Dua minggu menginjakkan kaki di sekolah. Roselyn merasa dia seperti di neraka. Berbagai siksaan telah ia lewati. Setiap hari dia diganggu. Ia sudah biasa apabila loker miliknya terisi bangkai hewan dan sampah. Meja yang selalu penuh coretan hingga murid lain seenaknya melempar makan siangnya atau menyiramnya dengan air kotor. Roselyn ingin melawan. Namun ia hanya sendiri. Tidak ingin kejadian buruk terulang lagi, disaat ia melawan. Mereka semua berkeroyok untuk menjambak serta menginjak badannya.
Setiap waktu istirahat, Roselyn sengaja bersembunyi di gudang. Karena tidak ada tempat yang aman baginya selain di sini. Dia akan kembali ke kelas, tepat saat bel berbunyi. Roselyn tidak ingin lagi makan siangnya terganggu. Meski melewatkan makanan yang terasa lezat itu. Keadaan ekonominya yang sulit, membuat Roselyn bahkan tak mampu membeli makanan segar di supermarket. Ingin menanam sendiri, namun ia juga tak mampu. Karena Roselyn tinggal di apartemen, bukan di atas tanah. Gadis itu mengeluarkan makanan dari tas kecilnya. Membuka kemasan roti yang hampir kadaluarsa. Mengenaskan, rasa roti lebih buruk daripada makanan kuda.
Mata gadis itu menangkap sesosok gadis berkaca mata yang baru saja memasuki gudang. Roselyn mengenalnya, dia satu kelas dengannya. Gadis yang selalu merekam kejadian disaat dia disiksa. Uh, Roselyn muak. Rasanya ingin menendang gadis itu.
"HEH! KENAPA KAU KESINI! PERGI!"
Gadis berkaca mata itu terkejut, mulutnya terbuka saking terkejutnya. Tangannya mulai bergetar karena ketakutan.
"I-ini t-tem-pat u-mum, j-jadi aku b-bebas kesini!"
Diusir begitu saja sudah takut!
"Siapa namamu?"
"Hah?"
"Kau tuli? Siapa namamu, bodoh?"
"Aku tidak bodoh! Namaku Chloe. Masa kamu nggak kenal sama teman satu kelas kamu sendiri."
"Aku hilang ingatan."
"A-apa?"
Roselyn menghembuskan nafasnya pelan, "Aku amnesia. Ingat pas aku nggak masuk beberapa hari itu?" Chloe mengangguk. "Aku ketabrak mobil, kayaknya kepalaku kebentur jalan sampe otakku bermasalah."
Roselyn menatap Chloe yang makan sambil menunduk. Mengapa gadis kecil itu ketakutan? Bukankah anak-anak iblis itu tidak pernah mengganggunya? Seharusnya Chloe tidak perlu repot-repot makan siang di gudang.
"Ngapain kamu makan di gudang? Emangnya kamu di-bully juga?"
Chloe mengangguk, "Karena kamu nggak keliatan di kantin. Jadi mereka nyuruh aku gantiin kamu. Sama kayak pas kamu lama nggak sekolah, mereka juga nyiksa aku."
Roselyn tersenyum penuh arti. Beberapa rencana terputar di kepalanya. Chloe, bukankah gadis kecil ini sekutu yang bagus untuknya? Baiklah, Roselyn akan membantu gadis ini untuk menjadi lebih berani. Serta membantu dirinya sendiri mengatasi titisan setan bermuka babi itu.
"Kemarilah." Roselyn mengayunkan tangannya, menyuruh Chloe mendekat.
"Ck, cepetan sini!"
Chloe tersentak, mendekati Roselyn yang menatapnya dengan tatapan tajam. "K-kenapa?"
Roselyn membuka tas kecil yang berisi penuh makanan serta beberapa minuman. Membuat Chloe terkejut, tentu dia dengan senang hati mau memakan itu, daripada hanya memakan satu bungkus roti yang hanya menjadi angin di perutnya.
"Kamu bawa banyak banget makanan."
"Ambil aja, besok aku bawa lagi."
Chloe mengangguk, "Dari mana kamu dapat semua makanan ini? Kayaknya di sekolah nggak jual makanan kemasan, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Arms [TAMAT]
FantasyRoselyn. Menikmati posisinya sebagai ratu. Harus menerima kenyataan bahwa ia dibunuh dengan keji. Wanita itu pikir, ia telah mati. Namun secara ajaib Roselyn terbangun menjadi dirinya sendiri di versi remaja. Roselyn yang awalnya senang karena berpi...