emosi yang menggebu-gebu dalam dirinya.

Rayanza Bagaskara, pemuda yang dari tadi menerima cambukan dari sang ayah. Ia pasrah, melawan pun rasanya akan sia-sia, tak ada rintihan yang keluar dari mulutnya. Ia tahu, jika mengeluarkan rintihan sekecil apapun itu, akan membuat Bagas semakin marah dan semakin menyakiti dirinya.

Setelah beberapa menit mencambuknya, Bagas merasa puas, ia akhirnya berhenti dan pergi meninggalkan jeruji besi tersebut seakan-akan tak pernah ada sesuatu yang terjadi.

Para penjaga di sana hanya bisa menatap kasihan pada Rayanza. Mereka ingin membantu tuan mudanya itu, namun mereka tahu Bagas akan menghukum mereka jika melakukannya.

"Maaf tuan muda, kami tak bisa membantu tuan," ucap salah satu di antaranya. Mereka menatap sendu kearah Rayanza yang kondisinya sangat mengenaskan.

Rayanza tidak menanggapi ucapannya, tubuhnya sangat sakit, tenaganya seakan habis terkuras, namun ia tetap memaksakan dirinya untuk duduk dan bersandar di dinding.

Rayanza mendesis pelan, menahan nyeri tatkala merasakan luka di punggungnya yang terasa lebih menyakitkan ketika bergesekan dengan dinding kasar itu.

"Tuhan, berikan aku kesempatan untuk beristirahat sebentar saja. Aku hanya ingin bernafas dengan lega tanpa harus memikirkan bagaimana nasibku di keesokan harinya."

Rayanza menghela nafas lelah dan menatap sekujur tubuhnya yang terdapat banyak bekas luka maupun luka yang belum sembuh. Rayanza menatap langit-langit penjara itu, ia tersenyum miris.

Rayanza merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebuah gantungan kunci rajut berbentuk bunga tulip putih yang ia beli saat ia sedang kabur beberapa hari lalu, ya walaupun ujung-ujungnya tetap tertangkap.

Rayanza merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebuah gantungan kunci rajut berbentuk bunga tulip putih yang ia beli saat ia sedang kabur beberapa hari lalu, ya walaupun ujung-ujungnya tetap tertangkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunga tulip putih melambangkan rasa simpati, permintaan maaf, pengampunan dan penyesalan, juga memiliki makna kesucian. Rayanza ingat, bundanya selalu menolak pemberian hadiah, namun akan langsung menerima tanpa ragu jika yang diberi adalah bunga berwarna putih tersebut.

"Bunga tulip putih, bunga kesukaan bunda."

Rayanza menggenggam erat gantungan kunci itu dan tersenyum lirih. Ingin rasanya ia kembali ke masa lalu, untuk memberitahu bundanya seberapa ia sangat mencintainya.

Saat sedang asik memandangi bunga tulip rajut itu, ia merasaakan sakit teramat di dadanya. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba untuk bertingkah senormal mungkin agar tak menarik perhatian para penjaga

Karena rasanya tak tertahankan oleh Rayanza, kesadarannya perlahan mulai menipis, memaksanya untuk menutup matanya dan hanya mempasrahkan diri dengan takdir.

*
*
*
*
*

𝐑𝐚𝐲𝐚𝐧𝐳𝐚'𝐬 𝐧𝐞𝐰 𝐥𝐢𝐟𝐞 [𝐭𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 || 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang