Bab 25 mengerti suatu hal

3 2 0
                                    

"Kita selalu melihat sisi kebahagiaan seseorang tanpa memperdulikan luka yang dimiliki orang tersebut"
~Fake Love

Darren dan Altan meninggalkan sekolah. Hening tercipta di dalam mobil tersebut. Altan yang fokus menyetir, sedangkan Darren yang memperhatikan jalan dari kaca mobil. Mobil Altan berhenti di sebuah taman.

Altan turun dari mobilnya begitu pula dengan Darren.

"Kita ngapain ke sini om?" tanya Darren.

"Nenangin diri kamu," jawab Altan.

Mereka berjalan menelusuri taman tersebut. Altan merangkul Darren.

"Kalian ada apa sih kok berantem kayak tadi?" tanya Altan.

Darren hanya diam saja, tampaknya ia enggan untuk menjawab pertanyaan Altan. Altan paham dengan situasi yang ada.

"Ren kamu ingat gak, dulu nih kalian berdua selalu ngajak om main ke sini, kalau gak dituruti kalian tantrum berdua, bikin om kewalahan," ucap Altan, Darren hanya melihat ke arah Altan.

"Kalian tuh bener-bener kek Upin Ipin dulu tuh, padahal kalian beda rahim, beda bapak juga. Bertahun-tahun kalian bersama, hal apa yang membuat kalian bisa berantem sehebat ini. Selama ini kalian akur-akur saja." Altan menyodorkan HPnya ke Darren. Darren melihat isi ponsel itu, terlihat kebersamaan dia dan Enzo, begitu manis kebersamaan mereka. Darren tersenyum melihat kelakuan-kelakuan mereka dulu.

"Mungkin kamu ngiranya selama ini Enzo begitu sempurna, keberanian, keharmonisan, keceriaan memang ia miliki, tetapi semua itu di barengi pula dengan luka yang luar biasa Ren. Ia itu menghadapi segala sesuatu sendiri, bahkan ia lupa cara meminta tolong meski sudah berkali-kali om tawarkan. Om gak bermaksud berpihak pada Enzo. Tapi coba kamu ingat-ingat lagi bagaimana besarnya kasih sayang dia ke kamu, bahkan dulu dia rela dihukum demi kamu. Om harap pulang nanti kalian sudah baikan ya," ucap Darren.

Kini Darren menerawang ke saat-saat dimana Enzo selalu ada untuknya. Seperti yang di katakan Altan, Enzo memang kerap kali menggantikan posisinya ketika ia dihukum.

"Tetapi Om dia jahat, ucapannya nyakitin hati aku Om. Om kan memang dekat dengan dia pastinya om ngebela dia!" bentak Darren. Ia membuang muka.

"Om gak belain dia Ren, kamu mau tau kan kenapa om bisa tiba-tiba ada di sekolah kamu?" Altan menyodorkan ponselnya ke Darren, di sana terpampang chat dari Enzo untuk Altan.

'Om cepat jemput Darren di rooftop sekolah, di sana ia sedang babak belur karena aku Om. Aku gak mau dia kenapa-kenapa kalau Om terlambat datang. Aku kelepasan tadi Om, aku membabi buta memukulinya, please Om segera bawa Darren ke rumah sakit.'

Darren terkejut membaca pesan tersebut, setetes air mata jatuh, ia tidak menyangka jika ternyata Enzo sangat peduli dengannya.

"Ren Om rasa Enzo melakukan itu karena dia ingin kamu mandiri, kamu mampu membela diri," ucap Altan. Darren langsung saja berdiri, ia menarik tangan Altan.

"Ayo Om pulang, aku mau ketemu Enzo, aku mau minta maaf karena sudah iri dengan dia," ajak Darren.

Altan dan Darren pun pergi pulang.

***

"Wah bagus banget danaunya." Kini Enzo dan Zea sedang berada di sebuah danau dengan air tenang, tidak jauh dari danau ini terdapat taman bermain.

"Iya dong, siapa dulu yang milih tempat," ucap Enzo penuh bangga.

"Ouh iya kalau ke sini paling seru naik sepeda, gimana kalau kita naik sepeda?" ajak Enzo.

"Enggak ah," tolak Zea.

"Loh kenapa? Seru loh," tawar Enzo.

"Gue gak bisa naik sepeda, dulu gue pernah belajar naik sepeda tapi jatuh, jadi gue gak berani lagi main sepeda," ucap Zea.

"Tenang nanti gue ajari kok." Enzo menarik tangan Zea menuju tempat menyewa sepeda.

"Beberapa ya?" Zea tampak begitu bersemangat.

Setelah menyewa sebuah sepeda Enzo mulai mengajari Zea bersepeda. Beberapa kali Zea hampir terjatuh saat mengayuh sepedanya.

"Enzo takut," ucap Zea.

"Tenang Zea gue di belakang lo kok." Enzo berusaha menenangkan Zea.

Setelah beberapa belajar mengayuh sepeda, kini Zea sudah bisa mengendarai sepeda tanpa pegangan dari Enzo, meskipun sedikit oleng Zea sudah berhasil mengelilingi taman tersebut.

"Udah lo naik ke bangku belakang biar gue yang makek sepedanya." Zea duduk di jok belakang, tangannya memeluk pinggang Enzo. Mereka pun mengitari taman dan danau menggunakan sepeda. Zea tertawa bahagia di boncengan belakang.

"Siap-siap Zea, kita akan meluncur ke bawah nih." Zea mengeratkan pegangan di pinggang Enzo ketika Enzo melewati penurunan.

"Aaaa," teriak Zea ketika sepeda melaju begitu kencang menuruni jalanan. Enzo dengan lihai mengatur kayuhannya dengan rem.

"Sumpah Zo lo bikin jantung gue hampir copot," protes Zea.

"Tetapi gak copot kan," ucap Enzo.

Mereka mengayuh sepedanya menuju bangku di taman ini. Enzo membeli dua buah es krim rasa coklat, untuk mereka nikmati sembari beristirahat.

Setelah selesai beristirahat, mereka berjalan menuju pusat permainan, di sini terdapat beberapa permainan yang bisa di mainkan, seperti bebek-bebekan, odong-odong, mandi bola, dan fly fox.

"Kita main flying fox yuk," ajak Enzo.

Zea kembali menolak karena ia takut untuk bermain hal ekstrem seperti itu, namun Enzo berhasil membujuknya. Kini Zea sudah siap dengan segala pengamannya. Setelah hitungan ketiga Zea meluncur melewati danau tadi, ia berteriak sepanjang luncurannya. Di seberang sana, Darren hanya bisa tertawa saja.

"Gimana seru kan?" tanya Enzo.

"Seru banget, ternyata gak semenyeramkan yang gue bayangkan," jawab Zea.

"Emang lo pikir gue ngajak lo uji nyali, pake seram segala," ejek Enzo.

"Btw ya Zo, makasih ya selama gue sama lo gue banyak banget tau hal-hal baru dalam hidup gue. Gue bisa mencoba hal yang gak gue bayangkan sebelumnya," ucap Zea yang di balas anggukan Darren.

"Tapi menarik juga sih, gue ngajak lo uji nyali gitu, kita datangi tempat paling angker gitu ya kan atau nyoba olahraga extrem, hmm sayang banget gak ada arum jeram di sini," ucap Enzo.

Zea langsung saja mencubit pinggang Enzo, namun Enzo berhasil membaca pergerakan Zea, sehingga ia berhasil mengelak. Taman terima karena cubitannya tidak mengenai sasaran Zea mengejar Enzo. Mereka kejar-kejaran layaknya film India.

" Udah-udah gue nyerah deh." Enzo membaringkan tubuhnya di rerumputan hijau.

Zea memperhatikan wajah Enzo.

"Muka lo kok kayak bonyok gitu sih, itu ada memar di sudut bibir lo, terus di pelipis kiri lo juga kek ada luka." Zea memegang luka Enzo.

"Biasa lah namanya juga jagoan, habis membasmi musuh," ucap Enzo.

"Eleh kelihatan sekali bohongnya. " Zea memukul dahi Enzo.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dua tiga ayam gosong
Jangan biarkan like dan komen kosong

Salam kece

Tertanda author keren

Fake Love (ENS) BSPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang