009

1.9K 178 0
                                    

—Satu minggu kemudian—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Satu minggu kemudian—

    Renza memasuki ruang kelasnya dengan santai. Tak berselang lama, guru memasuki kelas dan mulai mengajar, kemudian terdengar suara dari speaker yang memang terpasang di setiap lorong sekolah.

"Perhatian! Atas nama Renza Arkana kelas X Mipa II dipanggil kebruang kepala sekolah! Sekali lagi, atas nama Renza Arkana kelas X Mipa II dipanggil keruang kepala sekolah, terimakasih!"

    Renza berdiri dari tempat duduknya, dan izin ke guru yang sedang mengajar. Sang guru mengiyakan, Renza mulai berjalan menuju ruang kepala sekolah, setibanya di sana, ia dapat melihat banyak orang tua dan siswa-siswi yang sempat ia kasih 'sedikit pelajaran' kemarin. Renza pun duduk dibangku yang telah disediakan, menatap malas para ibu-ibu yang menatapnya tajam.

"Saya ga terima anak saya diperlakukan seperti ini! Pokoknya saya mau anak sialan itu dikeluarkan dari sekolah ini!" ucap wanita yang berdiri dibelakang Valdo Prayadi, sepertinya wanita ini ibunya. Para orangtua lain pun menyetujui ucapan ibu Valdo.

"Iya, saya setuju!"

"Bapak harus mengeluarkan anak ini! Dia sudah melukai keturunan Robbertson!"

"Saya selaku orang tua dari Aldara tidak terima anak perempuan saya dipukuli!"

"Jika bapak tidak mengeluarkan anak sialan itu dari sini, kami akan melaporkan kejadian ini kepihak berwenang!"

Renza menatap datar ibu-ibu yang terus mengoceh, suara mereka bagai tikus yang tertimpa beton, sangat mengganggu.

"Tenang ibu-ibu, kita dengarkan dulu seperti apa kronologi ditempat baru kita bisa menentukan siapa yang salah!" pak Bambang, kepala sekolah BR's school mulai menengahi kericuhan ibu-ibu itu.

"Ga bisa gitu dong pak! Apa lagi yang mau dijelaskan? Anak saya udah babak belur karena dia!"

Renza menatap murid-murid yang ia pukuli kemarin, ia tersenyum licik dan menatap mereka dengan tatapan rendah.

"Diam! Mau bagaimanapun, itu sudah sesuai aturan sekolah! Pihak sekolah tidak bisa langsung memberikan hukuman tanpa adanya kejelasan dari kedua belah pihak!" pak Bambang berkata dengan tegas, seketika ruangan menjadi sunyi, ia sudah sangat muak dengan ibu-ibu diruangannya itu.

"Kita dengarkan dulu dari pihak korban! Bisa jelaskan kronologinya bagaimana?" pak Bambang menatap murid-murid yang Renza pukuli kemarin.

"D-Dia tiba-tiba nyerang kami sampai kami babak belur pak! Padahal kami ga ngapa-ngapain!" Javier Marquez, mulai memprovokasi.

"I-iya pak!" yang lain ikut menyahut.

"Tuhkan pak! Sudah jelas siapa yang bersalah disini! Gitu doang kok ribet" ibu Javier berkata sambil menatap Renza tajam, tapi yang ditatap hanya diam tak bergeming.

"Mari kita dengarkan dari pihak pelaku terlebih dahulu! Nak Renza, mengapa kamu memukuli mereka? Bisa beritahu kronologinya?"

Ruangan kembali menjadi sunyi, Renza diam sebentar, ia kembali menatap murid-murid itu.

𝐑𝐚𝐲𝐚𝐧𝐳𝐚'𝐬 𝐧𝐞𝐰 𝐥𝐢𝐟𝐞 [𝐭𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 || 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang