01 Boneka tanpa jiwa?

29 8 2
                                    

Tamparan keras berhasil mendarat di pipi kanan cewek itu. Ini adalah makanan sehari-harinya, kini dia mulai terbiasa dengannya. Bagaimana tidak, hampir setiap hari dia mendapatkan kekerasan fisik maupun mentalnya. Selalu berusaha tetap tegar, namun dia juga manusia biasa. Yang mempunyai perasaan dan rasa lelah, namun kenapa mereka memperlakukannya seolah dia adalah boneka tanpa jiwa?

Luka pada tubuhnya. Mungkin, tidak seberapa dengan luka pada jiwanya.

“Sialan! Bangsat! Anjing!” pria itu terus mengeluarkan kata kasarnya bersamaan dengan pukulan yang dia berikan kepada anak perempuannya satu-satunya itu.

Dia tebak pria yang berstatus Ayah tirinya itu mendapatkan masalah di kantor dan melampiaskan padanya. Ya, itu kebiasaan yang sangat buruk, dia seperti dijadikan anjing pelampiasan oleh Ayah tirinya sendiri.

Cewek cantik dengan rambut bergelombang, dan mata yang sayu itu bernama—Amella Sirena.

Semua kemalangannya berawal pada kecelakaan 2 tahun yang lalu, yang menewaskan ibu kandungnya. Menyisakan dirinya sendiri yang selamat, oleh sebab itu ayah tirinya sangat membencinya. Ayah kandungnya juga pun sudah meninggal sejak dia masih duduk di bangku SD.

Setelah merasa sudah cukup puas, pria itu meninggalkan Amella yang sudah terkapar lemah. Cewek itu memegang dadanya sesak dan menangis dalam diam, terkadang dia ingin mencoba mengakhiri semuanya. Namun, dunia seperti tidak mengizinkannya pergi begitu saja, entah apa yang dia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga dia mendapat hukuman di dunia yang menyeramkan ini.

Dia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.35 WIB. Ini sudah sangat terlambat untuk pergi ke sekolah, apakah harus membolos? Lalu akan pergi kemana lagi jika tak ke sekolah, hanya di sekolah dia bisa bernafas dengan lega. Ah benar, dia tak boleh membolos.

Amella sedikit meringis saat mengusap darah yang keluar dari ujung bibirnya, lalu tertawa hampa. Tidak, dia hanya menertawakan hidupnya sendiri yang penuh keterpurukan.

Dia mengambil tas sekolahnya dan segera bergegas berangkat ke sekolah, karena terburu-buru dia memilih mengendarai sepeda saja, karena jarak rumah ke sekolah juga tidak terlalu jauh.

Setelah menyelesaikan hukuman dari tata tertib sekolah karena dia terlambat tadi, sekarang dia sudah berada di kelasnya.

“Siapa?” tanya Amella kepada teman sebangkunya, dan menunjuk murid yang tampak asing baginya.
“Anak baru dari Bandung, ini hari pertamanya,” jawab Hany. Cewek dengan alis dan bulu mata yang tebal itu adalah teman sebangkunya.

Amella menganggukkan kepala paham.
“Oke anak-anak sekian pelajaran bahasa Indonesia hari ini, Karna masih ada waktu 15 menit sebelum berganti jam. Kalian tulis di lembaran. Kalimat aspirasi kalian hari ini. Dikumpulkan di meja saya, sekian,” titah Bu Aida, guru bahasa Indonesia sebelum meninggalkan kelas.

Amella mengumpulkan selembar kertas yang bertuliskan, 'Perlahan menghilang tanpa jejak.'

Setelah menaruh kertasnya, secara bersamaan kertas lain ditaruh tepat di atas kertasnya. Amella melirik orang dengan pemilik kertas itu, dan mendapati Si Anak baru. Amella meliriknya aneh. Dia yakin kertas itu bertuliskan 'Hidup bahagia di dunia sedikit lebih lama.'

Masih adakah orang yang menyukai hidup di dunia ini?

***

“Oh ini! Yang udah berani deketin pacar gue?” gertak seorang murid perempuan, tiba-tiba datang di depan Amella dengan melipat tangannya di depan dadanya.

Cewek bernametag  merah yang menunjukkan kelas 12, yang berarti kakak kelasnya. Vanesa Angelina, murid dengan wajah yang berbalut make up dan baju ketatnya itu, terlihat menyeramkan baginya. Sekarang hanya ada mereka berempat ditoilet Amella, Vanesa, dan kedua anak buahnya.

Jiwa yang Terluka {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang