XVI

2.6K 153 0
                                    

~HAPPY READING~

Di rumah Zean, kini hanya menyisakan Zean dan Marsha. Gracio pergi ke kantor, Shani dan Melody pergi ke butik, dan Christy serta Freya sedang ada kerja kelompok di rumah temannya.

"Sha, aku mau ke minimarket depan, mau nitip gak?"

"Emm boleh deh. Nitip ciki-cikian ya. Yang mana aja"

"Oke. Udah? Itu doang?"

"Iya itu aja"

"Yaudah aku pergi dulu ya"

"Iya hati-hati Zee"

Zee pun mengendarai motornya meninggalkan rumah. Setibanya di sebuah minimarket, Zean membeli beberapa kebutuhan, Snack, dan minuman. Akan tetapi, saat ingin pulang, tiba-tiba hujan mengguyur jalan.

"Yahh ujan lagi. Mana lupa bawa jas ujan lagi"

"Tungguin aja deh"

Dirumah Zean, Marsha menampakkan muka khawatir. Dikarenakan hujan turun sangat deras, dan ia khawatir akan Zean. Tiba-tiba petir menggelegar dan lampu di rumah Zean padam. Suasana menjadi gelap gulita. Marsha sangat ketakutan. Pasalnya ia sangat takut dengan gelap, ditambah dengan petir yang terus menggelegar membuat suasana menjadi sangat mencekam.

"Hikss hikss Bun... Zean..." Tubuh Marsha bergetar ketakutan. ia menenggelamkan wajahnya di lututnya dan memeluk kakinya. Ia menangis ketakutan di sofa kamar Zean berharap ada yang datang.

Tiba-tiba Marsha mendengar suara pintu depan dibuka. Pikirannya terus berkecamuk.

"Siapa itu? Hiks jangan-jangan penjahat"

"Bunda tolong Marsha" Teriak Marsha.

Ceklekk...

"Marsha" Panggil seseorang yang baru saja membuka pintu kamar. karena gelap, Marsha tidak bisa mengenali orang tersebut.

"Si-Siapa kamu?" Tanya Marsha.

"Ini aku Zean" Balasnya

"Ze-Zean?"

Tanpa banyak bicara, Marsha menghamburkan tubuhnya memeluk Zean.

"hikss hikss Zean... aku takut"

"Iya iya.. udah ya ga usah takut ada aku sekarang" Ucap Zean membalas pelukan Marsha.

"Ikut aku ya" Zean membawa Marsha ke gaming room miliknya karena disana kedap suara. Sehingga tidak terdengar lagi suara petir. Dan Zean menyalakan emegency lamp yang terdapat disana agar tidak terlalu gelap. 

"Kamu disini dulu ya. Aku mau ganti baju dulu"

"Jangan lama-lama. Aku takut" Ujar Marsha

"Iyah gak lama kok"

Dengan segera, Zean mengganti bajunya yang sudah basah kuyup akibat menerobos hujan. Setelah itu, ia kembali bersama Marsha.

"Udah ya kamu tenang ya"

"Mau peluk" Ucap Marsha manja. Zean pun memeluk Marsha dan mengelus lembut punggung Marsha.

"Makasih ya" Ujar Marsha yang merasakan kenyamanan di pelukan Zean dan kemudian terlelap. Zean hanya bisa tersenyum dan membatin.

"Aku bakal selalu ngejaga kamu, Sha. Untung tadi Bunda Mel ngasih tau aku kalo kamu takut petir"

FLASBACK ON

"Assalamualaikum Bunda Mel" Ucap Zean menjawab panggilan telepon dari Melody.

"Waalaikumslaam. Zea, Kamu sama Marsha nggak?"

"Marsha ada dirumah Bun. Aku lagi neduh sebentar tadi abis dari minimarket. Ada apa emangnya Bun?"

"Bunda khawatir sama keadaan Marsha. Dia itu paling takut sama petir dan gelap"

Tutt...

"Halo? Zean?" Melody bingung karena Zean mematikan teleponnya secara sepihak.

"Gimana Mel?"

"Di matiin Shan sama Zean. Marsha ada dirumah. Tapi, Zean lagi di minimarket"

"Yaudah kamu tenang dulu ya. Marsha pasti baik-baik aja kok"

"Tapi aku khawatir banget Shan. soalnya Marsha itu takut banget sama petir dan gelap. aku takut dia kenapa-kenapa"

"Yaudah kita langsung pulang aja yuk. Bentar aku telepon supir kita dulu"

Melody pun mengangguk

"Semoga Marsha baik-baik saja" Batin Melody

FLASBACK END

"Sha, Marsha" Teriak Melody panik sesaat setelah membuka pintu rumah.

"Marshanya lagi tidur Bun diatas" Ujar Zean sembari menuruni tangga.

"Huhh untung ada kamu Zean. Gimana Marsha?" Tanya Melody.

"Marsha gapapa kok Bun. Tadi emang dia ketakutan gitu. Tapi sekarang udah tenang kok"

"Alhamdulillah. Terima Kasih ya Zee"

"Gak perlu makasih Mah. Udah tugas Zean untuk selalu ngejaga dan ngelindungin Marsha"

"Bunda mau liat Marsha dong Zee. Dia dimana sekarang?"

"Ada di kamar kok Bunda"

"Bunda ke atas dulu ya. Shan, aku ke atas dulu ya"

"Iya Mel"

Melody langsung menaiki tangga dan menuju ke kamar Zean, tempat Marsha berada.

"Kamu tadi nerobos Hujan bang?" Tanya Shani.

"Iya, sedikit aja kok, Mah"

"Terus udah mandi?" Zean menggelengkan kepalanya.

"Kamu mandi dulu gih. Nanti malah sakit. Ntar kalo sakit siapa yang jagain Istri kamu. Nanti Mamah buatin teh anget ya"

"Iya Mah makasih ya" Zean pun bergerak menuju kamar mandi di kamar tamu. Sedangkan, Shani menuju dapur hendak membuat teh hangat.

Setelah Mandi, Zean menuju kamarnya. Disana ia melihat Melody sedang mengusap kepala Marsha.

"Kamu belom bisa menghilangkan trauma kamu ya Sha?" Ucap Melody sendu.

"Maafin Bunda ya, Sha" Tanpa sadar air mata Melody jatuh.

"Bun" 

"Eh Zean" Ujar Melody sambil menyeka air matanya.

"Maaf Bun. Zean ngagetin Bunda" Ucap Zean

"Gapapa kok Nak"

"Bun, Zean boleh tau gak? Marsha kenapa takut gelap sama petir?"

"Jadi, waktu itu Kami sekeluarga baru pulang liburan dari pantai. Tepatnya 5 tahun lalu karena permintaan Marsha. Di tengah perjalanan, Mobil yang kami naiki tiba-tiba mengalami masalah, remnya blong. Karena itu pas malam hari dan sedang hujan lebat, akhirnya mobil kami mengalami kecelakaan. Ayahnya Marsha tidak terselamatkan. Bunda dan Marsha untungnya masih bisa selamat. Marsha sangat amat sedih melihat kondisi Ayahnya. Mulai sejak saat itulah, Marsha ada trauma dengan Petir dan Kegelapan. Ia selalu terbayang kondisi Ayahnya. Karena Marsha sangat amat menyayangi Ayahnya"

Zean menggangguk mendengar penjelasan melody. Ternyata, Marsha memiliki masa lalu yang cukup kelam. Dimana ia melihat Ayahnya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya tepat dengan mata kepalanya sendiri.

TBC

Risalah Hati (ZeeSha) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang