Pagi nya mereka pulang dan memakamkan Aleva Sanjaya dikediaman Nio disamping makam istrinya.
Sementara Alenza menatap nanar makam anak nya, ia amat terpukul dengan kepergian buah hati yang sudah ia sayangi semenjak ia berada dikandungan.
Apalagi nanti ia akan pergi balik ke Indonesia untuk mencari Dava yang belum ditemukan sampai sekarang.
"Dek.." panggil Kara menepuk pundak nya pelan
"Kamu baik baik disini, nanti mommy datang lagi" ucap nya mencium batu nisan yang tertulis nama anak nya
"Anak mommy harus bahagia di sana, tunggu mommy nyusul juga, nanti kita main sama sama, daddy juga kita ajak main" sambung nya mengelus elus pelan nisan itu
"Ternyata bener kata daddy, kamu perempuan seperti yang pernah ditebak daddy mu waktu dikandung mommy" ingat nya tiba tiba terbersit ucapan Dava di pikiran nya
Mereka segera berangkat hingga sampai di sana sore harinya, Ive mendekati setiap jenazah yang ada.
"Apa Dava anak saya sudah ditemukan?" tanya Nio kepada yang bersangkutan
"Belum lagi" jawab nya dengan raut sedih
"Hari ini ada beberapa jenazah yang belum diketahui identitas nya, karena luka bakar yang cukup parah di alami para korban membuat kita tidak dapat mengenalinya" sambung nya membuat Nio mengangguk paham
Ive melihat tim SAR membawa satu jenazah lagi ke darat, membuat nya segera menghampiri mereka.
Perasaannya mulai tak enak, ia mencoba menepis pikiran negatif yang terus saja terbayang bayang.
Ia membuka cepat kantong jenazah itu setelah mereka meletakan nya.
Deg!
Ive tersenyum getir melihat siapa yang ia lihat kali ini. "Jelek banget wajah lo Dav.." lirih nya tertawa kecil
"Kenapa lo pergi nggak ngajak ngajak gw?"
"Gw khawatir tau nggak sama lo!"
"Dan asal lo tau, kita gagal jadi orang tua Dav.."
"Anak kita perempuan, dia cantik dan wajah nya mirip banget sama lo.."
"Gw kasih nama dia kayak yang pernah lo sebutin waktu sama gw"
"Tapi anak kita meninggal, Aleva udah nggak ada!"
"Terus sekarang lo ninggalin gw!?"
"Lo kira gw seneng diginiin hah!?"
"Jawab gw Dav! jawab!!" bentak nya membuat keluarganya yang berada jauh dari nya langsung berlari menghampiri Ve yang sudah menangis
Saat sampai, mereka dikagetkan dengan sesosok jasad yang begitu mereka kenali namun sudah tak bernyawa.
"Setelah gw gagal jadi ibu, lo mau jadiin gw gagal jadi istri Dav!?"
"Kenapa lo nggak ngajak gw mati bareng?!"
"Kenapa kalian janjian nggak ngajak gw!? kenapa kalian berdua pergi?!"
"Kenapa Tuhan ambil keluarga kecil gw!!!"
"Dan kenapa dia nggak ambil nyawa gw sekalian hah!?"
"Kenapa dia biarin gw hidup!"
"Dava bangun!!" teriak nya menggoncang tubuh suami nya kencang
"Mana janji lo sama gw!?"
"Gw bilang jawab Dav! jangan diem aja.." lirih nya memeluk nya erat
"Kenapa lo harus pergi sama laut?! lo mau gw buktiin seberapa cinta nya gw sama lo iya?"
"Lo mau liat gw ngorbanin nyawa buat nyusul lo!?"
"Dava dengerin gw! lo harus denger baik baik! gw bakalan tepatin janji gw!!" teriak nya tepat ditelinga Dava
Sementara mereka hanya menatap Ive kasihan. "Kenapa Tuhan nggak adil sama gw.."
"Kenapa Tuhan ambil orang yang gw sayang.."
"Kenapa harus mereka? mereka salah apa?!"
"Hukum gw aja!! jangan ambil mereka!, gw yang salah! gw yang buat dosa! kenapa orang yang gw cinta yang jadi korban!!" jerit tak terima dengan kenyataan pahit yang terus saja menghantam nya bertubi tubi
"Ambil nyawa gw sekarang.. gw nggak kuat.." lirih nya lelah dengan kehidupan nya sekarang
"Nggak puas udah ambil anak gw hah!? nggak puas liat gw menderita!?"
"Kenapa setelah anak gw, harus suami gw!?"
"Kenapa nggak gw aja!!"
"Gw capek!!"
"Apa satu nggak cukup bagimu Tuhan?, mengapa engkau mengambil satu orang lagi yang gw sayang.."
"Kenapa harus mereka berdua? kenapa semua keluarga kecil gw lo ambil"
"Apa di dunia ini cuma ada keluarga kecil gw!"
"Kenapa nggak yang lain aja?, kenapa takdir bawa gw kesini.."
"Cuma satu yang aku pengen, kembalikan mereka dengan ku lagi.. jangan bawa mereka pergi.." ujar nya pelan tak bisa berbuat apa apa
"Dav, bangun.. gw kangen sama lo" ujar nya menepuk pipi nya pelan beberapa kali
"Kasih gw harapan buat lo balik lagi.. gw mohon Dav.." pinta nya melas dengan air mata yang tak henti henti membasahi pipinya
"DAVA!!!" teriak nya sekencang mungkin untuk menghilangkan amarah besar yang ia pendam sendiri
"Dav lo udah janji.."
"Lo janji nemenin gw masuk Islam.. tapi kenapa lo pergi.."
"Tuhan.. ambil nyawa gw sekarang!" batin nya memejamkan mata nya erat berharap ia sudah berbeda alam saat ini juga
"Kenapa lo jahat sama gw!"
"Dava kenapa lo tega!? kenapa!!" bentak nya memukul mukul pelan dada suami nya
"Kalo lo pergi siapa yang jadi sandaran gw besok nanti?"
"Lo nggak cemburu kalo gw pindah sandaran sama tembok?" tanya Ve dengan kekehan kecil dari nya
"Dav gw punya tebak tebakan!" ujar nya membuat orang orang mungkin sudah menatap nya gila karena berbicara dengan mayat
"Jawab ya!" pinta nya tersenyum lebar
"Kucing kucing apa yang bikin lo baper?"
"Kucingta kamu Dav.." jawab nya sendiri dengan air mata yang mengalir deras
"Maaf kak, kita akan membawa korban untuk diautopsi terlebih dahulu" ucap seseorang mendapat tatapan mematikan dari Ve
"Gw bisa urusin suami gw sendiri!" tegas nya mendorong kasar pria itu
"Lepasin tangan lo dari suami gw!" bentak nya langsung menyetak tangan orang yang berani menyentuh suami nya
"Gw bilang jangan bawa suami gw!!" teriak menolak keras
"Jangan bawa Dava! nggak! dia nggak boleh dibawa pergi!!!" larang nya menghadang mereka yang nekat membawa nya pergi
Nio menatap anak nya nanar, dengan segera Gasya dan Kara mencegah adik mereka tak berbuat masalah dan menghambat pekerjaan mereka.
"Lepasin gw! nggak nggak! Dava!! Dava jangan dibawa pergi!!!" teriak nya memberontak dan ingin melepaskan cekalan abang nya
"Lepas! gw bilang jangan bawa Dava!!" jerit nya kencang seketika pingsan ditempat
"Maaf, gw terpaksa" ucap Gasya merasa bersalah karena memukul belakang kepala Ve keras
"Kenapa Tuhan nggak biarin Ve bahagia.." ucap Karel tak sanggup melihat betapa rapuh nya Ve
Walau mereka belum terlalu mengenal Dava dan dekat dengan nya, tapi mereka sudah sangat menganggap Dava keluarga nya.
Bahkan hati mereka sakit ketika Dava harus pergi dari dunia ini untuk selamanya. "Gw nggak tau lagi, tapi hidup Ve bakalan hampa tanpa Dava" ujar Areksa menghapus air mata nya yang menetes

KAMU SEDANG MEMBACA
ALENZA [END]
Teen Fiction"Aku kira hari-hariku akan terasa bahagia setelah aku menyelesaikannya. Namun, untuk tersenyum saja rasanya sangat berat untuk ku lakukan. Air mata terus menerus menghujani pipi ku. Tangan ku enggan menghapusnya. Biarkan lah setiap tetesannya menjad...