[ 25 ] Lemontea

343 46 26
                                    

"Kenapa aku bisa secinta ini sama kamu, Sephora?"

Entah sudah berlama lama Sagion memandangi wajah sang istri yang terlelap menggunakan gaun tidur berwarna putih ini. Sepasang netra si perempuan masih terpejam, tertidur pulas dengan satu tangan berada di bawah pipinya. Satu hal yang pasti, nampaknya Sagion belum mau cepat-cepat beringsut dari sisi ranjang karena tidak ingin melewati keindahan yang terpampang di depan matanya tersebut.

Seberkas cahaya mulai menyelinap melalui celah  kecil jendela yang tirai tipisnya tersingkap, membuat sinar itu menyentuh permukaan kulit terutama wajah si perempuan. Menyadari hal tersebut, lantas Sagion berpindah; menghalau sinar awam itu menggunakan punggung agar tidak mengusik ketentraman istrinya yang nampak menggeliat kecil.

"Sagion!"

"Hm?"

"A-aku telat, ya?!"

Sagion tersenyum lagi dan lagi— tidak, memang senyumnya belum luntur selama mengamati kecantikan Sephora. Surainya yang berantakan, wajah yang jelas masih mengatuk, bulu mata lentiknya yang indah, hal itu membuat ia jadi ingin memakan istrinya sebagai santap pagi saja rasanya.

"Morning, Sleeping Beauty," satu kecupan berhasil Sagion curi saat mata istrinya kembali terpejam walaupun posisinya sudah duduk di kasur. Ia jadi ingat semalam Sephora mendadak ingin menonton film Beauty and the Beast.

"Hoam.." perempuan ini pun menggeliat kecil, "kamu mau makan apa?"

"Baru bangun udah ngurusin makan. Cuci muka dulu ayo, atau ngga sekalian aja mandi gih"

"Kamu udah mandi?"

"Udah, barusan."

"Kok ngga ajak aku?"

Sagion terkekeh gemas. Sephora ini girilan di ajak pasti menolak, tapi jika tidak ditawari pasti akan menanyakan seperti barusan.

Entah kenapa semenjak pulang dari Osaka— kira-kira hampir dua bulan lalu, hubungan keduanya terasa semakin dekat. Maksudnya, menjadi lebih lengket lagi --begitu lah kira-kira--. Sagion merasa sudah memiliki Sephora seutuhnya begitupun sebaliknya.

"Tapi, Gion... boleh aku bilang sesuatu dulu?"

"Sure,"

"Kayanya aku butuh orang buat masak di rumah ini deh. Aku mau tambah satu asisten rumah tangga lagi, boleh? Sebenernya kalau Bi Marla sanggup buat beres-beres rumah sama masak, aku ngga bakal cari orang lagi. Tapi dia katanya ngga bisa kalo rangkap masak lagi"

Sagion tentu bingung, ia menautkan alisnya penasaran. "Kenapa tiba-tiba? Maksudnya, apa kamu..?"

"Iya," ia tau apa yang dipikirkan Sagion. "Engga tau kenapa belakangan ini aku kalo nyium bau masakan cepet pusing. Kayanya aku kecapean."

"Are you okay?"

"Aku ngga apa-apa. Mungkin faktor cuaca yang engga menentu bikin imunitas aku jadi turun. Cuman ya itu, aku ngga mau masak-masak dulu, pengen istirahat lebih."

"It's good for you, Sepho. And listen, i know you a good cooker, tapi ada kalanya kamu harus berhenti mikirin menu masakan apa yang bakal kamu buat. Jangankan satu asisten rumah tangga, mau sepuluh pun pasti aku kasih asalkan kamu bisa cukup istirahat setelah capek kerja. Bukannya aku udah ngusulin ini dari lama?"

Ya, itu memang kenyataannya. Sudah dari jauh hari Sagion melarang istrinya menyiapkan berbagai menu makan untuk mereka santap. Sagion juga sering menyuruh perempuan itu untuk delivery order saja, tapi Sephora tetep kekeh ingin masak sendiri karena itu memang hobinya dan tentu soal gizi pasti lebih terjamin.

DID WE MAKE IT : ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang