13. Kolang-Kaling

39 4 2
                                    

Kayaknya chapter 12 tidak ada notif up🤔 apa Wattpad error? apa malah akun saya yang error? Sudahlah, jangan lupa baca chapter 12 dulu, ya. Laku masangin.

Happy reading~

•~•~•

Ketertegunan Mahi tidak sampai di situ saja, kini ia tahu mengapa sejak pagi para pembantu, penjaga, maupun tukang kebun tidak datang.

Tadi dari teras dia melihat satu persatu dari mereka mengucapkan salam perpisahan di pintu gerbang, Tuan Musa dan Tuan Asla di sana menerima pelukan dan mengucapkan banyak kata terima kasih. Mereka membawa serta bingkisan spesial yang diberikan. Kemungkinan berisi mantel dan manisan.

"MashaAllah Mahi, orang tuamu pasti senang anaknya baik dan manis sepertimu." kata Musa setelah selesai dari urusannya dengan perpisahannya dengan para pekerja. Mereka duduk di ruang tamu.

Mahi hanya tersenyum antara kikuk dan menunjukkan mata yang sedih. Tuan Musa sudah tiba sejak kemarin dan kini penglihatannya sempurna. Sorotnya nampak arif dan tenang, sepulangnya dari tanah suci wajahnya jadi lebih bersinar.

"Tadi Mahi membawakan semangka dan selai apel, aku akan ambilkan." tambah Fazza seperti mendukung pujian Musa. Fazza memberikan senyuman sejenak sebelum beranjak ke dapur.

Seharusnya Mahi senang, inilah yang dirinya tunggu-tunggu. Tuan Musa sembuh dan Tuan Asla yang bersikap lembut padanya. Namun, kenapa dia malah gelisah? Kenapa perasaannya mengatakan akan ada hal yang akan membuatnya patah semangat?

Apakah semenjak pagi tadi Tuan Asla yang tidak mendengarkan pengakuannya dia jadi mendadak pendiam seperti ini? Atau, hanya dia saja yang merasa canggung? Karena kedua orang di depannya malah kelihatan sangat baik-baik saja.

"Bagaimana kabar orang tua dan adikmu, nak?"

"Alhamdulillah, onlar iyi. (Mereka baik-baik saja.) Mereka menanti kabar anda kembali dari tanah suci." jelas Mahi pelan. Musa mengangguk paham.

"Semua orang menanyakannya, tetapi sudah kubilang kepada mereka datang besok untuk sekaligus mengunjungi rumah baru kami. Sampaikan itu pada kedua orang tuamu juga,"

Mahi mengerutkan kening, detak jantungnya semakin berpacu. Tuan Musa dan Tuan Asla pindah rumah?

Ini sama sekali tidak terpikirkan oleh Mahi, tidak ada yang dibicarakan sebelumnya mengenai ini, atau ini dadakan?

Terdengar tawa Musa melihat wajah kebingungan Mahi.

"Evet. Aku memutuskannya setelah kembali, tidak ada yang akan menyangka ini, Mahi. Tetapi terkadang sesuatu yang lama memang perlu ditinggalkan, demi masa depan yang lebih baik," ujar Musa seperti bisa membaca semua pertanyaan di pikiran Mahi.

"Kami akan memulai kehidupan yang lebih sederhana, berbagi dan berdoa bersama. Hidup di rumah dengan empat ruangan dengan rak kecil untuk buku-buku."

Mahi menundukkan pandangan dan mengepalkan tangan risau, apakah berarti sebentar lagi dia tidak bekerja di sini lagi? Apakah mereka akan pergi jauh dari Konya?

"Apakah anda akan tetap di Konya? Atau ke Istanbul?"

Musa kembali tersenyum, dia paham akan kekhawatiran yang dirasakan gadis ini.

F A Z Z A: Sekata (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang