Bab 17

171 24 0
                                    

Sekarang yasmin sudah terbiasa tidur sekamar dengah Alden. Ia sudah tidak mempermasalahkan keadaannya sekarang. Benar kata orang, kita harus menerima dan menjalani garis kehidupan. Alih-alih menolak dan berusaha memberontak.

"Yaya?"

Seperti biasa, Alden akan mencari yasmin ketika ia bangun di pagi hari.

"Iya kak"

Yasmin berseru dari dapur, karena ia sedang memasak sarapan untuk mereka berdua.

Alden memeluknya dari belakang dab menyandarkan dagu di bahu yasmin.

"Kak?"

"Hm?"

"Mandi sana"

"hm? Iya bentar lagi"

"Kak?!"

Yasmin berseru lebih keras.

"Iya yaya, ini mau mandi"

Aden berlalu setelah mencium pipi Yasmin.

Yasmin yang diperlakukan seperti itu berusaha untuk mengedalikan dirinya. Jantung berdetak lebih cepat. Ia sampai menarik nafasnya berkali-kali untuk menenangkan detak jantungnya.

"Tenang ya, lo bisa kendalikan perasaan lo sendiri. Tenang" Gumamnya.

Setelah dirinya sudah lumayan tenang, barulah ia lanjut memasak.

***
"Aku berangkat ya kak"

"Iya, hati-hati"

Mereka memang sudah sepakat untuk merahasiakan pernikahannya. Selain Yasmin tidak ingin menyakiti hati puspa,  Ia juga akan di cap sebagai perebut pasangan orang lain juga nantinya. Yasmin hanya ingin kuliah dengan damai tanpa ada unsur drama lainnya.

***
"Yaya"

Rora berlari mendekati yasmin.

"Yok sarapan dulu"

"Gue udah sarapan ra"

"Temenin gue aja ayok"

"Tapi gue-"

"Gue tau lo masuk jam 10 ya hari ini yaya, ayo temenin gue dulu"

Yasmin hanya bisa pasrah ditarik oleh Rora.

"Gue pesan makanan dulu"

Yasmin duduk sendirian menunggu Rora. Ia mengedarkan pandangannya. Yasmin melihat Alden dan temannya masuk area Kantin.

"Ngapain ni orang ke kantin sini" gumam yasmin.

Mata Alden tidak lepas dari Yasmin.
Setelah itu, ponselnya berbunyi.

Kak Alden

Dosen paginya gak dateng?

Iya Dosennya gak masuk

Yasmin buru-buru memasukkan ponselnya setelah membalas pesan Alden.


Alden menaikkan satu alisnya melihat kelakuan istrinya.

"Yaya, ni susu Strawberry kesukaan lo"

"Thank's ya"

"Yaya, lo beneran udah nikah sama Alden?"

"Hm"

"Gimana ceritanya?"

"Gue harus balas budi ke dia Rora. Dia yang udah bantu papa dan perusahaannya"

"Terus gimana perasaan lo sekarang?"

"Gue gak tau, perasaan gue sekarang kayak terombang-ambing gitu"

"Hm?"

"Ya gitulah pokoknya"

"Lo jangan mau seenaknya dia aja ya"

"Iya, gue tau"

"Lo juga jangan mau di sentuh dulu sama tu bocah"

"......"

"Yaya, jangan bilang"

Rora seketika berdiri.

"Ayo, biar gue hajar tu orang"

Yasmin yang panik, berusaha untuk menenangkan Rora.

"Jangan, orang yang lo maksud tu di belakang lo Rora"

"Hah? Mana?"

"Udah, udah. Duduk dulu"

"hah. Oh iya. Dia pakek pengaman kan?"

Deg

"Damn. Memang udah gila tu orang. Mau bikin lo bunting ya dia"

"....."

Yasmin terdiam. Ia lumayan panik sekarang.

"Ayo Kita harus pakai kontrasepsi dulu. Biar Lo aman"

Rora menarik tangan yasmin untuk beranjak dari sana.

Alden melihat intraksi mereka berdua hingga mereka pergi. Ia penasaran dengan apa yang akan mereka lakukan.

***

"Lo kenapa gak mau di pasang alat kontrasepsi aja ya, kan lebih aman"

"Gua bukannya gak mau rora. Tapi belum berani gue"

"oke yaudah. Lo jangan lupa minum pil ini tiap hari"

Yasmin menganggukkan kepalanya.

"Kita mau kemana lagi habis ini?"

"Belanja yuk, udah lama gak belanja bareng kan kita"

Mereka pergi ke pusat perbelanjaan. Ketika mereka masuk ke sebuah toko. Yasmin melihat sepasang manusia yang membuatnya urung untuk masuk ke dalam toko tersebut.

"Yaya, ayo"

Rora yang sadar yasmin tidak bergerak melihat apa yang yasmin lihat.

"Wah si bangsat"

"Rora, jangan"

"Tapi..."

"Ayo kita pulang"

***

Bersambung

YasminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang