Part 16

197 22 0
                                    

Matahari sudah naik, tapi pengantin baru itu masih setia memejamkan matanya. Yasmin bangun lebih dulu. Ia sangat kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya.

"Argh, sialan. Sakit banget"

Yasmin bergerak dengan sangat pelan. Ia melihat sosok yang ada di sampingnya. Sosok yang sangat ia kagumi dulu. Tapi sekarang setelah ia mulai melupakannya, pria ini malah jadi suaminya.

Yasmin menggeleng kuat. Lalu ia beranjak dari kasur dan masuk ke kamar mandi.

Alden terbangun. Ia melihat ke samping, tapi ia tidak menemukan istrinya. Spontan ia beranjak bangun.

"Yaya?"

"......?"

"Yaya, kamu di kamar mandi?"

Alden mengetuk kamar mandi. Karena tidak ada respon. Ia membuka pintu tersebut.

"Aaaaagrh. Lo udah gila ya?"

Alden kaget setengah mati karena mendengar teriakan Yasmin.

"Kamu ngagetin aku aja. Akukan juga udah liat semuanya semalam"

"Udah diem deh. Keluar sana"

"Kan aku bener".

"Iya-iya, udah keluar sana"

"Aku-kamu dulu"

"....."

"Yaudah, aku gak akan keluar"

Yasmin menghela nafas lelah. Ternyata pria ini sangat kekanak-kanakan.

"Oke kak, sekarang kakak keluar dulu ya. Aku mau mandi"

Alden tersenyum, lalu mengusap kepala yasmin. Setelah itu ia berlalu keluar.

Beberapa menit kemudian, yasmin keluar dari kamar mandi. Ia hanya mengenakan handuk sebatas dada hingga pahanya saja. Alden yang melihat itu tidak bisa mengalihkan pandangannya.

"Woi kak. Jangan aneh-aneh ya"

Alden tersentak, lalu terkekeh.

"Iya, gak aneh-aneh kok"

Tapi pria itu semakin dekat dengan yasmin.

Yasmin sudah tidak bisa mundur. Alden menyudutkannya ke lemari pakaian mereka.

Yasmin menundukkan kepalanya sambil memegang handuknya erat-erat.

Dia tidak ingin mengulang kembali kejadian semalam.

Yasmin tiba-tiba menangis. Alden yang melihat itu pun langsung mundur beberapa langkah.

"yaya" alden mencoba untuk maju lagi. Tapi yasmin yang memegang erat handuknya semakin menyudutkan dirinya ke lemari.

Alden menghela nafas.

"Yaya, kakak minta maaf. Kakak juga gak bermaksud bikin kamu jadi takut begini. Maafin kakak. Kamu ganti baju dulu. Kakak mau bersih-bersih, terus kita turun buat makan siang. Udah jangan nangis lagi ya."

Yasmin hanya menunduk sambil menganggukkan kepalanya.

Setelah Alden hilang di balik pintu kamar mandi. Yasmin langsung menghapus air matanya dan bergegas memakai pakaiannya. Ia takut jika alden masih melihatnya yang hanya memakai sehelai handuk saja.

***

Yasmin makan dengan lahap. Ntah kenapa, ia sangat lapar. Mungkin katena ia tidak makan banyak semalam.

"ehm, yaya. Kita di kasih waktu libur seminggu, kamu ada tempat yang mau dikunjungi gak?"

Yasmin terdiam sebentar. Ia memang ingin mengunjungi suatu tempat. Tapi ia tidak ingin pergi dengan Alden.

"Gak ada kak"

"Kita cari apartemen aja dulu gimana?"

Yasmin mengangguk kembali.

***
Setelah melihat beberapa apartemen, akhirnya mereka memilih apartemen yang dekat dengan kampusnya. Jadi ia memilih apartemen yang paling dekat dengan kampusnya. ia juga tidak perlu berangkat bersama Alden nantinya.

Mereka sepakat untuk menutupi pernikahan mereka. Yasmin tidak ingin menyakiti puspa. Ia tau bahwa puspa juga menyukai Alden. Jadi mereka akan merahasiakan sementara pernikahan ini.

"Yaya".

"Hm?"

Beginilah Alden sekarang. Pria ini tiba-tiba berubah menjadi manja sekali padanya. Perasaan yasmin memang belum hilang sepenuhnya. Tapi perasaan itu juga sudah tidak utuh lagi.

"Usapin kepala kakak"

Yasmin yang duduk di sofa dan kepala Alden yang berada di pangkuannya. Yasmin mengusap kepala Alden. Pria itu terlihat sangat nyaman sekali. Ia juga berbalik menghadap yasmin dan memeluk pinggangnya. Hal ini membuat yasmin menahan nafas seketika.

'bisa gak sih geraknya jangan tiba-tiba. Bikin kaget aja'

Tiba-tiba Alden berdecak.

"Ck. Kenapa berhenti, usapin lagi" Alden mengambil tangan yasmin dan menaruhnya di atas kepalanya.

Tring

Ponse alden berbunyi. Tertera nama puspa disana.

"Kak, ponselnya bunyi"

"Hm,  biarin aja"

"Dari puspa kak"

"Hah?"

Melihat reaksi Alden. Yasmin menahan nafasnya sekali lagi.

"Hm. Biarin aja dulu. Usapin aja kepala kakak, yaya"

Yasmin menghela nafas kembali.

Kenapa perasaannya begini. Ia harus bisa membuang perasaan ini. Ia tidak ingin jadi pihak yang selalu tersakiti disini.

***
Bersambung

Halo semuanyaa

Aku up lagi

Terima kasih yang udah vote, komen dan follow yaa semuanya. Baik itu  di wp ataupun di KK. Pokoknya Terimakasih banyak💞.

Btw aku udah up sampai part 17  di Karyakarsa. Jadi yang mau baca duluan boleh langsung kesana aja ya.
Terimakasih💞.

YasminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang