"Rasanya ingin kembali ke masa di mana pikiranku di penuhi bermain bukan masalah"
~ EnzoKeesokan harinya, Zea kembali menjumpai kelasnya sepi karena memang masih begitu pagi, ia berencana untuk melakukan sesuatu. Beberapa menit kemudian datanglah beberapa temannya termasuk Enzo dan Darren.
"Wih, tumben dah nyampe duluan," sindir Darren.
"Ye, terserah gue dong," ucap Zea.
"Lo tuh, dah tau orangnya sewot masih ditanya aja," ucap Enzo
"Sesuka hati gue lah. Jangan bilang lu cemburu?" ledek Darren.
"Udah – udah. Kalian ini berisik banget, sih" ucap Zea tiba-tiba.
Mereka berdua pun langung diam dan tidak lama kemudian guru memasuki kelas mereka. Beberapa jam kemudian, bel istirahat pun berdering. Tiba-tiba saja, Enzo menemukan sepucuk surat di dekat tasnya. Ia pun langsung memasukan ke dalam saku tanpa membacanya terlebih dahulu.
Sepulang sekolah, Enzo baru ingat kalau dia belum membaca surat yang ia dapatkan tadi. Kemudian, ia mengeluarkan surat itu dari sakunya. Beberapa menit kemudian, keningnya berkerut.
"Siapa yang menulis surat ini? Kenapa ia mengincarku? Kenapa ia menyebut nama Ayahku? tanya Enzo pada dirinya sendiri.Enzo segera memasukkan kembali kertas tersebut kedalam saku baju nya. Ia menaiki motornya menuju ke rumahnya. Sesampainya di rumah Enzo langsung saja merebahkan diri di atas kasur kesayangnya.
Enzo menghembuskan nafasnya ketika ia membaca pesan dari ponselnya. Ia memijit dahinya, rasanya sungguh melelahkan menghadapi hari-hari yang penuh kejutan ini. Ia meliril sebuah figura di nakas dekat kasurnya. Terlihat sebuah foto dua orang anak kecil yang menggunakan topi berwarna biru, tampak salah satu anak memegang pipi anak satunyasatunya dengan bibir yang sedikit manyun. Enzo sedikit tertawa melihat foto tersebut. Rasanya ia ingin sekali kembali ke masa tersebut, di mana yang ia pikirkan hanya bermain saja.
***Hari ini giliran Enzo yang datang terlalu awal.
"Tumben banget lu udah nyampe duluan. Biasanya, lu kan hampir telambat," sapa Darren.
"Iya nih, gue masih kepikiran soal ini," ucap Enzo sambil memberikan surat itu.
"Udahlah, nggak usah dipikir. Paling juga orang iseng," ucap Darren setelah membaca surat itu. Sebenarnya, ia juga khawatir tetapi ia mencoba menenangkan saudaranya.
"Kalian bahas apa, sih? " tanya Zea membuat mereka kaget.
"Apaan sih? Kepo!" ucap Enzo, terlihat kesal.
"Ya gapapalah sekali-kali pengen tau topik pembicaraan kalian berdua." ucap Zea.
"Males ah. Lu bisanya sewot doang, sih." sindir Enzo
"Gue janji deh nggak sewot lagi." ucap Zea memelas.
"Cie, kayaknya ada yang aneh nih," goda Darren.
"Apaan sih lu, Ren? Gue gini-gini ‘kan juga punya hati." kata Zea.
"Dah, nanti gue ceritain deh, tapi intinya aja." ucap Enzo ngasal.
"Beneran ya," ucap Zea.
Guru sosiologi memasuki kelas. Setelah kelas di siapkan. Bu Elis pun menjelaskan materi pembelajaran hari ini.
"Jadi anak-anak pada hari ini kita akan membahas mengenai permasalahan sosial, nah permasalahan sosial sendiri adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Disekitar kita begitu banyak permasalahan sosial. Permasalahan sosial sendiri dapat mencangkup kemiskinan, kesenjangan sosial-ekonomi, kriminalitas dan lainnya," ucap Bu Elis.
"Apakah ada yang ingin ditanyakan?" tanya Bu Elis kepada anak-anak di kelas, namun tak ada satuan dari muridnya. Hal itu sudah biasa bagi Bu Elis.
"Baiklah berhubung tidak ada yang bertanya makan ibu akan memberikan tugas untuk kalian semua, ibu ingin kalian melakukan survey kecil-kecilan mengenai permasalahan sosial yang ada di daerah kita. Usahakan permasalahan sosialnya beda-beda ya agar kita bisa mengetahui berapa banyak permasalahan yang ada di daerah kita, kalian harus ke tempat tersebut lalu mengambil fotonya ya, di buat dalam bentuk laporan." Bu Elis memberikan tugas kepada siswa-siswi nya. Semua siswa-siswi mendengus.
"Tenang ini tugasnya kelompok, satu kelompok terdiri dari dua orang saja, agar lebih mudah silahkan kalian berkelompok dengan sebangku kalian ya," timpal Bu Elis yang menuai berbagai reaksi, ada siswa yang bahagia karena bisa sekelompok dengan sahabatnya sendiri, ada yang mendengus kesal dan lain sebagainya.
"Baiklah pelajarn hari ini ibu rasa cukup sampai di sini, jangan lupa kerjakan tugasnya ya, ibu berikan waktu selama 2 minggu. Ibu akhiri wassalamualaikum anak-anak" Bu Elis meninggalkan kelas pertanda waktu yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa-siswi tiba, yaitu istirahat.
Enzo dan Darren pergi menuju kantin Bersama-sama. Sesampainya mereka di sana mereka memesan makanan.
" Lo mau makan apa," tanya Darren, Enzo berpikir sejenak.
"Hmm seperti biasa deh mi goreng rasa rendang," ucap Enzo yang dibalas gelengan kepala Darren.
"Mi terus," sindir Darren.
Darren pergi untuk memesan makanan, tak lama kemudian Darren tiba dan duduk di hadapan Enzo.
"Hadeuh gue kenapa harus sekelompok dengan Zea, seharusnya gue sebangku sama lo aja ya," kesal Enzo.
"Kenapa pula, seru kok Zea tuh orangnya, lo tenang aja deh, jangan suka meremehkan orang loh," ucap Darren.
Pesanan mereka pun tiba satu porsi nasi goreng dengan telur dadar, satu porsi mi goreng rendang, dan dua gelas es jeruk. Enzo dan Darren menikmati makanan yang telah mereka pesan.
"Gue boleh gabung gak?" tanya Zea yang sudah membawa makannya.
"Boleh dong, sini duduk aja." Darren menepuk bangku di sebelahnya.
"Makasih," ucap Zea.
Mereka makan dengan tenang. Tak lama kemudian Zea buka suara.
"Ouh iya Zo, kita kan sosiologi satu kelompok nih, kita mau milih apa topiknya?" tanya Zea.
"Guen juga bingung sih mau ngambil yang mana, gimana kalau besok aja kita cari sekalian," ajak Enzo.
"Boleh aja sih, tapi gue nebeng lo bisa kan? Soalnya gue kan diantar jemput." tanya Zea.
"Boleh aja sih, jadi pulang sekolah besok kita langsung aja survei," ucap Enzo.
"Kalau masalah tempat sih aman aja, gue udah ada targetnta sih," tambahnya lagi.
"Ok boleh deh, nanti gue bilang sopir gue gak perlu jemput gue besok.
" Kok gue dengernya kalian kek mau ngedate ya." Darren tertawa.
"Iri bilang anak buah," ucap Enzo.
"Langgeng-langgeng ya," ucap Darren.
"Ouh iya lo mau sekalian bareng gak survey nya besok?" tanya Enzo ke Darren.
"Enggak deh, soalnya besok Raka ada acara, gue juga kan mau latihan futsal besok," ucap Darren.
"Kalian berdua aja lah," Kata Darren.
"Ok deh, goodluck untuk latihannya," ucap Zea.
Setelah berbincang-bincang mereka bertiga kembali ke kelas. Mereka mengobrol bersama terkadang mereka tertawa karena pembahasan mereka. Tak lupa Zea membuat catatan persiapan untuk mengerjakan tugas esok hari.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dua tiga ayam goreng
Ngantuknya gengSalam kece
Tertanda author kece.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love (ENS) BSP
Teen FictionCinta itu hanya genjutsu yang berkamuflase dalam kata bahagia ~Fake Love~ sebagian orang mengira cinta itu sebuah ketulusan tetapi tidak bagi mereka, bagi mereka cinta hanya sebuah kesakitan. Berada di lingkaran kepalsuan membuat kehidupan 3 remaja...