"Katanya cinta indah tetapi banyak yang tersakiti karena cinta?"
~anonimEnzo sedang duduk di atas motor hitamnya, di sampingnya ada Raka yang sedang memainkan ponselnya. Enzo membuka botol minumnya, saat sedang meminum minumannya Enzo menyemburkan air yang ada di mulutnya dan memasang wajah terkejut.
"Kenapa Zo?" tanya Raka heran.
"Gue gak salah lihat kan?" tanya Enzo lagi
"Maksudnya," jawab Raka.
"Tuh lihat, itu Darren kan sama si Zea," Enzo menunjuk ke arah gerbang sekolah, di sana terlihat Darren yang sedang membonceng Zea.
"Lah sejak kapan mereka dekat?" tanya Raka.
"Gak tau gue, tuh bocah gak ada cerita," jawab Enzo.
Enzo dan Raka pun melihat kebersamaan Darren dan Zea. Mereka berjalan sembari ngobrol berdua sesekali mereka tertawa. Enzo dan Raka pun mengikuti mereka ke kelas.
"Gue gak salah lihat kan?" tanya Enzo.
"Lihat apaan?" jawab Darren.
"Kok kalian bisa sedekat nadi padahal sebelumnya sejauh matahari," ucap Enzo.
"Emang dia siapa, kok duduk di sebelah lo?" tanya Raka dengan ekspresi bingung.
"Ouh iya lo kan gak masuk kemaren ya, kenalin nih Zea murid pindahan," ucap Darren.
"Makanya sering masuk," ucap Enzo.
"Ye namanya orang habis kecelakaan, wajar lah libur lama," kata Raka.
"Nah ini tuh Caca sahabat masa kecil gue,yang pernah gue ceritakan ke lo, waktu lo tinggal bareng nenek. Ya cuma si Caca yang jadi teman main gue, cuma karena dia pindah terus kita juga pindah ke sini ya jadinya pisah." Darren menceritakan tentang dia dan Zea, Enzo yang mengangguk saja.
"Kok namanya Caca?" tanya Enzo lagi.
"Iya Caca itu panggilan masa kecilnya si Zea," jelas Darren lagi.
Zea yang mendengar penjelasan dan pertanyaan dari Enzo dan Darren hanya memutar bola mata saja, sangat melelahkan mendengarkan nya. Enzo yang bertanya seakan-akan ia dan Darren merupakan pasangan yang kena grebek.
Tak lama kemudian, Zea mendapatkan telpon dari Dani, ia pun segera ke luar kelas, agar percakapan nya tak di dengar siapapun. Saat Zea keluar kelas, Enzo berbicara serius ke Darren.
"Ouh jadi kemaren lo pergi bareng Zea ya," ucap Enzo yang di balas anggukan Darren.
"Eh lo selama bareng dia gak ada gelagat mencurigakan dari dia gitu?" tanya Enzo.
"Gak ada sih, dia biasa aja," jawab Darren.
"Firasat gue gak enak sama tuh anak, dia kok kek ngincar sesuatu ya di sekolah ini, setiap hari gue perhatikan dia tuh kek lagi mencari sesuatu," ucap Enzo.
"Lo mah souzon aja sama Zea," ucap Darren.
" Iya loh, lo aja yang gak sadar, terus ya dia tuh sering nerima not-" Ucapan Enzo terpotong karena Darren memberi kode bahwa Zea telah kembali ke bangku nya.
Bel istirahat telah berbunyi sedari tadi, Zea masih setia duduk di bangku nya sedari tadi. Ia mengitari seluruh isi kelas, sambil memikirkan sesuatu.
"Om sudah dapat sedikit informasi mengenai anak Niko, dari informasi yang om dapat anak tersebut sekelas dengan kamu, ia berjenis kelamin laki-laki, nah satu lagi dia merupakan anak tunggal. Baru itu saja informasi yang bisa om kasih ke kamu, coba kamu cari dulu anak yang ciri-cirinya seperti yang om sebutkan," ucap Dani di seberang telpon.
Zea berjalan menuju bangku Nola. Nola yang sedang menyantap bekalnya sedikit terkejut dengan kedatangan Zea.
"Ada apa Zea?" tanya Nola.
"Gue mau nanya sesuatu boleh?" jawab Zea
"Boleh dong," ucap Nola
"Di kelas ini yang anak cowok yang merupakan anak tunggal siapa aja ya?" tanya Zea, Nola mengerutkan dahinya merasa heran dengan pertanyaan Zea.
"Ngapain lo nanyain itu Zea? Memangnya ada tugas ya?" Zea langsung kelabakan, memang kesalahannya yang tiba-tiba saja bertanya hal privasi seperti itu.
"Hmm anu hmm gue mau buat novel ya novel, nah rencananya lagi mau cara inspirasi toko gitu, jadi gue mau nulis tentang anak tunggal kaya raya, nah gue mau lihat prilaku anak kelas ini yang anak tunggal tuh gimana," jawab Zea sedikit terbata-bata.
"Wah gue mau baca dong, lo update di wattpad kan?" tanya Nola.
"Hmm gak gue update sih mau gue simpen dulu, kalau mood baru gue update," ucap Zea.
"Btw jadi siapa aja ada tunggal di kelas ini?" tanya Zea.
"Ouh ada 3 orang yang anak cowok tunggal, pertama Riki ketua kelas kita, kedua Bani, yang ketiga Dirga mereka anak tunggal kaya tuh apalagi si Riki, bokapnya pengusaha gitu kaya raya dia mah," ucap Nola.
"Ouh mereka ya, makasih lo mau bantuin gue," ucap Zea, ia pun kembali pamit ke bangkunya.
Zea mengeluarkan sebuah buku yang di depan buku tersebut tertulis "death note" Ia mulai menulis ciri-cirinya anak Niko lalu menuliskan ketiga nama teman sekelasnya.
Zea asyik menulis di bukunya tanpa ia sadari di belakang nya ada Enzo yang tengah membaca apa yang Zea tulis, Enzo mengerutkan dahinya 'mengapa Zea menuliskan nama ketiga orang tersebut ' batin Enzo.
Ia duduk di bangkunya dengan terus memperhatikan Zea. Zea yang merasa di perhatikan segera menutup bukunya, lalu melirik ke arah Enzo.
"Ngapain lo lihat gue?" ucap Zea dengan ketus.
"Kegeeran lo, gue gak nyangka aja ternyata lo sahabat masa kecil yang selalu di ceritakan oleh Darren, katanya lo cengeng ya pas kecil?" ucap Enzo.
"Gue juga tak tentang lo, lo dulu pernah bohong kan sama bokap lo, lo bilang kalau pulang cepat padahal lo bolos, akhirnya si Darren kena hukum," kata Zea, Enzo melotot ke arah Zea 'bisa-bisanya Darren menceritakan peristiwa tersebut' batin Enzo.
"Ya namanya anak kecil gak apa-apa lah," ucap Enzo.
Setelah itu, Enzo memainkan ponselnya, sekali-kali ia melirik ke arah Zea. Kecurigaannya terhadap Zea kian besar. 'Kira-kira apa yang mau Zea lakukan dengan ketiga temannya tadi,' batin Enzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love (ENS) BSP
Teen FictionCinta itu hanya genjutsu yang berkamuflase dalam kata bahagia ~Fake Love~ sebagian orang mengira cinta itu sebuah ketulusan tetapi tidak bagi mereka, bagi mereka cinta hanya sebuah kesakitan. Berada di lingkaran kepalsuan membuat kehidupan 3 remaja...