Roselyn bergerak kesama kemari, tubuhnya tak dapat diam. Terkurung beberapa hari di dalam unit apartemen yang entah dimana Roselyn juga tidak tahu. Kesehariannya hanya memandangi perubahan langit serta menonton televisi. Keluarganya mana? Mengapa tak satu pun mencarinya di sini? Pikiran Roselyn terus berkecamuk.
Suara pintu terbuka, Roselyn memutar kedua bola mata dengan malas. Jengah menghadapi sifat keras kepala milik Jacob. Jangan kira gadis ini tak berusaha bebas dari sini. Segala usaha telah ia lakukan, namun hanya menghasilkan angin kosong. Hingga akhirnya, Roselyn lelah. Pasrah akan semua rencana dari Jacob.
Gadis itu itu segera itu melenggang pergi menuju kamar. Usahanya hanya satu, merajuk. Menunjukkan kepada prianya bahwa ia marah, ingin kemauaannya dituruti. Meski Roselyn tahu bahwa usahanya juga sia-sia, mau merajuk sampai berguling di lantai pun, Jacob tak akan menanggapinya. Jadi ia hanya menutup diri saja, tidak mogok makan sebab itu merugikan dirinya sendiri.
"Kamu udah makan, Rose?" Tanya Jacob yang sudah mendudukkan diri di samping Roselyn.
Tak ada sahutan, Roselyn hanya menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Membuat Jacob menghela nafas panjang. Memang istrinya ini ahli sekali dalam mencari perhatian. Pemuda itu segera membuka selimut yang menyelingkupi Roselyn. Segera ikut berbaring, dengan tangan yang mengelus perut datar milik sang istri.
"Masih ngambek?"
Lagi-lagi Roselyn tak menanggapi Jacob. Membuat pemuda itu makin mengeratkan pelukannya. Menghadapi wanitanya yang manja dan keras kepala, Jacob diharuskan untuk menyediakan banyak ruang kesabaran. Roselyn sulit sekali untuk dibujuk, kecuali bujukan untuk berhubungan badan. Tanpa dibujuk, gadis itu dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk dikuasai oleh Jacob.
"Kamu mau apa, Rose?"
"Pulang." Jawabnya dengan nada ketus.
"Nanti, kalau rumah kita udah jadi."
"Aku mau pulang ke rumah aku!"
Sulit sekali memberi pengertian kepada Roselyn. Jacob hanya ingin membawa kembali miliknya. Di kehidupannya kali ini, Jacob sudah berjanji tak akan membiarkan Roselyn menjauh barang sejengkal pun.
"Kamu istri aku, Rose. Udah seharusnya tinggal sama aku."
"Kita nggak nikah! Aku bukan istri kamu sekarang!"
"Ya udah, ayo kita nikah sekarang. Katanya, kamu kangen sama Allan. Kita buat sekarang."
Roselyn tak lagi menjawab. Mendengar nama Allan disebut membuat perasaan Roselyn kembali turun. Sebagai ibu, siapa yang tidak merindukan putranya sendiri? Yang ia lahirkan dengan mempertaruhkan nyawa.
"Aku juga kangen sama Allan, Rose."
Terdengar isakan kecil dari bibir Roselyn. Gadis itu sudah menitikkan air mata. Membuat Jacob dengan cepat mengelus puncak kepala sang istri. Memberikan rasa nyaman yang membuat Roselyn tenang.
"Mereka nggak sayang ya sama aku? Kok nggak ada yang nyariin aku. Seburuk itu kah aku, makanya orang pada menjauh."
"Sssh, kamu nggak buruk. Siapa bilang nggak ada yang sayang kamu? Kita semua sayang sama kamu, Rose. Berhenti nangis, nanti kamu capek."
Jacob tahu, saat ini hingga beberapa waktu ke depan, perubahan suasana hati Roselyn akan berlangsung secara ekstrim. Pria itu menyadarinya, meski Roselyn belum tahu. Untung saja, Jacob sudah berpengalaman menghadapi segala sesuatu tentang Roselyn. Gadis itu akan bertanya selama ratusan kali apakah ia layak dicintai. Atau bertanya apakah dia jelek. Cukup membuat Jacob jengah, jujur saja. Namun ia tak menampik bahwa Roselyn semakin menggemaskan jika merajuk. Bodoh sekali Daniel dahulu berani menduakan Roselyn demi pelayan jahat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Arms [TAMAT]
FantasyRoselyn. Menikmati posisinya sebagai ratu. Harus menerima kenyataan bahwa ia dibunuh dengan keji. Wanita itu pikir, ia telah mati. Namun secara ajaib Roselyn terbangun menjadi dirinya sendiri di versi remaja. Roselyn yang awalnya senang karena berpi...