16

868 117 3
                                    

Selepas kejadian agak kurang mengenakkan tersebut. Hubungan Roselyn dengan Jacob belum kunjung membaik. Lebih tepatnya Roselyn yang menghindar. Bahkan gadis itu merengek meminta sekolah via daring kepada sang ayah. Dengan berasalan trauma atas perundungan serta tersesat di hutan.

Roselyn tahu, tak lain tak bukan yang menjadi dalang penghasutan anggota kelompoknya pasti ialah Joey. Tak mengapa, kali ini ia biarkan Joey lepas. Toh nyawanya masih selamat. Berkat Jacob, sih. Sang suami yang setia menemaninya. Bahkan tak meninggalkannya sejengkal pun setelah berhasil mengantar Roselyn menuju kamar villa. Dengan kata lain, Jacob menemani tidur Roselyn semalaman. Setia memijit tubuh sang gadis hingga terlelap. Jujur, Roselyn merasa terharu. Tak perlu bukti lagi bagaimana perasaan Jacob padanya.

Hanya saja ...

Hanya saja Roselyn ingin mencoba bagaimana hidup tanpa kehadiran Jacob. Sejenak saja, ia yakin pria itu memburunya setelah rencana anehnya—entah apa rencana milik Jacob— berhasil dijalankan. Tidak mungkin Jacob sesabar itu dalam diam. Roselyn bukan satu atau dua hari mengenal Jacob. Ada hal yang tengah pemuda itu rencanakan.

Roselyn boleh saja tenang saat ini, meniknati sejenak rasanya bersantai. Seperti sekarang, menghabiskan waktu akhir pekan dengan bermain golf. Biasanya Roselyn akan bermain golf atau tenis. Cukup mudah, serta bagus untuk dia unggah di media sosial miliknya. Membuat orang lain iri adalah keahlian Roselyn.

Sang ayah mengabulkan keinginan dari Roselyn, kini gadis itu hanya berdiam diri di rumah. Menemani sang ibunda untuk berkumpul dengan kumpulan sosialita. Lalu berolahraga di akhir pekan. Sungguh hidup yang indah, Roselyn menikmatinya.

"Capek banget, aku mau pulang aja." Gumamnya, Roselyn memang sudah merasa letih.

Gadis itu melangkah pergi setelah lemparan terakhir dari bola golfnya melambung menuju lubang. Segera beranjak menuju ruang mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tak mungkin ia pulang dengan keadaan penuh keringat. Aneh sekali, tak biasanya tempat ini sepi. Pasti ada beberapa pelanggan dan lalu lalang dari karyawan.

Roselyn tak terlalu mempedulikannya, ia terus melanjutkan aktivitasnya. Hingga menyantap makan siang yang telah ia pesan. Seusai makan, gadis itu menunggu mobil yang seharusnya menjemput. Tubuhnya bergerak cepat menuju mobil tersebut, tanpa menghiraukan apapun. Baru kali ini Roselyn merasa terkantuk secara berlebihan. Rasanya kedua mata miliknya sudah tak sanggup lagi terjaga. Gadis itu segera terbang menuju alam mimpi. Tak mengetahui bahwa ada seutas senyum dari sang sopir.

***

Roselyn tersadar dari tidurnya. Matanya mengedar ke segala penjuru ruang. Tunggu dulu? Ruang milik siapa ini? Mengapa terasa asing sekali? Ini bukan kamar yang biasa gadis itu tempati. Roselyn segera bangkit untuk menyelamatkan diri. Untung saja kamar itu tidak terkunci. Jadi ia bisa keluar dengan mudah.

Langkahnya terhenti setelah melihat sosok pria yang tidak asing baginya. Tubuhnya kaku seketika. Bagaimana bisa pria itu bisa mengetahui keberadaannya? Ah, ingatkan Roselyn jika pria di depannya ini sudah gila.

"Bahagia sekali kamu tanpa aku, Rose?"

"Antar aku pulang, Jacob. Ini bukan rumah aku."

Jacob melangkahkan kaki mendekati Roselyn. Sementara gadis itu melangkah mundur sambil mencari sesuatu sebagai alat pembelaan diri. Nafasnya tercekat tatkala tubuh tegap Jacob berada tepat di depan matanya. Hanya berjarak—tak berjarak lagi. Membuat Roselyn semakin gugup tak terkira.

"Memang ini bukan rumah kita. Aku akan segera membawamu ke sana, kamu pasti suka."

Tangan Jacob bergerak menarik pinggang milik Roselyn. Mengelus pelan pinggang ramping yang ia rindukan. Roselyn kegelian dibuatnya. Bohong jika ia tak merindukan segala afeksi dari Jacob. Sudah Roselyn katakan, hanya Jacob yang bisa membuatnya tunduk patuh.

Open Arms [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang