[ 21 ] Takoyaki

425 46 21
                                    




mature content







Osaka, Japan, 22:00.

"Hoek— ugh!"

Perempuan ini bersusah payah mengeluarkan cairan dalam perutnya yang terasa begitu mual, namun tidak juga berhasil. Padahal jika sudah keluar sedikit saja pasti keadaan perutnya akan jauh lebih membaik. Ini sungguh sial, pertama kalinya ia mengalami mabuk udara sampai separah ini. Mungkin karena imunitas tubuhnya yang sedang menurun. Memang total perjalanan untuk terbang ke negara ini hampir 10 jam sih.

Tidak ingin berlama-lama, akhirnya perempuan yang menggulung asal semua surainya ini pun menjulurkan tangan pada keran wastafel untuk membasuh wajah pucatnya.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar sebanyak dua kali, ia tebak pasti selanjutnya di susul sebuah kalimat tanya penuh cemas.

"Sephora? Kamu baik-baik aja?"

Ah, benar bukan. Itu adalah suara suaminya.

Begitu membuka pintu, Sephora langsung di sambut dengan mimik wajah khawatir dari lelaki ini.  Sephora tidak kaget juga sih, pasalnya beberapa saat lalu juga Sagion melakukan hal yang sama; menunggu di depan pintu kamar mandi selama dirinya ada di dalam. Iya, Sephora sudah bolak-balik kamar mandi sebanyak tiga kali.

"Udah aku bilang tunggu aja di sofa, Sagion."

"Gimana bisa aku cuma duduk sedangkan kamu muntah-muntah terus?"

"Aku ngga apa-apa."

Mengabaikan ucapan tersebut, Sagion segera mendekap tubuh yang sedikit limbung itu untuk  memapahnya berjalan menuju tempat tidur.

"Besok pagi kita ke rumah sakit kalau kamu masih belum mendingan juga" ujar Sagion, dengan hati-hati ia merebahkan tubuh istrinya pada kasur.

"Kamu lupa ya kalau aku dokter? Aku bawa obat-obatan sendiri kok. Mungkin ini efek jet lag juga, jadi ngga masalah"

"Tapi muka kamu pucet banget, aku takut kenapa-napa. Siapa tau kamu... hamil?"

Oh sungguh. Sephora ingin sekali tertawa kencang jika saja perutnya tidak sakit. Akhirnya ia hanya bisa tertawa rendah atas ucapan ngasal tersebut.

"Emangnya kamu pernah nyentuh aku sejauh itu sampe berpikiran aku hamil?"

"Emangnya kamu pernah kasih aku izin buat nyentuh kamu sejauh itu sampai nanya begitu?

"Engga."

"That's the point my Primrose."

Merasa cukup atas pembahasan sebelumnya, Sagion lantas menarik selimut untuk menutup sebagian tubuh istrinya. "Mau tidur atau makan dulu? Kamu belum masuk makanan apapun"

"Makan apa?"

"Whatever you want"

"Really?"

"Asalkan bukan makanan macem-macem"

Sephora berpikir sejenak, "tapi engga deh, perut aku bakal nolak soalnya, percuma."

"Yakin? Ngga apa-apa tidur keadaan perut kosong?"

"Yaa, aku mau tidur aja."

Hampir tiga jam berlalu, tepatnya pada pukul 01.00. Sephora terbangun dari tidur yang sebenarnya tidak juga bisa dibilang tidur karena ia hanya berusaha memejamkan matanya berharap segera terlempar ke alam mimpi namun nihil.

DID WE MAKE IT : ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang