Bab 26 Hilang

6 2 0
                                    

"Layaknya debu yang tersapu air hujan, kau menghilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak"
~Darren

Darren berada di kamar Enzo, Ia menanti kepulangan Enzo sedari tadi, tetap sudah pukul 8 malam ia tak kunjung pulang juga. Darren pikir Enzo tengah pergi dengan temannya.

Ia mencoba menghubungi Raka, barangkali Enzo ada bersama Raka, namun Raka tak bersama Enzo. Darren mulai gelisah tak biasanya Enzo seperti ini. Ia pun masih berpikir positif. Ia menanti Enzo dengan merebahkan dirinya ke kasur.

Sudah dua jam menanti kedatangan Enzo, Darren tak kunjung juga melihat Enzo pulang. Ia mulai mondar-mandir di depan pintu kamar Enzo. Ia terus menghubungi Enzo tetapi tak juga diangkat Enzo.

Setengah jam berlalu Enzo tak kunjung pulang juga, Darren pun memberanikan diri untuk menghubungi Zea, ia ingin bertanya mengenai Enzo ke Zea.

Berkali-kali ia menghubungi Zea, namun tak kunjung tersambung dengan Zea. Darren hampir putus asa menghubungi Zea, hingga telpon terakhirnya diangkat oleh Zea.

"Halo Ca," ucap Darren.

"Ngapain  lo ngubungin gue," ketus Zea di seberang sana.

"Lo lagi sama Enzo gak Ca?" tanya Darren.

"Enggak tuh, tadi memang gue bareng dia, tetapi sore tadi Enzo udah pulang kok kerumah," jawab Zea.

"Tapi Ca, nyampe sekarang Enzo belum pulang," ucap Darren.

"Mungkin dia main sama temannya gak," ucap Zea.

"Enggak kok, tadi gue udah nanya Raka katanya dia gak bareng Enzo daritadi." Darren menggigit kukunya karena panik.

"Mungkin sama teman lain gak, tunggu aja deh pasti pulang dia," ucap Zea.

"Iya juga ya, yaudah deh gue tunggu aja, makasih atas saranya Ze-" sambungan telpon langsung diputus Zea.

Darren menuju ke kamarnya, ia pun merebahkan dirinya di kasurnya. Berkali-kali ia mengganti posisi tidurnya untuk mencari kenyamanan. Di hati Darren mendapat keganjalan karena Enzo tak kunjung datang. Akhirnya Darren pun tertidur.

Pagi yang cerah dari sela-sela ventilasi cahaya matahari masuk. Perlahan mata Darren terbuka. Ia segera bangun dari tidurnya, Darren segera berlari menuju kamar Enzo, ketika pintu berhasil dibuka tak ada tanda-tanda kehidupan. Darren memanggil-manggil Enzo sembari mencari di setiap sudut ruangan, namun tak kunjung ia menemu keberadaan Enzo.

Darren segera menurunu anak tangga dengan tergesa-gesa. Ia berlari menuju sangat Mama yang sedang menyiapkan makanan.

"Ma ada lihat Enzo gak?" tanya Enzo.

Mama mengernyitkan dahinya lalu berkata, "Enzo ya? daritadi Mama gak ngelihat dia. Mungkin masih di kamar lagi siap-siap."

"Enggak ada Ma, tadi aku udah ngecek ke kamarnya, tetapi gak ada siapapun di sana." Darren tampan begitu panik.

"Mungkin Darren nginap tempat temannya." Mama berusaha menenangkan Darren yang tengah panik, terlihat tubuh Darren mulai bergetar, keringat dingin membasahi wajahnya. Mama segera memeluk Darren.

"Enggak Ma aku udah nanya sama Raka katanya Raka gak sama Darren, aku nanya Caca begitu juga Ma." Darren menggelengkan kepalanya.

"Udah kamu tenang dulu ya, sekarang kamu siap-siap ke sekolah siapa tau Enzo ada di sekolah." ucap Mama.

"Ada apa ini?" tanya Ayah, Mama pun menjelaskan situasi yang ada.

"Yah ayo cari Enzo, Darren gak mau Enzo hilang lama." Darren menarik-narik tangan Ayahnya.

"Iya nanti kita cari, sekarang kamu siap-siap ke sekolah, benar kata Mama tadi siapa tau Enzo udah di sekolah.

Darren berjalan menuju ke kamarnya untuk bersiap-siap ke sekolah.

Kini Darren telah sampai di sekolah, Darren segera menelusuri koridor sekolah sehingga ia sampai ke perumahan.

Sepi
Itu lah gambaran suasana kelas saat ini. Darren mendudukan dirinya di bangkunya. Satu persatu siswa-siswi kelas XI IPS 1 berdatangan termasuk Zea.

Hingga berakhirnya pelajaran pertama telah berlalu. Darren menatap bangku kosong yang ada di belakangnya. Ia pun teringat moment ketika Enzo masih berada di belakangnya itu.

"Enzo sakit kah?" tanya Zea yang di balas gelengan Darren.

"Dia belum pulang juga dari semalam, gue kira lo tau kemana Enzo pergi." Darren menatap lurus ke arah bangku Enzo.

"Terkahir gue ketemu dia sore kok setelah itu dia pamit pulang." Darren beralih menatap Zea.

"Dia gak ada kabar dari kemaren, di telpon gak diangkat-angkat," ucap Darren.

"Gue juga coba menelpon Enzo gak diangkat," ucap Zea.

"Gak biasanya Enzo kek gini," kata Darren.

Brak!

Hentakan pada meja berhasil membuat Darren dan Zea terkejut. Mereka langsung saja menatap ke arah pelaku.

"Kalian kemana kan Enzo!" bentak Orang itu.

"Maksud lo apa Nola?" tanya Zea.

"Kemana kalian bawa Enzo, kenapa dia menghilang begitu saja bahkan sampai saat dia gak bisa di hubungi!" ucap Nola penuh emosi.

"Sama Nola kami juga gak bisa ngehubungin Enzo, kami juga gak tau kemana ia pergi," ucap Darren.

"Aaakh," Nola mengacak-acak rambutnya, ia menangis, lalu ia menoleh ke arah Zea.

"Pasti ini semua gara-gara lo! Sebelum kehadiran lo Enzo gak pernah hilang seperti ini, sekarang lo ngaku lo apain Enzo!" Nola mencengkram kerah seragam Zea.

"Gue gak tau Nola, gue juga bingung kemana hilangnya Enzo," ucap Zea.

Darren mencoba melepaskan cengkeraman tangan Nola di seragam Zea. Setelah beberapa lama akhirnya Darren berhasil melepas cengkeraman Nola.

Nola menendang meja Zea dengan sangat keras sampai meja tersebut berubah posisi, setelah itu ia pergi meninggalkan Zea dan Darren yang masih di selimut kebingungan.

"Ada hubungan apa Nola dan Enzo, kenapa Nola sampai semarah itu melihat Enzo hilang," tanya Zea.

"Gue pun tidak tau, padahal setahu gue mereka tidak ada apa-apa, bahkan di kelas pun mereka jarang bicara,Enzo pun tidak pernah cerita apa-apa tentang Nola," jawab Darren.

"Tapi baru kali ini gue ngelihat Nola semarah ini, selama dua tahun gue sekelas sama tuh anak tidak pernah ia menendang meja dan mencengkram seragam orang lain, gue jadi penasaran sebenarnya mereka ada hubungan apa," ucap Darren.

"Gue harus nyari Enzo kemana lagi, gue udah nanya sana sini tapi gak membuahkan hasil," ucap Darren.

"Kita cari sama-sama ya nanti," tawar Zea.

Kini Darren sedang menaiki motornya. Tiba-tiba saja Zea berteriak dari belakang, Darren pun menoleh ke arah Zea.

"Lo mau nyari Enzo kan ? Gue ikut ya, please" Zea memohon kepada Darren. Setelah berpikir panjang ia pun mengiyakan permintaan Zea.

Mereka berkeliling mencari Enzo. Mereka mengunjungi berbagai tempat, tetapi tak juga kunjung menemui Enzo. Darren terpaku di bawah pohon rindang, pikirannya menerawang saat ia dan Enzo berantem di rooftop

"Semarah itukah lo sama gue Zo, sampai-sampai lo menghilang begitu saja, please Zo kembali gue minta maaf Zo, gue akui semua ini gue yang salah." Darren menatap fotonya dengan Enzo yang sedang tersenyum bahagia. Tetesan air mata mulai membasahi pipi Darren, penyesalan mulai menyelimuti dirinya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dua tiga ayam gosong
Jangan biarkan like dan komen kosong

Salam kece

Tertanda author keren

Fake Love (ENS) BSPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang