Rayanza melenguh pelan, menyesuaikan cahaya yang memasuki netranya. Ia menatap heran sekitarnya. Yang ia lihat adalah hamparan bunga tulip putih, begitu banyak dan besar.
Ia menemukan sebuah perairan yang terletak tak jauh dari tempat ia terbangun. Dengan perlahan, ia berjalan ke arah danau tersebut, manatap pantulan wajahnya di sana.
Sedikit tertegun, Rayanza menatap lamat wajahnya yang bersih, mulus, tanpa adanya luka ataupun bekas luka, bahkan lebam.
Tap
Merasakan tepukan lembut di bahunya, Rayanza lantas berbalik, menatap remaja laki-laki yang berdiri di hadapannya dengan bingung, terlihat dari sorot matanya bertanya-tanya.
"Hai, nama kamu Rayanza, 'kan?" remaja itu tersenyum ke arahnya.
Rayanza sempat terpana melihat senyuman remaja itu yang terlihat mirip dengan ibunya, damai dan teduh. Rayanza menggeleng pelan, meghilangkan pikiran konyol itu.
Remaja itu mengulurkan tangannya ke arah Rayanza, dan entah dorongan dari mana, Rayanza menerima uluran tangan darinya. Remaja tadi membawa Rayanza untuk duduk di antara bunga-bunga tulip putih.
"Siapa?" Rayanza bertanya tanpa menoleh, matanya fokus mengarah ke atas, menatap langit biru cerah yang dihiasi dengan awan-awan putih.
"Kenalin, nama aku Renza," ucap remaja yang mengaku bernama Renza itu. Rayanza hanya diam, menunggunya melanjutkan ucapannya.
"Terserah mau percaya atau engga, tapi aku adalah salah satu karakter di dalam novel yang pernah kamu baca, atau lebih tepatnya novel Our Story."
Our Story.
Merupakan sebuah novel yang sempat sangat booming di kalangan penggemar novel. Mengangkat tema kisah cinta remaja yang romantis namun penuh perjuangan, tentunya meningkatkan gairah para pembaca.
Ketenaran novel tersebut kian meroket dengan diadaptasinya novel itu menjadi sebuah film yang diperankan oleh aktor-aktor papan atas yang tentunya memiliki visual seperti dewa-dewi.
Waktu itu, Rayanza tak sengaja mendengar dua penjaga yang membicarakan tentang betapa populernya novel itu. Rayanza menjadi penasaran, untungnya penjaga tersebut dengan sukarela meminjamkan novel tersebut.
Rayanza akui novel itu memang menarik, baik dari cover, alur, tata bahasa, dan lain-lain. Novel itu memang layak mendapatkan gelar 'bestselling and most popular novels of the year' yang diberikan oleh kalangan penggemar.
"Aku tahu ini memang terdengar tidak masuk akal, tetapi kamu 'lah yang akan menempati ragaku mulai dari detik ini hingga seterusnya."
Rayanza mengalihkan atensinya ke arah Renza, ia mengangkat satu alisnya tanda tak mengerti, "seperti yang kubilang. Intinya, kamu bertransmigrasi ke tubuhku dan akan menjalani hidup di dunia novel mulai sekarang," jelas Renza.
"Konyol," ucap Rayanza tak percaya, ia kembali menaruh atensinya pada langit biru cerah di atasnya.
"Aku serius. Kamu akan menjalani hidup sebagai Renza Arkana Bimantara, salah satu karakter sampingan di novel itu," Renza mencoba menbuat Renza percaya.
Rayanza tetap diam tak bergeming, matanya fokus menatap awan yang bergerak lambat di atas sana, seakan ia tak mendengar ucapan Renza. Lagi pula, ini terlalu mendadak dan tak masuk akal baginya.
"Jika kamu bertanya tentang bagaimana keadaan ragamu, aku tak tahu. Intinya, kamu akan menetap di ragaku hingga waktu yang tidak tahu kapan."
Rayanza menghela nafas, ia akhirnya memilih untuk mempercayai saja apa yang Renza katakan walaupun hatinya masih ragu, "lalu apa yang harus kulakukan?" balas Rayanza cuek.
"Tidak ada. Kamu bebas melakukan apapun, karena yang sekarang menjalaninya adalah kamu, bukan aku. Tetapi jangan melakukan hal-hal yang memalukan, bagaimana pun itu masih 'lah ragaku," ucao Renza dengan kekehan kecil di akhir.
"Bagaimana kehidupanmu?" tanya Rayanza.
Renza terdiam, memikirkan pertanyaan Rayanza itu, sebelum akhirnya menjawab, "hanya ada satu kata yang bisa mendeskripsikannya: menyedihkan. Kurasa kau paham maksudku."
Renza terkekeh, diikuti oleh Rayanza. Mungkin, kehidupannya yang dulu tak akan terlalu jauh berbeda dengan yang sekarang, walau masih aneh rasanya akan hidup di dunia novel.
"Baiklah, sepertinya kau sudah mengerti. Aku akan pergi sekarang, waktuku telah habis. Sampai jumpa lagi."
Siluet tubuh Renza dengan perlahan mulai memudar, sebelum akhirnya tergantikan oleh kunang-kunang kecil yang berterbangan menjauh menuju sisi lain dari taman bunga tersebut.
Rayanza tetap diam di posisi semula, malas untuk bergerak. Hingga, sebuah cahaya putih menyedotnya, membuat kesadarannya semakin menipis, namun ia tetap pasrah.
Ya, pada dasarnya, pasrah dan malas itu adalah hal yang sama, hanya saja memiliki huruf yang berbeda. Dua kata itu akan memiliki satu makna yang sama, malas:pasrah, pasrah:malas.
*
*
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐚𝐲𝐚𝐧𝐳𝐚'𝐬 𝐧𝐞𝐰 𝐥𝐢𝐟𝐞 [𝐭𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 || 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠]
Mystery / Thrillerִֶָ 𓂃˖˳·˖ ִֶָ ⋆★⋆ ִֶָ˖·˳˖𓂃 ִֶָ Transmigrasi, memiliki konsep di mana jiwa seseorang berpindah ke raga yang berbeda. Rayanza Bagaskara, merupakan salah seorang pemuda yang tidak sengaja mengalami nasib di lu...