024

648 81 4
                                    

Renza menutup matanya, perlahan mulai terdengar suara dengkuran halus dari bilah bibirnya, menandakan bahwa ia telah berkelana ke alam mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renza menutup matanya, perlahan mulai terdengar suara dengkuran halus dari bilah bibirnya, menandakan bahwa ia telah berkelana ke alam mimpi.

*****

    Malam harinya, Renza terbangun, ia duduk dan melamun, mengumpulkan nyawanya yang masih setengah. Setelah merasa sudah sepenuhnya sadar, Renza beranjak dari kasur dan menuju meja belajar di sudut kamarnya.

    Ia duduk di bangkunya dan membuka laci mejanya, mengeluarkan laptop khusus untuk urusan retas-meretas, Renza mulai berkutat dengan laptopnya. Angka dan huruf-huruf acak bermunculan di layar benda lipat tersebut. Terlalu asik bermain, Renza bahkan tak sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul 2 malam.

    Setengah jam kemudian, Renza selesai dengan permainannya, ia merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Wajar saja, ia sudah duduk lebih dari lima jam, ototnya terasa akan putus, dan juga, ia termasuk dalam spesies remaja jompo.

"Mainan yang menarik. Aku cukup kesusahan saat meretasnya, pantas saja selama ini mereka tak pernah terkena masalah peretasan,* Renza tersenyum puas, sudah lama ia tak menemukan mainan sebagus ini.

    Renza memindahkan data yang ia dapat ke ponselnya, lalu membuka aplikasi Whatsapp dan mengirimkan data tersebut ke nomor CEO perusahaan itu, bagaimana ia punya nomornya? Simple saja, bagi Renza, mendapatkan nomor seseorang merupakan hal yang sangat mudah.

    Renza berdiri dan berjalan menuju kasurnya, ia menghempaskan tubuhnya ke kasur king size itu, ia hendak tertidur tetapi ia teringat bahwa ia belum makan dari sepulang sekolah tadi.

*****

06.05

    Renza memasuki area sekolah itu dan memarkirkan motornya. Ia berjalan menyusuri lorong sekolahnya yang masih sangat sepi. Renza sengaja berangkat sangat pagi, bahkan sebelum matahari terbit seutuhnya.

    Orang tuanya berada di luar negeri mengurus pekerjaan, Gabriel pergi ke luar kota karena ada masalah di kantor, duo Sam bilang tidak akan pulang selama beberapa hari kedepan, Asha sedang mengambil libur semingguan karena mengikuti olimpiade Internasional di Canada. Sementara Fani dan Shaka menginap dirumah temannya, jadinya Renza sendirian di rumah untuk beberapa hari kedepan.

    Itu 'lah kenapa semalam tidak ada yang membangunkannya untuk makan malam, bahkan sampai sekarang Renza masih belum makan apa-apa. Saat tengah berjalan dengan santai di lorong yang sepi itu, tiba-tiba dari lorong di sebelahnya ada siswi yang sedang berlari, namun Renza tak menyadarinya.

Bruk

"Aduh!" siswi itu meringis pelan saat merasakan bokongnya mencium lantai lorong yang dingin itu.

"Maaf," Renza menyodorkan tangannya ke arah gadis itu, "ah, iya, gapapa, salah gue juga kok," siswi itu menerima uluran tangan Renza.

"Muka lo kaya pernah liat, lo siapa? Gue Nadine Faith, salam kenal," Renza terdiam mendengar nama siswi yang baru saja menabraknya itu, apakah ini yang namanya rezeki di pagi buta?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 12 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐑𝐚𝐲𝐚𝐧𝐳𝐚'𝐬 𝐧𝐞𝐰 𝐥𝐢𝐟𝐞 [𝐭𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 || 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang