019

975 88 6
                                    

    Saat ini Renza sedang berada di alam bawah sadarnya, sekelilingnya di penuhi oleh bunga tulip putih dan mawar putih, pemandangan yang sangat menyejukkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Saat ini Renza sedang berada di alam bawah sadarnya, sekelilingnya di penuhi oleh bunga tulip putih dan mawar putih, pemandangan yang sangat menyejukkan mata.

"Nuel! Noah!" Renza berlari mendekati sosok Nuel yang tengah duduk disebuah bangku, di sampingnya terdapat Noah yang menatap tajam kearah Renza.

    Renza duduk di antara keduanya, ia tak menyangka bahwa temannya juga akan ikut terbawa ke kehidupan barunya, "Anza ga nyangka kalian juga ikut kesini." Ucap Renza, ia sangat merindukan teman-temannya itu.

Nuel hanya tersenyum tipis, ia mengelus pucuk kepala Renza, "kangen, ya?" Tanyanya, Renza mengangguk semangat menanggapi pertanyaan Nuel.

Noah menatap malas kearah Renza, "dasar bodoh, dengan tulisan sialan itu saja traumamu kambuh? Pecundang," cibirnya.

Renza menatap sengit Noah, sementara yang ditatap balik menatapnya sengit. Nuel meggeleng pelan, keduanya memang akan selalu seperti itu jika bertemu.

    Renza menatap langit biru cerah diatasnya, "Nuel, Noah, kira-kira Anza bisa balik ke dunia lama Anza ga ya? Kangen ayah," Nuel mengelus rambut Renza, ia tak bersuara, tak tahu harus menanggapi seperti apa.

"Heh bocah, pria biadab itu masih kau anggap sebagai 'ayah'? Otakmu dimakan anjing, ya?!" Noah marah, tentu saja, karakternya memang tempramen dan juga pemarah.

    Renza menghela napas, ia tahu sifat Noah seperti apa, jadinya ia lebih memilih diam, jika ia menyangkal pun, sama saja dengan melemparkan bensin ke api yang sedang membara.

    Noah menyentil jidat Renza, membuat sang empu meringis pelan, "dengar bocah, kau itu terlalu naif. Kau menganggapnya sebagai ayah, lalu apakah ia menganggapmu sebagai anak?" Noah berkata dengan kasar, ia sungguh kesal dengan sikap Renza atau lebih tepatnya Rayanza yang dari dulu tak pernah berubah.

"Tapikan, mau bagaimanapun selama ini ayah yang rawat Anza, ayah pasti nganggep Anza sebagai anaknya kok!" sangkal Renza.

    Noah mencengkram dagu Renza kuat, memaksanya untuk menatap kearahnya, tatapan mata Noah sangat tajam, seakan sebuah pedang yang bisa memotong tubuh Renza kapan saja.

    Nuel berdiri dan menarik tangan Noah, ia segera menggendong tubuh Renza, dapat ia lihat bahwa dagu Renza membiru akibat cengkraman Noah yang sangat keras, tubuh Renza bisa dibilang kecil jika dibandingkan dengan Nolan, Noah, dan Nuel, bagai anak SMP di antara mahasiswa. Tidak, bukan berarti tubuh Renza kecil, namun memang 3N itu memiliki proporsi tubuh abnormal.

Nuel menatap Noah datar, Noah yang sadar bahwa dirinya sedang dalam bahaya pun tanpa sadar mundur perlahan, "Noah." ucap Nuel dingin.

𝐑𝐚𝐲𝐚𝐧𝐳𝐚'𝐬 𝐧𝐞𝐰 𝐥𝐢𝐟𝐞 [𝐭𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 || 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang