15

779 126 1
                                    

Bosan.

Satu kata yang terus terputar di dalam kepala Roselyn. Hari ini diadakan acara kemah bersama di hutan. Bukan hutan belantara yang menguji kemampuan bertahan hidup. Hanya bersenang-senang saja melepas penat dari padatnya kegiatan belajar.

Di kehidupan lama maupun sekarang, Roselyn sama sekali tak menyukai berada di alam lepas. Kemampuan navigasinya payah, diikuti dengan kekuatan fisik yang setara balita. Mungkin Allan saja lebih unggul daripada dia. Dahulu, Roselyn hanya dudum manis di atas kuda atau kereta. Menunggu Jacob berburu dan menolak untuk belajar insting bertahan hidup. Jacob selalu menggerutu untuk menyuruhnya setidaknya belajar membaca peta dan arah mata angin. Namun tak semua dituruti olehnya. Membuat Jacob menyerah, memilih untuk mengajari putranya saja.

Kini ia harus berada di tengah hutan lagi, bahkan di jaman modern! Lebih menyebalkan karena Roselyn harus berbagi kelompok yang sama dengan Joey. Panitia tahu tidak sih kalau hubungan mereka tidak baik? Roselyn semakin menggerutu dibuatnya.

Lelah menjelajah hutan, gadis itu meminta izin kepada anggota kelompoknya untuk beristirahat sejenak. Mereka semua setuju, dengan catatan Roselyn beristirahat sendiri. Sementara kelompoknya terus berjalan. Tak masalah, begitu pikir Roselyn pada awalnya. Dia mengira hanya akan beristirahat sejenak, masih sanggup menyusul langkah teman-temannya.

Semua pikiran positif itu luruh, Roselyn tidak mendapati keberadaan kelompoknya. Kendati ia berjalan dengan cepat, hingga kakinya seperti mati rasa. Mencoba menarik nafas dengan pelan, gadis itu tidak boleh panik. Roselyn masih berusaha untuk terus berjalan dan memanggil kelompoknya. Naas, sejauh apapun langkahnya. Tak ia temui keberadaan manusia satu pun.

Kini raut panik mulai menghampiri Roselyn, terlebih hanya pepohonan tinggi dan semak belukar yang menyapa indera penglihatannya. Sudah pasti ia tersesat. Gadis itu terus merutuk, menyesali betapa payahnya dalam hal bernavigasi. Roselyn bahkan tidak tahu dimana letak arah mata angin.

Ah, benar juga!

Dia pernah membaca jika tersesat di hutan, ikutilah arah lumut tumbuh, arah matahari, serta aliran air. Baiklah, Roselyn akan mencari ketiga hal tersebut. Tidak ada lumut yang tumbuh, pun suara gemercik air tidak terdengar. Jadi satu-satunya jalan ialah mengikuti arah matahari. Roselyn terus menyemangati dirinya.

Gadis cantik itu terus berjalan, semangatnya terus membara kendati rasa lelah menumpuk tinggi. Ia yakin bahwa sebentar lagi akan menemui ujung hutan ini. Sayup-sayup Roselyn mendengar suara aliran air. Jiwanya tergoda untuk menengok sumber suara tersebut. Rasa haus pada kerongkongannya terasa sekali. Air di dalam botol miliknya juga habis. Jadi tak ada salahnya ia meminum air serta mengisi botol miliknya.

Sepertinya dewi fortuna tak berpihak pada Roselyn. Memang ia menemukan sumber air, akan tetapi letaknya di bawah lereng. Roselyn tak tahu bagaimana turun dengan nyaman tanpa tergores apapun. Sekarang ia bimbang, haruskah ia turun dengan resiko tergelincir atau terus bertahan dengan rasa dahaga yang mendera.

Menunggu perdebatan di dalam kepalanya usai, gadis itu memilih untuk turun saja. Tepat satu langkah menginjak lereng, kakinya salah menapak. Bukannya tanah, Roselyn malah menginjak tumpukan daun yang ternyata tak mempunyai pijakan. Alhasil, tubuhnya tergelincir dengan cepat. Berguling pada lereng dan berakhir tepat di pinggir sungai. Gadis itu meringis kesakitan, berusaha untuk berdiri, namun kaki kirinya sulit untuk digerakkan. Terasa nyeri tak terkira, ah sepertinya dia terkilir.

Pasrah ...

Hanya berdiam diri yang mampu Roselyn lakukan. Berbekal air yang susah payah ia ambil. Menunggu pertolongan menjemputnya. Ingin menghubungi panitia, ponsel miliknya tak mendapatkan sinyal. Roselyn berserah diri, bahkan rela jika mati dua kali di usia muda. Semoga tak ada hewan buas yang memangsanya.

Open Arms [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang