19

675 96 6
                                    

Sesuai dengan keputusan Jacob, mereka berdua mengakhiri hubungan. Lebih tepatnya Roselyn yang meninggalkan Jacob setelah perdebatan malam itu. Setelah Jacob mengantarnya menuju rumah keluarga Roselyn. Gadis itu memblokir semua akses bagi Jacob untuk menemuinya. Roselyn tak ingin lagi berurusan dengan Jacob atau pun keluarganya.

Jadilah hari-hari Roselyn dihabiskan di dalam rumah. Bahkan untuk menemui Chloe yang sudah lama tak ia temui saja tak boleh. Kadang Roselyn bosan, tapi ini keputusan terbaik agar Jacob tak lagi membawanya pergi.

"Kak Rose!"

Roselyn menoleh ke arah Lia yang sedari tadi memanggilnya. Adiknya tersebut menatap Roselyn dengan tatapan khawatir. Sebab sang kakak terbuai dalam lamunan sedari tadi.

"Kak Rose nggak apa-apa, kan?"

"Eh, maaf. Tadi aku ngelamun. Kamu udah manggil dari tadi, ya?"

Lia akhirnya dapat bernafas lega setelah Roselyn tak lagi kehilangan fokus. Gadis itu sempat khawatir sebab panggilannya tak disahuti. Pun mengguncang tubuh sang kakak tak ju membuat Roselyn tersadar dari lamunan.

"Kak Rose masih sakit, ya?"

Roselyn hanya mengangguk lemah. "Iya, Lia. Maaf, ya. Jadi nggak bisa nemenin kamu sama Mami deh."

Lia menggeleng dengan cepat. Justru ia sangat khawatir dengan Roselyn. Menemaninya dengan sang ibu ke pusat perbelanjaan tidaklah penting. Lagipula mereka hanya pergi untuk berbelanja bulanan saja. Bukan urusan yang mewajibkan Roselyn untuk ikut.

"Kakak mending istirahat lagi aja, ya. Udah nggak usah mikirin yang lain. Kak Ros mau dipanggilin dokter, kah? Atau Kakak ingin sesuatu yang lain?"

"Jangan panggil dokter. Nanti juga sembuh, kok." Tolaknya dengan halus. Tak ingin merepotkan keluarganya.

"Eum, kalau aku nitip makanan boleh nggak?"

"Boleh dong, Kak!"

Lia menjawab dengan antusias, membuat Roselyn tersenyum kecil. Sedari dulu ia tak pernah mendapatkan kehangatan keluarga. Makanya Roselyn selalu merasa beruntung mempunyai keluarga yang bahagia seperti sekarang ini.

"Aku minta tolong belikan pizza topping pepperoni, beef sama ekstra keju. Terus ... lasagna. Oh iya! Aku nitip milk tea boba juga. Aku pengen banget minum yang manis-manis."

Lia tersenyum tulus memandangi Roselyn. Akhirnya sang kakak kembali lagi nafsu makannya. Setelah beberapa hari mengeluh mual melihat berbagai macam makanan. Hanya mampu terbaring di kamar dengan meminum jus saja.

"Siap, Kapten! Tapi janji nanti dimakan, ya?"

Roselyn mengangguk lemah. "Janjii."

"Oke, deh. Aku berangkat dulu sama Mami. Kalau Kakak butuh apa-apa, panggil aja Bryan!"

Lia segera bergegas meninggalkan Roselyn yang masih terduduk di sofa ruang televisi. Sementara Roselyn menatap tayangan televisi tanpa minat sedikit pun. Semua tayangan itu membosankan, tidak ada yang menarik.

"Kak Ociii!"

Roselyn menoleh ke arah Bryan yang sudah berlarian menghampirinya. Adik kecilnya yang terlihat baru saja bangun dari tidur siangnya tersebut segera memposisikan diri untuk menjadikan paha sang kakak sebagai bantal. Roselyn hanya tersenyum pelan melihat sang adik yang sudah nyaman di pangkuannya. Tangannya bergerak untuk mengelus surai milik Bryan.

"Mami sama Kak Lia kemana, Kak?" Tanyanya dengan mata setengah terpejam.

"Lia nemenin Mami buat belanja. Tidur lagi aja, nanti mereka pulang bawa pizza."

Open Arms [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang