Part 28

235 14 0
                                    

Yasmin, ia masih setia menutup matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yasmin, ia masih setia menutup matanya. Bibir yang dulunya berwarna merah muda sekarang sudah memucat. Alden memberanikan diri untuk  mendekatinya. Pria itu menggenggam tangan istrinya lalu memngecupnya. Airmata yang sedari  tadi memupuk di matanya jatuh membasahi pipinya. Ia juga tidak tau, ntah sudah berapa kali ia menangis. Dadanya juga sesak, seperti sedang menahan sesuatu.

Tangan yang ada di genggamannya bergerak. Alden menatap wajah istrinya. Benar saja, akhirnya istrinya membuka matanya.

Yasmin bengun dengan kening yang berkerut. Alden mulai mengajaknya berbicara.  Tapi Yasmin tidak merespon ucapannya.

Tiba-tiba Yasmin mengingat sesuatu.
Ia meraba perutnya.

Alden yang mengerti kepanikan Yasmin pun meminta maaf sambil menangis.

"Yaya,  maaf. Aku gagal jaga  kamu dan calon anak kita."

"Apa maksud lo?"

Yasmin menatap Alden tajam.

Alden menggenggam tangan Yasmin. Air matanya mengalir. Yasmin menarik paksa tangannya. Lalu berteriak.

"Rora!!!!"

Rora yang baru kembali dari ruang rawatnya pun berjalan lebih cepat.

"Roraa. Jangan terlalu cepat. Kamu tadi gak ingat dokter bilang apa"

"Iya-iya,  bawel banget lo"

Rora masuk kedalam ruangan. Ia melihat kamar yasmin yang sudah berantakan. Infus di tangan perempuan itu juga sudah terlepas. Terlihat darah dari bekas infusnya.

"Yaya tenang"

"Rora, anak gue...."

"Maafin gue Yaya"

"Arrrght"

Rora mendekat

"Yaya tenang. Kondisi lo belum stabil"

Alden mencoba mendekat.

"Sayang..."

"Pergi"

"Yaya, aku.. "

"Pergiii!!!!!!"

Rora mendekat dan memeluk Yasmin.  Hingga dokter datang dan memeriksanya.

Rora juga memberikan kode pada Bryan untuk mengajak Alden keluar.

"Ayo"

Alden dengan enggan keluar dari sana.

"Lo harus tenang"

"Tenang gimana maksud lo? Istri gue histeris di dalam sana yan"

Alden duduk di kursi tunggu dengan gelisah.

"Nak Alden"

"Papi,  Mami.. "

Alden memeluk Papi Yasmin.

"Gimana Keadaan Yaya, nak?"

Alden menceritakan keadaan Yasmin.  Mami Yasmin menangis. Ia tidak menyangka jika putrinya akan menghadapi masalah seperti  ini.

Kemudian mereka masuk ke dalam ruangan Yasmin. Perempuan itu sudah tenang. Dia sedang tertidur sekarang.

Alden memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Ia ingin membersihkan diri dan mengambil beberapa keperluan istrinya.

***
"Gimana keadaan Lo?"

"Tubuh gue udah lumayan membaik, tapi batin gue hancur banget"

"Lo tau kan, gue pasti selalu dukung lo"

Yasmin mengangguk. Ia harus menghubungi seseorang dulu.

Penampilan Alden jauh lebih segar. Ia menenteng keperluan istrinya dan cheesscake. Ia akan mencoba peruntungannya lagi kali ini.

Sebelum membukan pintu, ia menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan.

Klik

Alden kaget, bukan dia yang membuka pintu. Melainkan petugas kebersihan. Pria itu masuk ke dalam. Ia berusaha untuk berfikir positif. Akan tetapi setelah mendengar penuturan dari salah satu perawat, ia langsung  berbalik pergi.

Ia mencoba menelfon istrinya. Tidak ada respon selain dari operator. Ia mencoba menghubungi Rora dan orang tua Yasmin. Mereka tidak mengangkat panggilanya.

Ia kembali keapartemennya. Alden berharap ada istrinya di sana. Akan tetapi,  harapan itu sia-sia. Yasmin tidak ada disana. Ia kehilangan arah.

"Lo harus ke bandara sekarang"

Alden yang mendengar suara Bryan langsung bergegas meninggalkan apartemennya. Bryan menyusulnya, ia akan mengantar sahabatnya itu.

"Ayo, naik mobil gue aja. Mobil gue di depan lobby"

Alden tidak mau berdebat. Ia tidak punya waktu untuk itu.

Sesampainya di bandara, Alden berlari mencari istrinya. Ia mencari di antara lautan manusia yang berada disana. Ia mencari hampir satu jam.

"Lo beneran gak tau tujuan Yaya kemana, hah?"

"Gak, gue beneran gak tau. Gue cuma dikasih tau sama Rora kalau Yasmin mau ke bandara."

Alden duduk di salah satu kursi tunggu yang ada disana. Ia menjambak rambutnya sendiri. Air matanya tau kuasa ia tahan lagi.

Bryan yang ada disamingnya hanya bisa mengusap punggung sahabatnya.  Sembari menguatkannya dengan akan membantu Alden mencari Yasmin.

"Gue gagal yan. Gue gagal jaga dia sama calon anak kami. Tapi pas gue mau nebus itu semua, dia pergi ninggalin gue."

Bryan hanya bisa mendengarkan keluh kesah Alden. Ia berharap bisa membantu pria itu nantinya.

***

Tamat

Halo guys

Terimakasih buat kalian yang udah baca dan dukung cerita Yasmin. Aku juga udah upload 2 extra part si Karyakarsa, Kemungkinan besar gak akan di upload di WP. Yang mau baca boleh langsung kesana yaa guys. Sampai jumpa di cerita berikutnya yaa guys.

Luv

Chunninglee.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YasminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang