23. Melepaskan Apa Yang Harus Dilepaskan

560 92 2
                                    

Roselyn merasa tak tenang akhir-akhir ini. Kondisinya masih belum stabil. Fisik maupun psikis. Hari disaat dirinya tak sadarkan diri, lalu dokter mengatakan ada nyawa yang bersemayam dalam perutnya, membuat gadis itu kacau balau. Semua orang bertanya siapa ayah dari bayi yang telah dikandungnya. Padahal mereka jelas tahu siapa pria yang seharusnya bertanggung jawab.

Sejak hari itu, sang ayah semakin protektif saja. Padahal Roselyn ingin Jacob menemuinya dan bertanggung jawab. Jangankan bertanggung jawab, tahu dia hamil saja tidak. Itulah yang menyebabkan kesehatannya nenurun. Sebab rindu yang mendera pada kekasihnya. Ingin sekali mengabarkan bahwa buah hati mereka telah tumbuh.

Perasaannya campur aduk, ada kecewa karena ia hamil di usia muda. Namun ada rasa bahagia pula. Rasa rindunya kepada Allan akan segera terobati. Jujur hidupnya terasa kurang, karena hilangnya Allan. Dahulu, anak sulungnya itu akan mengoceh panjang lebar membuat hari Roselyn semakin berwarna. Hah, mengingat Allan membuatnya sedih kembali. Biasanya Roselyn akan melampiaskannya dengan memandangi wajah Allan versi dewasa.

"Kamu sakit, Rose?"

Roselyn tersentak karena terkejut. Menatap Daniel dengan ekspresi datar, lebih tepatnya muak. Memang gadis ini berada di rumah sakit untuk mengecek kondisi kandungannya. Dari semua orang, kenapa mesti Daniel yang harus ia temui.

"Nggak."

Mendapat jawaban super singkat, tidak serta merta membuat Daniel patah arang.

"Oh, kukira kamu sakit. Kamu tau nggak kalau Joey dirawat di rumah sakit ini?"

Mengapa pula Roselyn harus peduli dengan pelayan itu?

"Nggak tau dan nggak mau tau."

Daniel terkekeh dengan pelan. "Kamu kok keliatan sensi banget sih sama aku. Kayaknya aku nggak ada salah deh sama kamu."

Ya, benar. Daniel tidak mempunyai salah padanya di jaman ini. Namun Roselyn masih saja kesal bagaimana Daniel memperlakukannya di masa lalu. Apalagi semenjak tahu pria itu suka sekali bermain dengan banyak wanita disaat mereka berdua masih terikat dengan pernikahan. Makin membuat rasa kesal dari Roselyn memuncak.

"Daniel, buat yang terakhir kalinya. Aku nggak mau urusan sama kamu. Udah gitu aja. Jadi stop jadi sok akrab, karena aku nggak bakalan sudi buat noleh."

Roselyn berlalu pergi, namun lengannya ditahan oleh Daniel. Roselyn berdecak sebal. Apa sebenarnya yang pemuda ini inginkan?

"Kamu percaya sama kehidupan masa lalu? Mungkin terdengar aneh. Tapi kita dulu orang yang dekat. Dan aku ingin kita kembali dekat seperti kehidupan sebelumnya. Aku ingin memperbaiki semuanya."

Roselyn mengernyit. Oh, rupanya Daniel telah mendapatkan ingatan masa lalu juga? Bagus. Ia bisa mengatakan semua hal tanpa perlu ditutupi lagi.

"Aku nggak mau dekat sama orang yang ngatain istrinya penjilat, jalang dan tukang selingkuh dengan banyak wanita murahan."

Daniel terperangah mendengar penuturan dari Roselyn. "K-kamu udah tau? Jacob yang ngasih tau?"

Roselyn lantas tersenyum remeh. Melepas tangan Daniel dari lengannya. Muak melihat lelaki di depannya yang memasang wajah bingung.

"Ngapain Jacob ngasih tau aku? Aku liat sendiri, kok. Kamu ciuman sama pelayan. Semua pelayan, termasuk Joey. Cuma dia bodoh, merasa diistimewakan. Kamu yang ngatain aku selingkuh sama pengawal tapi kamu juga yang selingkuh dengan pelayan dan pelacur."

Roselyn berkata jujur. Memang gadis ini dahulu melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana Daniel bercumbu mesra dengan salah satu pelayan. Lalu ia menginterogasi salah satu dari mereka. Hingga terbukalah kebohongan dari Daniel. Namun ia harus menahannya, karena sang keluarga masih membutuhkannya dahulu. Roselyn menjadi jijik melihat Daniel. Selalu menghindar jika pria tersebut mengajaknya untuk berhubungan badan.

Open Arms [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang