ִֶָ 𓂃˖˳·˖ ִֶָ ⋆★⋆ ִֶָ˖·˳˖𓂃 ִֶָ
Transmigrasi, memiliki konsep di mana jiwa seseorang berpindah ke raga yang berbeda. Rayanza Bagaskara, merupakan salah seorang pemuda yang tidak sengaja mengalami nasib di lu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tap Tap Tap
Renza dan geng Javier memasuki kantin yang sudah ramai, para siswa dan siswi yang melihat Renza datang bersama geng 'bermasalah' itu menatap takut-takut padanya. Siapa yang tidak mengenal geng Javier? Geng yang kerap membully adik kelas dan tawuran, sehingga membuat mereka menjadi cukup disegani, banyak yang takut pada mereka.
Renza berjalan menuju meja yang berada di tengah, karena hanya itu meja yang kosong, juga meja paling panjang disana, muat untuk 18 orang. Renza duduk diikuti yang lain, sementara Gio dan Arnold masih berdiri, mereka yang memesan makanan.
Saat Gio dan Arnold memesan makanan, Sebastian dkk mulai memasuki kantin, bergabung bersama Renza.
"Lo!!" Kai terkejut ketika menyadari bahwa rival mereka juga berada disini, kedua geng itu memang tidak pernah akur.
"Lah!" Javier ikut kaget karena mereka berada disini.
"Kalian saling kenal?" Renza menatap mereka heran, mengapa mereka saling menatap sinis satu sama lain?
"Ga!" elak Kai dan Javier bersamaan. Di antara yang lain, mereka berdua memang yang paling sering bertengkar. Renza hanya mengangguk malas.
Beberapa menit kemudian, pesanan mereka semua telah sampai. Gio dan Arnold juga sempat kaget ketika melihat geng si kembar berada disini, namun mereka tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, mereka tim netral.
Saat sedang makan dengan khidmat, Renza merasakan bajunya ditarik dari belakang, membuatnya menoleh. "Hm?" Atensi yang lain juga berpusat kepada Shaka, Shaka sendiri tak menyadari dirinya sedang menyengir kuda kearah Renza.
"Dompet Kay ketinggalan di rumah, jadinya ga bawa uang, hehe," cengirnya.
"Sini duduk." Renza menuntun Shaka untuk duduk di bangku kosong di sebelahnya. Shaka hanya menurut dan menerima setiap suapan yang diberikan oleh Renza, ia yang merasa diperhatikan pun menoleh.
Uhuk Uhuk
Shaka tersedak makanan yang berada di mulutnya saat menyadari ada Javier dan teman gengnya di sini. Ia teringat dengan perlakuan mereka selama ini, membuat tangannya bergetar pelan. Renza memberikan Shaka segelas air putih, membuat adiknya itu berhenti tersedak.
Renza yang menyadari adiknya terkejut karena keberadaan Javier dkk hanya menghela nafas. "Jangan takut, mereka ga akan macem-macem, kalo mereka masih berani nyakitin Kay, abang akan dengan senang hati memberi mereka sedikitpelajaran." Renza tersenyum. Di mata Shaka itu adalah senyum menawan, sementara di mata yang lain itu adalah senyuman psikopat, mereka bergidik ngeri.
"K-Kita mau minta maaf karena selama ini udah ngebully lo, kita janji ga akan nyakitin lo lagi ..." Javier tersenyum kikuk dan menatap Shaka takut-takut, ia trauma dengan kebrutalan Renza minggu lalu, syukur ia masih bisa hidup sekarang.