apapun itu, asalkan dia tetap bersamaku sampai akhir...
"Let's talk, Sepho"
Kira-kira sekitar pukul 05:00 sekarang. Aroma khas pagi yang terbawa gulungan angin masih terasa cukup pekat, begitu nyaman dan menenangkan jiwa walaupun dinginnya luar biasa. Samar-samar kicau burung hitam terdengar, melintas menghiasi langit kekuningan yang mulai menerang. Hanya ada beberapa orang di sekitar yang tengah mengitari tanah lapang ini dengan tapakan sepatu yang seolah menjadi tanda keberadaan saking heningnya tempat ini.
Sepasang netra Sephora masih terkatup menikmati posisi tubuhnya yang terbaring di atas rerumputan hijau lembab karena embun, sebelum akhirnya suara sang suami terdengar meng-intrupsi.
"Kenapa?" Ia bangkit, lalu duduk di hadapan Sagion yang menjadikan rumput-rumput pendek ini sebagai alas mereka duduk.
Ah, iya. Jadi ini adalah kali pertama Sagion mengajak Sephora untuk jalan-jalan pagi. Masih ingat dengan love language Sephora kan? Ya, ini adalah quality time yang selalu diinginkannya.
"Sebentar," bergerak begitu perlahan, Sagion menggunakan kedua tangannya untuk berkutat pada surai legam Sephora, membuat perempuan ini jadi membeku di selimuti rasa bingung.
Sagion perhatikan, rambut istrinya ini sudah semakin panjang ya, semakin cantik saja, ehm.
"Nah, udah,"
Saat Sagion sedikit memundurkan tubuhnya yang sedari tadi condong ke arah Sephora, perempuan ini baru tau jika suaminya telah menyelipkan bunga dengan batang pendek pada telinganya. Ia lantas menyunggingkan senyum atas tingkah Sagion yang berlagak seperti pria-pria di film romansa ini.
"Dapet dari mana bunganya?"
"Ini, di samping aku banyak," ujarnya sembari menoleh ke tempat dimana masih ada beberapa bunga yang tumbuh di sekitar rumput. Sephora pun mengangguk setelah melihatnya.
"Jadi apa yang mau kamu bicarain?" tanya si perempuan, kalimatnya bersamaan dengan sapuan angin yang menyentuh surainya lembut.
"Dingin, ya?" Nah, alih-alih menjawab, perhatian Sagion malah teralihkan lagi. Ia lantas memakaikan tudung pada baju hangat Sephora agar menutupi kepalanya. "Mana tangan kamu, sini," tidak hanya itu, kini ia juga mengambil kedua tangan istrinya untuk di genggam, hangat.
Sekarang di mata Sagion penampilan Sephora sudah aman dari semilir angin yang mengusik dinginnya pagi. Entahlah, tiba-tiba saja terbersit di benaknya untuk mengajak Sephora keluar rumah saat pagi buta. Padahal seumur hidupnya pun, Sagion sangat amat jarang keluar sepagi ini untuk jalan-jalan atau pun olahraga. Bahkan bisa dibilang hampir tidak pernah, karena ia lebih sering berolah raga di sore hari saat akhir pekan.
"Is there anything that you want to talk about?" Tanya Sephora, pasalnya suaminya ini belum juga mau membicarakan tentang apa yang ingin ia katakan sebelumnya. "Boleh aku yang bicara lebih dulu kalau gitu?"