021

870 91 0
                                    

Renza mengerjapkan matanya pelan, setelah 16 hari lamanya, akhirnya ia mau untuk kembali akibat perdebatan panjang antara dirinya dan Nolan.

"

Kau tak berniat kembali?" tanya Nolan. Renza menggeleng, ia tengah membaringkan kepalanya di atas pangkuan Nuel, sedangkan Nuel mengelus-ngelus rambut anak itu.

Nolan mengangkat satu alisnya, menatap Renza bingung, "kenapa?"

"Mau di sini saja, bermain bersama Nuel dan Noah," Noah mendelik mendengar jawaban Renza, bermain katanya? Selama beberapa hari ini justru Renza selalu membuatnya emosi dan berakhir dengan mereka berdua adu bacot, walaupun ujung-ujungnya Noah lah yang meminta maaf karena Renza yang mengadu kepada Nuel atau Nolan, cepuan sekali Renza ini.

    Jika ada perlombaan untuk orang yang paling sering menguji kesabaran Noah yang setipis tisu dibagi 10, ia yakin Renza akan langsung menang bahkan sebelum lombanya dimulai.

    Nolan menghela napas, ia duduk di samping Nuel dan menyentil jidat Renza, tidak terlalu kuat namun dapat membuat Renza meringis, sementara Nuel hanya diam.

    Noah menatap sengit kearah Nuel, apa-apaan ini? Saat Nolan menyentil jidat Renza, Nuel biasa saja, giliran dirinya yang bahkan hanya mencubit lengan Renza sedikit, Nuel langsung mengambil ancang-ancang seakan-akan ia berniat melenyapkan Noah detik itu juga.

"Cih, dasar pilih kasih, awas saja, aku akan balas dendam suatu hari nanti. Nuel brengs**, sia***, anj***,, bangs**, anak haram-" dan masih banyak lagi kata-kata pujian yang Noah berikan untuk Nuel.

    Tentu saja ia mengatakannya di dalam hati, mana berani ia mengatakannya langsung, itu sama saja seperti dirinya menceburkan diri kedalam kolam berisi ratusan buaya kelaparan.

    Entah Nuel yang terlalu peka atau instingnya yang kuat, ia menoleh dan menatap tajam Noah, tatapannya seakan berkata: apa kau ingin kembali kepangkuan Tuhan?

    Noah mengalihkan pandanganya, bertingkah seolah-olah tidak ada apa-apa. Ia lupa bahwa Nuel ini termasuk makhluk aneh bin ajaib, Nuel seperti tahu semua hal di dunia ini, termasuk saat seseorang membatin yang iya-iya tentang dirinya.

    Abaikan Noah yang kini sedang ketar-ketir setengah mampus, Renza bangun dari posisi berbaringnya dan duduk dengan lurus, ia menatap tajam Nolan, sementara Nolan hanya menatapnya datar.

"Apa sih!" Ucap Renza tak santai, ia emosi dengan Nolan yang tiba-tiba menyentil dahinya, mungkin dahinya sudah memerah sekarang.

    Nolan memberi isyarat kepada Nuel untuk pindah tempat, Nuel mengangguk tipis dan berpindah menuju tempat duduk disebelah Noah, membuat Noah berkeringat dingin. Badan Noah bergetar pelan, ia bertambah panik ketika Nuel hanya diam dan menyilangkan lengannya di depan dada, menatap kearah Nolan dan Renza tak minat.

"Benar-benar tidak berniat kembali?" Renza mengangguk menanggapi pertanyaan Nolan

"Memangnya kenapa? Kenapa pula harus kembali."

    Nolan mencoba bersabar menghadapi sikap Renza yang keras kepala ini, "kau kira aku tak lelah jika terus-menerus menggantikanmu? Keluargamu juga sudah merindukanmu, terutama bocah laki-laki cerewet itu, ia terus mengoceh dan menyuruhku untuk membujukmu supaya kau kembali."

"Bukan urusanku," Renza menyilangkan lengannya di depan dada, mengalihkan pandangannya.

Nolan menatap Renza datar, "kau harus kembali, sekarang."

𝐑𝐚𝐲𝐚𝐧𝐳𝐚'𝐬 𝐧𝐞𝐰 𝐥𝐢𝐟𝐞 [𝐭𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 || 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang