Bab 11 Petunjuk 📩

8 2 0
                                    

"Jika kau membutuhkan sandaran bahu ku siap menopang semua bebanmu"
-Darren

"Aaa, kenapa bisa? Kenapa kalian tidak becus?" teriak seorang pria paruh baya, ia menyapu seluruh barang yang ada di mejanya.

"Kenapa Dion bisa ketangkap anak buah Gilang!" ucapnya.

"Maaf tuan, mereka menyerang Dion ketika ia sedang di rumahnya seorang diri, " ucap seorang pria berbaju hitam.

"Lalu infromasi apa yang merek dapatkan? " tanya Niko.

"Infromasi mengenai putra anda tuan, sepertinya mereka ingin membalas kematian Mayang." Niko langsung memukul meja dengan keras.

"Baik, jalankan rencana yang sudah kita susun, " ucap Niko menatap Altan sekretarisnya.

"Baik tuan," Altan sang sekretaris pun beranjak meninggalkan Niko.
"Maafkan Papa nak, Papa terpaksa melakukan ini. " Setetes air mata jatuh ke pipi Niko, ia mengusam sebuah foto anak remaja, disana anak tersebut tersenyum manis membuat wajah tampannya kian kentara.

###

Zea kembali mendapatkan stick note ia terus bertanya-tanya siapa wanita yang selalu memberikan stick note ini, apa maksudnya mengirimi Zea pesan-pesan yang tak di mengerti oleh Zea. Zea membaca isi pesan itu yang tertulis :

"Semakin dekat! Ia semakin dekat dengan dirimu, dahulu kalian sejauh matahari kini sedekat nadi.

Buka matamu Caca!
Dia ada di dekatmu, sangat dekat bahkan begitu mudah kau gapai"

Zea mengerutkan dahinya ia tidak paham maksud dari pesan ini. Ia pun mengirimkan foto surat itu ke Dani, siapa tau Dani dapat membantunya pikir Zea.

"Weh dapat surat dari fans lagi nih," ledek Enzo.

"Kepo lo," ucap Zea.

"Zea ayo kita jadi kan pergi habis pulang sekolah," ajak Darren yang dibalas anggukan Zea.

Zea dan Darren pergi menuju parkiran sekolah. Dari kejauhan seorang wanita berjaket hijau menatap Zea dengan senyum penuh arti.

Kini, Zea sedang berada di sebuah cafe bersama Darren, mereka menghabiskan waktu bersama mengenang masa lalu mereka.

"Eh btw gimana kabarnya nyokap lo?" tanya Darren.

Zea terdiam ketika Darreb bertanya mengenai Mamanya, tanpa disadari air mata Zea turun begitu saja.

"Loh kok lo nangis Ca? Gue ada salah omong ya?” Darren mulai panik.

"Nyokap gue udah meninggal, Ren. Sekarang gue cuma berdua sama Papa dan gak ada lagi Mama yang sayang banget sama gue  di sisi gue. Gue rindu sama Mama gue, tapi gue bingung gimana mau ngeluapinnya. Sakit rasanya setiap gue ingat bagaiamana nyokap gue meninggal. Lo tau, kan, gue dekat banget sama Mama gue, tapi apa? Gue harus kehilangan sesuatu yang berharga bagi gue, Ren. Seketika, gue ngerasa hidup gue gak lagi berjalan dengan semestinya dan sesempurna dulu.
Hidup gue rasanya hancur, Ren. Gak ada lagi yang meluk gue ketika gue butuh kehangatan, gak ada lagi yang selalu masak bareng gue, gak ada lagi tangan hangat yang menyambut gue ketika pulang sekolah. Rasanya gue juga pengen nyusul nyokap gue, Ren, tetapi gue selalu ingat pesan terakhirnya.” Darren langsung saja memeluk Zea untuk memenangkannya.Ia membiarkan Zea meluapkan semua unek-uneknya. Dirinya tauh gadis ini membutuhkan seseorang untuk berbagi luka.

"Ada kalanya gue pengen nyerah sama ini semua, gak ada lagi yang menemani gue di saat gue kesepian di rumah, Ren," ucap Zea.

"Tenang Ca, sekarang lo ada gue, gue bakal selalu ada buat lo, bahu gue siap kok dijadikan senderan ketika lo merasa lelah, tangan gue siap menggenggam tangan lo ketika lo butuh pegangan, telinga gue siap mendengarkan semua keluh kesah lo, lo gak sendiri lagi Ca," ucap Darren.

"Makasih,Ren, karena lo udah hadir lagi dalam hidup gue. “
Untung saja mereka berada di ruangan khusus, di mana hanya mereka berdua saja di sana, sehingga orang lain tidak berpikiran yang aneh-aneh tentang mereka.

" Ingat Zea lo masih punya Papa lo yang siap memberikan kasih sayang ke lo," ucap Darren, Zea hanya membalas anggukan.

Kala Zea melihat kearah leher Darren, ia melihat Darren menggunakan sebuah kalung, ia pun menegakkan kembali tubuhnya.

"Ren lo memakai kalung ya?" tanya Zea.

"Ouh iya Ca." ucap Darren.

"Bo–leh gue lihat liontinnya?" tanya Zea.

"Boleh dong." Darren mengeluarkan liontin kalungnya yang tersembunyi di balik bajunya.

Seketika Zea menghembuskan nafasnya dengan berat, ternyata liontin yang dipakai oleh Darren berbentuk bintang. Darren memamg begitu menyukai bintang, sedari kecil ia sangat suka membeli barang-barang yang bergambar atau berbentuk bintang.

"Kenapa lo nanyain liontin gue?"  tanya Darren yang merasa keterangan.

"Gak ada sih gue cuman penasaran aja liontin apa yang dipilih sama seorang maniak bintang," jawab Zea sekenanya, Darren hanya mengangguk saja. Mereka melanjutkan kegiatan mereka.

Setelah puas jalan-jalan bersama mereka pulang kerumah masing-masing. Saat ini Zea sedang duduk di depan TV, lalu datanglah Dani.

"Zea,  tampaknya seseorang sedang memberikan petunjuk ke kamu," ucap Dani.

"Dari yang om baca ia selalu mengatakan bahwa berada di dekat kamu, seperti nya ia ingin memberitahu ke kamu bahwa anak Niko berada di dekatmu," sambung Dani.

"Kalau Darren bukan deh, soalnya ia menggunakan liontin berbentuk bintang, sedangkan Riki, Bani, dan Dirga juga bukan, berarti tinggal beberapa saja yang belum diketahui," ucap Zea.

"Benar itu, semangat mencari informasi lagi," ucap Dani sembari meninggalkan Zea yang masih larut dalam pikirannya.

'Jika maksud wanita itu ingin membantu gue, berarti dia tau gue lagi nyari seseorang. Darimana dia tau kalau gue lagi mencari seseorang di sekolah. Padahal gue gak pernah ngomong dengan siapapun termasuk Meca sahabat gue, jadi gak mungkin itu Meca. Lagian kalau memang Meca pasti dia langsung ngomong ke gue,' batin Zea

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dua tiga ayam goreng
Selamat puasa geng

Salam kece

Tertanda Author keren

Fake Love (ENS) BSPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang