14 Aerlang

4 4 0
                                    

Naka dan Amella berlari mengelilingi lapangan bersama. Kini mereka sedang menjalankan hukuman dari tata tertib sekolah, karena terlambat. Hukuman kali ini, bisa dibilang mudah karena mereka hanya perlu berlari mengelilingi lapangan, walaupun 15 kali. Tapi, itu lebih baik dari pada diskors.

“Ka! Kalo ngga kuat, mending istirahat aja! Ntar gue bantuin ngomong ke Pak Guru” seru Amella sedikit keras, juga dengan nafas yang tersengal-sengal. Karena berlari.

Amella menghentikan langkahnya. Tangannya memegang lututnya, dia juga mengatur nafasnya yang memburu, lelah.

“Lo pikir gue lemah? Kek nya, lo yang perlu istirahat. Liat,” sindir Naka bercanda. Dia terkekeh melihat Amella, yang kelelahan, karena terus berlari. Tangannya bergerak mengacak-acak rambut kusut karena keringatnya, gemas.

Mereka terlalu fokus menjalankan hukuman, hingga tak sadar, ternyata banyak sepasang mata yang sedang menyaksikan mereka. Mereka semua menyaksikan Amella dan Naka dari  gedung atau depan kelas mereka masing-masing.

Termasuk Vanesa dan Aerlang.

Vanesa melipat tangannya di depan dadanya. Dia melirik tajam mereka dari atas. Sekarang Vanesa berada di depan kelasnya, yang berada di lantai 3 gedung A.

Sementara itu, Amella dan Naka terus menjalankan hukuman mereka, tanpa menghiraukannya. Walaupun sangat melelahkan, Naka selalu melempar candanya yang membuat Amella terus tertawa. Begitu pun juga Amella, sesekali dia membalas candaan dari Naka, yang mampu membuat Naka kembali semangat, sehat, dan bugar.

Di tengah-tengah dia dengan santainya berlari, tiba-tiba Amella menubruk sesuatu, yang membuatnya sedikit terkejut. Dia mundur beberapa langkah, lalu mengangkat kepalanya mencari tau. Dan ternyata, dia mendapati Aerlang yang entah sejak kapan sudah berada di sana.
“Ngapain?” tanya Aerlang.

Dia menarik salah satu alisnya keatas.
“Apaan sih, Minggir.” Amella berusaha pergi dari sana.

Berusaha tak menciptakan masalah lagi. Sudah cukup masalah yang ia dapatkan kemarin. Aerlang benar-benar pintar membuat dia mengalami banyak masalah, lalu apa lagi? Dia akan melakukan lagi? Dia akan membuat dirinya terlibat dalam suatu masalah lagi? Dasar Aerlang, dasar tidak berperi kemanusiaan.

Aerlang tak lagi mencegah Amella yang pergi. Sepertinya adiknya sedang marah kepadanya. Dia akan mencoba mengerti.

Naka yang menyaksikan itu pun, mendekati Aerlang. Lalu, menepuk bahu Aerlang beberapa kali. Tanpa mengeluarkan suara, lalu pergi begitu saja.

Aerlang langsung memasang wajah bingung. Ada apa dengan cowok itu? Dia sangat aneh. Ah benar juga, dia melihat, Amella berangkat bersamanya.

Apa yang sudah mereka lakukan? Bukankah cowok itu telah menghilang beberapa hari? Kini mereka terlihat kembali bersama. Sungguh aneh.

Aerlang benar-benar tidak menyukai Naka di dekat Amella, dia merasakan akan ada hal buruk yang terjadi, apa pun itu Aerlang tidak suka, dia takut terjadi apa-apa kepada adiknya.


***


Cewek dengan piyama dan rambut yang di kuncir kuda itu, menenteng gelas bermotif sapi. Amella membuka pintu kamarnya yang berada di apartemen Aerlang. Masih dengan muka bantal, dia mengacak-acak rambutnya sambil mulutnya yang terbuka, menguap.

Hari ini Amella menginap di apartemen Aerlang lagi. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 2 dini hari. Dia berjalan menuju dapur untuk mencari minuman, saat merasa tenggorokannya kering dan tidak bisa menemukan botol atau pun air di kamarnya. Dia melirik kamar Aerlang, menyadari pintunya yang terbuka, dia berniat mengintip apa yang dilakukan Aerlang. Kenapa jam segini dia belum juga tidur?

Jiwa yang Terluka {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang