14

886 134 2
                                    

Roselyn agaknya menyesal telah berharap bahwa Jacob suaminya kembali. Lihatlah, pria itu selalu menggandeng Roselyn layaknya anak kecil. Tangannya mengapit posesif, tak ingin seorang pun memandangi Roselyn.

Gadis ini malu setengah mati jadinya. Jacob menjemputnya dari rumah, mengantarkannya hingga di depan kelas. Roselyn hanya mempunyai waktu senggang dikala jam pelajaran saja. Ini tidak bisa dibiarkan, Roselyn butuh waktu sendiri. Berdua bersama Jacob, namun pria itu hanya diam saja. Membuatnya mati dalam kebosanan. Roselyn lupa jika sang suami dahulu layaknya patung hidup.

"Jacob, kamu bisa lepasin aku nggak? Kita masih kecil. Jangan terlalu banyak bermesraan di sekolah."

Roselyn memohon kepada sang kekasih, yang sedari tadi memeluknya dengan posesif. Tidak peduli jika mereka berdua berada di dalam gedung perpustakaan. Roselyn duduk di atas pangkuan Jacob.

"Enggak."

Jawaban yang sudah Roselyn duga. Siapa pun, cepat rebut Jacob sekarang juga. Biarkan Roselyn bernafas lega tanpa bayang-bayang si paling posesif ini.

"Jacob, kita nggak bisa berduaan di sekolah ini. Kita berdua ke sekolah buat belajar, bukan bermesraan!"

Roselyn menunduk kala Jacob menatapnya dengan tajam. Nyalinya ciut seketika. Aura pemuda ini sudah berubah total. Tidak ada lagi Jacob yang bermanja kepadanya. Hanya ada Jacob pria yang tidak menerima bantahan.

"Rose, semua orang tak lagi menghormatiku. Aku harus berusaha menerimanya. Tapi menjauhimu, aku nggak bisa."

"Tapi—"

"Aku anggap semua omongan kamu itu nggak pernah ada. Jangan marah, aku yang harusnya marah."

Roselyn berdecak marah. Selalu saja begini, seakan dia tidak berhak untuk protes. Padahal mereka sudah berada di zaman modern. Namun pikiran Jacob masih saja kolot. Jiwa pria tua 40 tahunnya melekat hingga sekarang.

"Aku mau ke toilet!"

Akhirnya Jacob melepas kukungannya pada tubuh Roselyn. Membiarkan gadisnya pergi tanpa rasa curiga. Tanpa dia tahu, Roselyn tidak pernah pergi ke toilet. Gadis itu melenggang masuk ke dalam ruang kelasnya. Sedang memikirkan cara untuk menghindari Jacob.

Hingga muncul satu ide untuk menghindari Jacob. Ide yang bagus. Roselyn yakin rencananya ini akan berhasil.

***

Jacob mendatangi kediaman milik keluarga Roselyn. Sudah beberapa hari, keluarga Roselyn melarangnya untuk pergi bersama putri sulung dari Jackson tersebut. Tentu Jacob merasa tidak tenang. Maka dari itu ia datang untuk menemui gadisnya.

"Masih berani kamu datang ke sini?"

Jacob tersentak. Tidak biasanya Jackson berkata dengan nada yang amat sinis begini. Instingnya mencium sesuatu yang tidak beres disini.

"Saya ingin menemui Rose, Om."

Jackson tersenyum dengan sinis, "Berhenti temui anak saya. Dia nggak pantas buat pengecut sepertimu!"

"Maksud, Om?"

"Kemana kamu waktu Rose dirundung? Bukannya membantu, kamu malah mempermalukannya di depan umum. Padahal semua orang tau bahwa Rose dipaksa buat menyatakan perasaannya. Pergi kamu! Rose hanya pantas buat pria sejati."

Tangan Jacob terkepal, bukan. Jacob bukannya marah kepada Jackson, akan tetapi ia marah kepada dirinya sendiri. Ingatannya saat dirinya mempermalukan Roselyn tentu masih terpatri jelas. Memang bodoh, bagaimana bisa Jacob melukai perasaan Roselyn. Dimana seharusnya Jacob menjadi tameng terkuat bagi istrinya.

Jacob berlutut di depan Jackson. Pria ini benar-benar mengutuki betapa bodohnya pemilik tubuh ini terdahulu.

"Saya minta maaf, Om. Izinkan saya bertemu dengan Rose. Saya ingin meminta maaf secara langsung dengan Rose."

Open Arms [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang