Joey menatap nanar kondisi tubuhnya. Penuh dengan luka serta harus menahan nyerinya patah tulang pada kedua kakinya. Gadis itu tahu, siapa penyebab dirinya menjadi terbaring lemah seperti ini. Akan tetapi, nyalinya tak cukup besar untuk membalas. Dibiarkan hidup saja sudah beruntung.
Malam itu, Joey melihat wajah keras itu lagi. Yang tak pernah menampilkan senyuman sepanjang Joey mengenalnya di masa lalu. Jacob berdiri dengan tatapan penuh dendam. Tak ada iba sedikit pun ketika melihat Joey yang terkapar penuh luka.
Jacob berjalan mendekati Joey, raut wajahnya masih terlihat keras. Hanya sedikit senyuman ketika melihat Joey yang kesakitan. Lebih tepatnya senyum penuh ejekan.
"Ingatlah rasa sakit ini jika kau ingin menyentuh Rose."
Jacob melenggang pergi tanpa mendengar sahutan dari Joey. Cukup puas melihat gadis itu kesakitan. Meski jauh di dalam sana ia ingin menghabisi nyawa Joey.
"APA DUNIAMU HANYA BERISI ROSE?"
Jacob menghentikan langkah kakinya. Badannya berbalik lagi menatap Joey yang sudah tersenyum dengan sinis. Gadis itu merasa mampu membuat Jacob tersinggung.
"Iya."
Joey rasanya ingin menjatuhkan rahang. Enteng sekali mengatakan iya. Dunia ini tidak dipenuhi oleh cinta. Joey tak menyangka bahwa Jacob terbodohi oleh kisah asmaranya sendiri. Pemuda di hadapannya ini benar-benar kaku sekali.
"Apa kau kira Rose gadis yang baik? Oh, kalian berdua sama saja. Pasangan pendosa. Rose mengkhianati suaminya hingga mempunyai bayi denganmu! Dia menggodamu dan kau tergoda olehnya! Tidak kusangka, seleramu murahan sekali—"
"Begitu juga dengan Daniel. Berselingkuh dengan pelayan yang selalu menemani istrinya."
"Apa maksudmu?"
Jacob mengangkat bahu dengan acuh. "Teruslah bermimpi. Aku membunuh atau membiarkan adikku hidup, tak akan mengubah fakta jika aku adalah seorang kaisar."
Jacob berjalan pelan mengitari tubuh Joey. Gadis itu tentu merasa terancam dengan kehadiran Jacob yang sedekat ini. Suami dari Roselyn ini memang benar sangat mengintimidasi.
"Rose memang penggoda. Dia penggoda yang menggunakan otaknya. Oleh sebab itu dia merayuku, karena dia tahu kalau aku lebih baik daripada suami tololnya. Atau dia lebih baik daripada pelayan yang penuh keirian, mencoba merebut posisi nyonya. Namun dia tak pernah berhasil, bahkan hingga waktu telah berganti. Kau tetap tak bisa menjadi ratu. Bahkan sekarang Daniel tak melirikmu. Bukankah harusnya kau bertanya, apakah Daniel juga berasal dari masa lalu?"
"Roselyn ... melarangku untuk membunuhmu. Dia bilang, kalau semua itu sudah berlalu. Tentu aku harus menurutinya. Padahal aku ingin sekali membunuhmu, yang sudah mengambil duniaku! Kau tahu, hukumanmu adalah perasaan tak pernah puas. Lalu melihat orang yang kau benci hidup bahagia. Teruslah merasa tersakiti, karena itulah satu-satunya hal yang kau bisa."
"Dan ... duniaku memang hanya berisi Roselyn."
Mengingat malam itu, membuat Joey semakin murka. Jacob meninggalkannya tanpa ragu. Tidak peduli dengan teriakan dari Joey.
Kenapa? Kenapa harus dia? Kenapa dirinya harus menderita? Mengapa nasib baik tak pernah menghampirinya? Seburuk itukah Joey? Apa dia tak pantas hidup bahagia?
Joey terus menyalahkan takdir. Tak cuma takdir, ia terus mengumpati Roselyn. Bahkan hingga sekarang gadis itu tetap sama sombong! Melarang membunuhnya? Pasti Roselyn hanya ingin melihat Joey hancur! Joey lebih baik mati daripada melihat senyuman dari wajah Roselyn. Rasanya tak adil jika Roselyn bahagia di atas penderitaannya. Di kehidupannya kali ini, Joey hanya ingin keadilan. Bukankah tak salah jika ia menginginkan hidup yang diimpikannya bersama Daniel, tanpa gangguan orang lain. Mengapa hal sekecil itu saja sulit untuk Joey dapatkan?
![](https://img.wattpad.com/cover/364093661-288-k265611.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Arms [TAMAT]
FantasyRoselyn. Menikmati posisinya sebagai ratu. Harus menerima kenyataan bahwa ia dibunuh dengan keji. Wanita itu pikir, ia telah mati. Namun secara ajaib Roselyn terbangun menjadi dirinya sendiri di versi remaja. Roselyn yang awalnya senang karena berpi...