⚠️ mature content!
***
"Masih mencintai istri saya, ya?"
Mendengarnya, Jafka sampai terbatuk-batuk ketika menyesap teh panasnya sendiri. Wajahnya bahkan sampai memerah. Kalimat Sagion barusan mengalun tanpa aba-aba sekali.
"Kenapa, sih?" keluh Jafka, setelah menyimpan teh pada meja di ruang kerja Sagion.
"Dari cerita yang kamu jelaskan tadi, saya berkesimpulan kalau kamu masih menyimpan perasaan untuk Sephora."
Perkataan barusan sontak membuat Sephora— yang juga ada di antara mereka, jadi memalingkan wajah ke arah Sagion cepat.
Mereka bertiga sengaja meluangkan waktu untuk berada di sini. Khususnya Jafka yang ingin menjelaskan perihal hubungannya dengan Thania. Apa yang sebenarnya wanita itu rencanakan dan apa keputusan selanjutnya yang akan Jafka ambil.
"Memang apa yang kamu simpulkan, Sagion?" tanya Jafka, selang beberapa detik kemudian.
Sagion pun berdehem sebagai awalannya. "Pertama, alasan Thania yang menjadikan Sephora sebagai kelemahan kamu. Kedua, kamu yang rela menikah dengan Thania agar rumah tangga Sephora baik-baik aja. Thania menjadikan Sephora tujuannya karena dia tau kalau kamu tidak akan menolak keinginannya. Bagi kamu yang penting Sephora aman. Dan secara tidak langsung kamu juga udah berkorban untuk Sephora sampai rela menikah dengan Thania padahal kamu tidak mencintainya."
Memberikan jeda pada penjelasannya, Sagion menyesap tehnya sebentar. "Bagaimana simpulan saya, benar atau benar, Jafka?"
Oh, sialnya Jafka tidak bisa berkutik. Memang benar jika ia berencana menikahi Thania agar perempuan itu tidak menggangu kehidupan Sephora lagi. Tapi masa iya Jafka harus bicara secara gamblang bahwa dirinya masih mencintai Sephora kepada suaminya?
Gila saja rasanya.
"Sagion," Akhirnya Sephora berujar. "Sekarang bukan saatnya kita bahas perihal itu. Bukannya kita ada di sini buat bahas masalah Thania?"
"Terus kapan waktu yang tepatnya, Sepho?" balasnya. "Apa kamu pikir aku masih bisa nahan buat nggak interogasi laki-laki yang masih gagal move on dari istri aku?"
"Gion, bukan begitu maksud aku. Buat sekarang anggap aja kalau kamu ngga tau apa-apa soal perasaan Jafka."
"Tapi aku tau, Sephora."
"Jaf." Sephora mengabaikan ucapan suaminya. Ia rasa Sagion benar-benar keras kepala. Apa salahnya untuk mengalah sebentar? Padahal ini juga demi kebaikan mereka. "Menurut aku keputusan kamu buat nikahin Thania sedikit beresiko. Apa kamu yakin udah mikirin hal ini?"
"Soal itu, sebenernya ada hal lain lagi yang bikin aku terpaksa nikah sama dia."
"Apa?"
"Keluarga. Beberapa bulan belakangan keluarga aku ternyata rencanain perjodohan aku sama Thania. Cuma pernikahan bisnis sebenarnya. Papa mau aku menikah sama Thania karena dengan begitu perusahaan mereka bisa saling menguntungkan. Katanya sih cuman 2 tahun. Setelah kerja sama mereka selesai, kita bisa bercerai."
Mendengarnya, Sephora jadi menghela napas. Posisi Jafka sama dengan dirinya dulu yaitu di jodohkan. Bedanya, pernikahan Jafka merupakan pernikahan bisnis yang terikat kontrak. Memang kejam sekali terdengarnya. Entah apa yang ada di pikiran para orang tua di luar sana seperti orang tua Jafka. Rela mengorbankan kehidupan anaknya hanya untuk bisnis. Masih mending jika calonnya baik. Tapi ini, Thania? Perempuan itu bahkan— ah sudahlah.