017

983 95 3
                                    

Hari sudah larut, jam dinding menunjukkan pukul 11 malam, Renza belum pulang, membuat anggota keluarganya panik, terutama Fani dan Shaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah larut, jam dinding menunjukkan pukul 11 malam, Renza belum pulang, membuat anggota keluarganya panik, terutama Fani dan Shaka.

Renza memang izin untuk pergi setelah sarapan, ia berkata hanya akan pergi sebentar, tetapi sampai saat ini laki-laki berusia 17 tahun itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Renza tak pulang, namun ia pasti memberi kabar ataupun meminta izin pada orangtuanya. Dan kali ini tidak, jika memang Renza tak bisa pulang, ia akan mengabari paling lambat jam 9 malam.

Angga yang pertama kali menyadari keanehan Renza, tetapi ia tak terlalu memikirkannya, hingga Angga sadar bahwa ada yang tak beres. Angga sudah menelpon Renza sedari tadi, namun nomor Renza tak dapat dihubungi. Ia juga sudah mencoba melacaknya, dan tak berhasil, sepertinya ponsel Renza mati.


"Ah, iya!" Seru Shaka, membuat seluruh anggota keluarganya menoleh, menatap heran Shaka. Shaka abai dan langsung berlari menaiki tangga, ia kembali dengan laptop berwarna putih dengan logo apel digigit yang berada di genggamannya.


Shaka duduk kembali diposisi semula dan mulai berkutat dengan laptopnya, hingga beberapa menit kemudian, sebuah maps muncul dilayarnya. Shaka menggulir maps itu hingga menemukan titik berwarna merah.

Shaka memperbesar maps-nya, "hutan xx, tengah hutan, 47° kearah utara dari jalan utama, gubuk tua dikelilingi oleh pohon beringin," ucap Shaka. Angga mengangguk paham, kemudian ia berdiri dan mengajak duo Sam dan Gabriel untuk ikut dengannya, ketiganya mengangguk dan tanpa berlama-lama mereka berempat langsung menuju lokasi yang dikatakan oleh Shaka.


Butuh waktu 4 jam untuk pergi kehutan itu karena memang lokasinya berada di kota lain, mereka pergi dengan 3 mobil. Angga mengendarai mobil dengan kecepatan penuh dengan Gabriel yang duduk di sebelahnya. Di belakang terdapat mobil Samuel dan Samudra, mereka berdua berjaga-jaga, walaupun sudah tengah malam, tak menutup kemungkinan musuh keluarga Bimantara akan menyerang mereka secara tiba-tiba.


Setibanya di lokasi, mereka melihat motor Renza yang terparkir diluar gubuk itu. Mereka memarkikan mobil dengan asal, dan langsung memasuki gubuk tua itu. Mereka terkejut ketika melihat Renza tengah terbaring dengan keadaan tubuh pucat dengan darah kering dilantai dan dihidungnya.


Samuel dengan cepat menggendong Renza dan membawanya menuju mobilnya, Angga menatap Gabriel sebentar, "Kamu bawa motor Renza, langsung pergi kerumah sakit."

𝐑𝐚𝐲𝐚𝐧𝐳𝐚'𝐬 𝐧𝐞𝐰 𝐥𝐢𝐟𝐞 [𝐭𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 || 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang