4

1.1K 154 7
                                    

Setelah kepulangan Daniel, tentu membuat Roselyn senang. Akhirnya pria itu melihat bayi yang susah payah Roselyn kandung selama 9 bulan. Waktu terus berjalan, Roselyn merasa bahwa Daniel tidak terlalu dekat dengan Allan—sang putra. Tidak, bukan hanya tidak dekat. Daniel lebih tepatnya tidak mempunyai ikatan batin dengan Allan. Roselyn sangat menyadari hal itu. Dia adalah seorang ibu, Roselyn tahu bagaimana anaknya merasa asing bersama Daniel. Sekeras apapun anak itu mencoba mencari perhatian, Daniel lebih sering mendiaminya. Pria itu memilih untuk bergulat dengan pekerjaannya. Hal itu berdampak pada Roselyn. Wanita itu juga memilih untuk mengabaikan Daniel, tidak lagi perhatian seperti dahulu. Rumah tangganya terasa hambar. Roselyn tidak peduli. Ia hanya mencintai putra semata wayangnya.

Allan tumbuh dengan menghabiskan sebagian waktunya bersama Jacob. Anak itu sejak awal memanggil Jacob dengan sebutan ayah. Jacob tentu dengan senang hati setuju, toh dia memang ayah dari Allan. Lesung pipi milik Allan tak bisa berbohong. Roselyn yang menjadi gigit jari sekarang, tidak pernah menyangka bahwa bayi yang ia kandung hanya menumpang di perutnya tanpa menyisakan ruang untuk dirinya di dalam diri Allan. Sepertinya langit ingin memberi tahu darimana bayinya berasal. Roselyn juga tak bisa melarang Allan, mana berani dia melawan Jacob. Roselyn masih takut dengan tatapan tajam milik Jacob.

"Ayah! Allan ingin bermain dengan Ayah. Ayo temani Allan, Ayah!"

"Aku sedang sibuk, bermainlah bersama ibumu dan pelayan lain." Daniel menghempas tangan kecil milik Allan yang mengayun pada lengannya.

"Tapi Allan ingin bermain dengan Ayah! Allan sudah lama tidak bertemu Ayah, karena Ayah selalu pergi."

"Kau kira kita bisa hidup bila hanya bermain saja? Pergilah! Pergi sebelum aku marah." Usirnya, menolak keras ajakan Allan.

"Allan rindu dengan Ayah, Allan ingin bermain dengan Ayah ..."

Suara Allan semakin lirih, takut menatap Daniel yang sudah mengeras wajahnya. Tangannya masih ia letakkan pada paha Daniel yang sedang terduduk di ruang kerja miliknya. Allan sangat berharap ayahnya ini mau bermain dengannya. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan sang ayah. Roselyn selalu mengatakan bahwa Daniel sangat menyayanginya. Sebab itu ia percaya bahwa memang sang ayah menyayanginya, meski tak sekalipun Daniel menyebut namanya.

Tanpa diduga, Daniel menampar wajah Allan hingga bocah kecil itu tersungkur. Allan tentu saja terkejut, tubuhnya terpelanting terasa nyeri. Allan memegangi wajahnya, bocah kecil itu sudah menangis dengan keras. Tidak menyangka bahwa sang ayah akan menyakitinya.

"PERGILAH, KAU BERISIK SEKALI! PERGI DARI SINI ANAK SIALAN! SEBELUM AKU MEMBUNUHMU!"

"AYAH DANIEL JAHAT! ALLAN BENCI DENGAN AYAH DANIEL!"

Allan berlari dengan cepat. Anak itu memegangi wajahnya yang terasa nyeri. Hanya satu tujuannya kali ini. Menemui Jacob, mengadukan wajahnya yang sakit kepada pria yang ia panggil ayah itu. Tanpa memedulikan tatapan para pelayan. Allan berlari cepat menuju tempat berlatih perang. Dimana Jacob banyak menghabiskan waktu untuk berlatih atau menunggang kuda.

"AYAH! AYAH!"

Dengan tidak sabaran, Allan berlari menuju tubuh Jacob yang sedang duduk menikmati waktu istirahatnya. Allan mendudukkan tubuhnya pada pangkuan Jacob, lalu membenamkan wajahnya pada dada Jacob. Pria yang terkejut melihat anaknya menangis ini lantas mengelus punggung Allan untuk menenangkannya.

"Hei, ada apa? Apa Ibu memarahimu?"

Jacob merasakan gelengan kepala kecil. Sebenarnya ia tahu bahwa Roselyn sangat menyayangi Allan. Mana mungkin wanitanya itu memarahi putranya sendiri.

"Ibu tidak pernah memarahiku, Ayah ..."

"Baiklah, kalau begitu kenapa Allan menangis?"

"Allan hanya ingin bermain dengan Ayah Daniel. Tapi Ayah Daniel menolak lalu memukul Allan sampai sakit. Ayah Daniel mengatakan akan membunuhku, membunuh itu apa, Ayah?"

Open Arms [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang