Roselyn menatap pantulan dirinya pada cermin. Menatap pantulan tubuhnya yang terbalut gaun mewah, dengan hiasan manik-manik dari kristal. Lehernya terikat dengan kalung berlian. Rambutnya masih rapi disanggul, lengkap dengan mahkota yang menyilaukan mata.
Masih jelas terekam di kepalanya. Bagaimana dirinya mendapat sorakan oleh rakyat ketika menaiki kereta kuda. Berjalan anggun memasuki istana besar. Tepat hari ini, Roselyn telah resmi menjadi istri dari kaisar di kerajaan Arendelle. Menandakan bahwa ia resmi menjadi permaisuri, ratu tertinggi diatas ratu dari kerajaan kecil lainnya. Harusnya ia senang, ini adalah hal yang ia impikan. Namun nyatanya, Roselyn tidak sebahagia itu. Kendati semua usaha yang ia lakukan telah berhasil, ia masih pula merasakan ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri.
"Ibu, apakah Ibu bersedih?"
Roselyn tersenyum, menundukkan badan. Mengelus pelan kepala putra kecilnya itu. "Tidak, Nak. Ibu tidak bersedih, Ibu hanya lelah."
Allan mengangguk penuh antusias. Tatapan khawatir yang tadi menghampiri wajahnya, kini lenyap. "Baiklah, Ibu. Aku akan menemui Ayah dahulu. Selamat beristirahat."
Allan membungkuk hormat, bocah kecil itu sudah paham dengan etika bangsawan. Membuat Roselyn tersenyum tipis melihat kepergian sang anak sulung. Permaisuri ini sangat bangga kepada Allan.
Roselyn kembali menatap cermin besar tersebut. Mengusap perutnya yang terlihat membesar. Kandungannya telah berusia tujuh bulan. "Jadilah anak yang hebat, Sayang. Itu adalah satu-satunya cara untuk membalas semua usaha Ibu."
Hingga malam hari, hingar bingar pesta tak jua membuat hati Roselyn ikut berbunga. Hatinya malah semakin terbang tinggi pergi dari istana besar ini. Ruang megah yang menjadi area dansa untuk merayakan gelarnya, hanya terasa kosong di mata Roselyn. Ia hanya menampakkan senyum palsu saja. Tak mungkin ia membiarkan orang lain tahu bahwa dirinya sedang bersedih di dalam pesta miliknya.
Pesta meriah itu selesai, Roselyn sudah berada di kamar utama yang amat sangat mewah. Wanita itu sudah mengganti gaun pestanya dengan gaun tidur yang tipis. Beberapa pelayan membantunya untuk melepas tatanan rambut miliknya. Mereka menyisir rambut panjang milik Roselyn dengan hati-hati. Membiarkan rambut tersebut terurai sesuai dengan permintaan sang ratu. Pelayan itu lantas pergi setelah menyelesaikan tugasnya. Kini tinggallah Roselyn sendirian di kamar tersebut.
Wanita yang genap berusia 30 tahun itu melamun. Membayangkan masa lalunya dahulu. Betapa banyak ia berkorban untuk keluarganya. Andai mereka tahu bagaimana usaha Roselyn untuk sampai di titik ini. Sampai di titik keluarganya tak perlu khawatir dengan bagaimana mereka menjalani hidup kelak. Roselyn telah menjamin mereka.
Roselyn mendengar pintu kamar tersebut terbuka. Lalu suara putaran kunci terdengar. Roselyn tentu tahu siapa yang memasuki kamarnya. Dengan langkah gontai, ia segera menuju ranjang untuk membaringkan tubuh. Namun sebelum itu terjadi, tangan kekar menahan lengannya. Sang ratu melihat bagaimana suaminya menatap wajahnya dengan tajam.
"Kenapa wajahmu dari tadi terlihat buruk. Kau pikir aku tidak tahu, huh?"
"Lalu aku harus bagaimana? Tertawa di depan semua orang?"
"Bukankah kau seharusnya senang, Rose? Aku mengabulkan semua keinginanmu. Kau berhasil menjadi ratu di sini. Apa yang kau sesali?"
Roselyn mengangkat salah satu sisi bibirnya. "Oh, wow. Terima kasih, Tuan Jacob. Lalu bagaimana perasaanmu setelah membunuh adikmu sendiri serta ayahmu?"
"Horny. I feel horny."
"BAJINGAN! KAU MEMANG PRIA BAJINGAN!"
Jacob tertawa dengan keras. Wanita di depannya ini berlagak suci sekarang. Padahal dia tak jauh berbeda dengan Jacob. Apa yang membuat wanita itu merasa lebih baik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Arms [TAMAT]
FantasyRoselyn. Menikmati posisinya sebagai ratu. Harus menerima kenyataan bahwa ia dibunuh dengan keji. Wanita itu pikir, ia telah mati. Namun secara ajaib Roselyn terbangun menjadi dirinya sendiri di versi remaja. Roselyn yang awalnya senang karena berpi...