Bab 10 stick note 📃

5 2 0
                                    

"Terkadang yang kita cari ada di dekatmu, namun kau sibuk mencari yang jauh"
-Fake Love

Kini, Zea sedang berdiri di atas rooftop sekolah sembari memperhatikan seluruh aktivitas siswa-siswi SMA Merah Putih. Sekarang, hanya terdapat satu hal saja yang ia pikirkan. Siapakah sosok anak dari Niko? Jikalau tidak ada anak tunggal yang memenuhi kriteria, maka anak tersebut dikenalkan memiliki saudara. Untungnya, terdapat satu petunjuk yang sangat berharga yang ia dapatkan. Ya, kalung dengan liontin bulan sabit dan permata biru di tengah bulan itu.

Senyum sinis pun terbit dari wajah cantiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum sinis pun terbit dari wajah cantiknya. Ia pun melihat kearah bawah terlihat Darren dan Enzo yang sedang bermain bola bersama teman sekelasnya. Mereka tertawa bersama saat bola tersebut berhasil menembus gawang lawan. Di sudut lapangan tampak Nola yang sedang menonton sembari memakan cemilannya. Ia melihat arah pandang Nola, terlihat Nola terus saja memperhatikan Enzo yang bermain bola.

Tanpa ia sadari, terdapat seseorang yang sedang memerhatikannya dari kejauhan.

"Tidak salah lagi, dia orang yang sama." Senyuman licik pun keluar dari wajah orang itu. Ia pun beranjak pergi, meninggalkan Zea yang masih setia dengan pemikirannya.

Denting bel tanda masuk kelas telah berbunyi nyaring. Ini adalah pertanda berakhirnya jam istirahat.

"Zo, mana tuh pasangan lo?" tanya Darren.
"Idih apaan sih lo, ogah banget gue sama nih cewek" Enzo menendang bangku Zea.

"Ehm, lo gila, ya,? bangku yang diam aja lo tendang," ucap Zea tiba-tiba.

"Bodooo," jawab Enzo sekenanya.

Zea langsung saja duduk di bangkunya, namun ia menemukan sepucuk stick note di kolong mejanya, ia pun melihat ke arah Darren dan Enzo, tetapi tidak mungkin mereka berdua yang menaruhnya.

Ia pun membaca isi sticky note tersebut. "Temui gue di rooftop pulang sekolah, Caca."

Zea terkejut dengan isi dari sticky note tersebut. Mengapa sosok anonim yang mengiriminya surat itu bisa tahu nama kecilnya? Tidak ada yang tahu nama tersebut selain keluarga dan Darren, Zea berspekulasi bahwa yang mengirim pesan tersebut adalah si Darren.

"Lo ikut gue, nggak, nanti pulang sekolah, Ren?" suara Enzo memecah isi lamunan Zea.

"Enggak dulu deh, gue ada urusan, " jawab Darren.

"Sok sibuk lo," sambar Enzo.

"Iya dong, gue kan mau ikut lomba catur lo lupa ya," sindir Darren.

"Eh iya gue lupa, yaudah gue juga mau nonton lo deh,sepulang sekolah kan?" tanya Enzo yang dibalas anggukan Darren.

Deg
Zea terkejut dengan ucapan Darren barusan, jika Darren akan ada acara pulang sekolah nanti, lalu siapa yang memberikan pesan tadi, Zea kembali larut dalam pikirannya.

Enzo pun mengalihkan pandangannya ke arah teman sebangkunya.
"Wih, baru beberapa lama lo di sini udah dapat surat dari penggemar aja nih," ledek Enzo.

"Diem lo! Ini bukan urusan lo, ya!" bentak Zea sembari melipat surat tersebut.

"Galak bener, neng. Lo kayak cewek yang lagi PMS aja dah," celetuk Enzo.

"Eh ogeb dia kan emang cewek," jawab Darren sembari menoyor kepala Enzo.

Adegan balas-membalas pun terjadi, Zea yang berada di sana hanya terdiam melihat kelakuan teman sebangkunya. Teman? Entahlah. Apakah Zea menganggapnya teman atau hanya angin lalu.

Di saat keributan antara Enzo dan Darren berlangsung, sang ketua kelas datang dengan membawa kabar bahagia bahwa saat ini jam kosong hingga pulang nanti.

Tentunya kabar tersebut disambut euforia luar biasa dari anak kelas. Kebahagiaan semakin memuncak dengan tidak adanya tugas. Sungguh surga bagi para pelajar.

Di saat semua orang terlarut dalam euforia jam kosong, Zea justru terlarut dalam pikirannya. Ia pun memerhatikan satu-persatu anak laki-laki yang ada di kelasnya untuk memastikan apakah ada salah oranng dari mereka yang menggunakan kalung dengan liontin bulan sabit dengan permata biru di tengahnya.

"Dasar cewek mesum." Suara yang tak lagi asing masuk ke indra pendengaran Zea.

"Maksud lo apa?" tanya Zea.

"Itu, mata lo kok jelalatan, sih? Keciduk lagi ngeliatin anak cowok yang ada di kelas. Pasti lo lagi mikirin ABS-nya mereka, 'kan? Wah, gak nyangka gue. Ternyata lo semesum itu,lagian jangan berharap lah mereka punya roti sobek kek oppa-oppa Korea dalam drakor perut mereka mah biasa aja," ucap Enzo.

"Lemes banget tuh mulut, ya, pake nuduh orang sembarangan. Lagian suka-suka gue mau lihat apa, siapa, mata mata gue, kenapa lo yang sewot?" kesal Zea.

Enzo pun beranjak pergi seraya menutup telinga, seolah-olah tidak mendengar perkataan Zea.

"Dasar cowok rese!" dengus Zea.

Bel sekolah berbunyi begitu nyaring, dengan begitu bel tersebut memberi pertanda bahwa saat ini ialah akhir hari para siswa-siswi di sekolah.

Zea bersiap-siap hendak pulang, tetapi ia teringat sesuatu. Iya, sticky note yang ia dapat tadi. Karena penasaran, Zea pun pergi menuju rooftop. Saat hendak berjalan menuju rooftop langkah Zea di hentikan oleh Darren

"Ca besok kita jalan ya," ajak Darren yang dibalas anggukan oleh Zea.

Kini Zea sudah sampai di rooftop. Jika kalian bertanya apakah Zea takut? Tentunya tidak. Ia sudah terbiasa menghadapi bahaya.
Zea menginjakkan kakinya ke lantai rooftop, namun tak ada seorang pun yang tampak di sana. Zea melihat sekeliling rooftop dan menyadari bahwa tak ada tanda-tanda kehidupan di sini.

Saat larut dalam pikirannya tiba-tiba saja terdengar suara seperti barang jatuh dari sudut ruangan dekat drum, hal tersebut mengingatkan Zea dengan kejadian saat ia baru masuk ke sekolah ini, saat itu Enzo dan Darren mengerjai nya dengan Meca. Zea pun berpikir jika ini merupakan akal-akalan mereka lagi.

Saat Zea sampai disana tidak ada siapa pun, namun atensinya beralih ke sebuah amplop coklat di atas salah satu meja yang sudah la pulak itu, di amplop coklat iti tertulis 'dokumen rahasia'. Zea segera membaca surat yang ada di dalam amplop tersebut.

'Kau terlalu jauh melangkah, sehingga melupakan yang terdekat. Kau terlalu berpikir ia jauh padahal ia begitu dekat denganmu.'

'Semut di seberang terlihat gajah di pelupuk mata tak nampak'

Zea bingung maksud dari surat itu apa, siapa pengirim surat itu. Saat sedang memikirkan hal tersebut, Zea mendengar suara seseorang berlari, saat melihat ke arah pintu masuk ia melihat seorang wanita dengan jaket berwarna hijau army di pasukan dengan topi berwarna hitam berlari menuruni tangga dengan cepat.

Zea mengejar wanita itu, wanita itu menoleh kearahnya. Sayangnya wanita tersebut menggunakan masker sehingga Zea tidak bisa melihat wajahnya. Zea kehilangan jejak ketika sampai di pertigaan koridor, ia tak tau wanita itu lewat sebelah mana.

"Lo kenapa ngos-ngosan kek habis dikejar setan aja," celetuk seseorang dari belakangnya. Zea melihat ke arah laki-laki itu ternyata ia Enzo dan Darren.

"Habis ngejar maling," jawab Zea dengan ketus.

"Mana maling" ucap Enzo dan Darren bebarengan.

"Apa yang dicuri?" tanya Darren.

"Sudah-sudah gue mau pulang aja." ucap Zea yang membuat Enzo dan Darren kebingungan

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dua tiga ayam goreng
Selamat menunaikan ibadah punya gengs

Salam kece

Tertanda author keren

Fake Love (ENS) BSPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang