***
"Yakin sudah sembuh? Kalau masih belum, kamu libur lagi saja."
Berkali-kali ayah meragu tentang keputusan Yuta untuk kembali bersekolah hari ini. Dan berkali-kali pula Yuta mengangguk, meyakinkan ayah bahwa Yuta sudah sehat wal'afiat. Dia telah menghabiskan tiga hari untuk beristirahat. Sudah sangat cukup bagi Yuta yang tak menderita penyakit parah.
Ayah menghela napas. Kalau sudah begini, mau tak mau ayah harus mengizinkan Yuta pergi ke sekolah. Dia melirik Sesilia yang asik dengan piring berisi sarapannya. Mereka memang berada di rumah ayah dan Yuta dia seret untuk ikut sarapan bersama. Anak itu tidak akan makan kalau tidak dipaksa.
"Sil," panggil ayah.
Gadis itu mengedikkan dagunya tanpa mengalihkan pandangan dari piring berisi nasi goreng dan telur setengah matang.
"Kamu jagain Yuta selama di sekolah. Pastikan Yuta makan siang dengan baik dan benar," pinta ayah. Dia masih khawatir dengan laki-laki itu. Baginya, Yuta belum sepenuhnya sembuh.
"Hm," sahutnya terdengar tidak ikhlas.
"Jangan hm, hm aja. Nanti kamu malah asik sama pacar kamu," sewot ayah membuat Yuta terkikik mendengarnya.
Sesilia menghela napas sembari menatap ayah. "Mana ada aku punya pacar, yah."
"Alah." Ayah menapik elakan Sesilia. "Tidak perlu bohong. Ayah tau kalau kamu sudah punya pacar. Siapa itu namanya, Aldo? Fal? Siapa? Lupa ayah namanya."
Sesilia berupaya untuk tidak terkejut. Dia melirik Yuta yang mendadak acuh tak acuh dengan obrolan mereka. "Tau dari mana kalau dia pacar aku?"
"Dari seseorang."
Sesilia menatap Yuta yang masih berlagak tidak tau apa-apa. Praktis Sesilia menendang kaki Yuta dari bawah meja. Laki-laki itu mengaduh. Sesilia tertawa puas.
"Ember banget lo jadi orang," ucapnya senang melihat Yuta kesakitan.
Tidak main-main tendangan gadis itu. Tulang kering Yuta ngilu luar biasa. Masih dengan meringis, Yuta menatap gadis yang tampak bahagia itu.
"Jadi cewek nggak boleh kasar."
"Terserah gue lah. Lagian siapa yang mulai duluan, hm?" tantang Sesilia.
"Apa salahnya kalau ayah tau lo udah punya pacar?" tanya Yuta bingung.
Sesilia menatap Yuta sinis. Sesilia bersusah payah menyembunyikan hubungannya dan Faldo dari ayah. Sebab dia takut ayah akan marah karena setelah putus dengan Yuta, ayah tak lagi mengizinkan Sesilia berpacaran. Katanya hanya akan buang-buang waktu. Nanti kejadian di masa lampau terulang lagi. Ayah tidak ingin Sesilia menyakiti laki-laki lagi.
Ayah menggeleng-gelengkan kepalanya. Kedua remaja itu masih saja suka bertengkar. Tetap seperti tom dan jerry.
"Jangan berantem. Mending kalian berangkat ke sekolah. Nanti terlambat."
"Berangkat sana." Sesilia menggerakkan tangannya seperti mengusir pada Yuta.
"Kalian, bukan Yuta. Kamu memangnya tidak sekolah?" heran ayah.
"Sekolah, tapi nggak bareng Yuta."
"Sama Fal?"
"Hm."
Ayah menatap Sesilia. Dia melarang gadis itu untuk pacaran selama masih menuntut ilmu. Pacaran hanya membuang-buang waktu. Apa manfaatnya? Ayah belum menemukan manfaat dari pacaran sejauh ini. Yang ada ayah menemukan dampak buruknya. Seperti nilai turun, stress karena bertengkar atau hal lain yang merusak kedamaian dan kesejahteraan hidup. Ayah heran, kenapa anak muda zaman sekarang suka sekali pacaran? Seakan-akan mereka akan mati jika tidak punya pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuta dan patah hatinya
Teen FictionTidak ada yang tersisa setelah patah hati pertamanya. Seharusnya begitu. Seharusnya semuanya habis ketika ayah memilih meninggalkan Yuta dan mama. Seharusnya cinta Yuta pada Sesilia habis di tahun ketika gadis itu memilih mengakhiri hubungan mereka...