Amaiya sekali lagi mengusap air matanya yang hampir lolos melewati pipi, hentakan kakinya cepat dan penuh kekesalan keluar dari gedung sialan tersebut.
Tetapi secepat apapun ia melangkah Fazza tetap bisa meraih lengannya.
Dengan kasar Amaiya mengibas lengannya dan menatap Fazza tajam dengan mata yang sudah berair. Astaga, dia tak percaya kini dirinya dan Fazza seperti sepasang kekasih yang bertengkar di sinetron televisi.
"Apa?!" Kesalnya.
Memandang wajah Fazza yang ekspresinya tak bisa ditafsirkan Amaiya membuatnya ingin menjambak rambut Fazza. Ia teringat insiden beberapa detik lalu saat Fazza diam saja saat Mahi bahkan melakukan kontak fisik dengannya.
Sebenarnya Amaiya tahu apa yang dilakukan bukan sekedar kontak fisik belaka, jelas mereka memiliki sesuatu yang lebih dari itu.
Sesuatu yang Amaiya tidak ketahui.
Hatinya sakit karena merasa Fazza yang di depannya bukan Fazza yang dulu. Yang sederhana dan tertutup. Di depannya ada seorang yang bahkan tak menyebutkan latar belakang dengan jelas bahwa ia pernah singgah di Indonesia.
Bukan Fazza yang naif dan sentimental terhadap apapun melainkan orang yang meninggalkannya tanpa kepastian berbulan-bulan.
Bukan Fazza yang ..
Uf, Amaiya memikirkannya terasa sesak sendiri.
".. kau bukan orang seperti itu." Amaiya menyayangkan pelan, menurutupi serak tangisnya.
Dan akhirnya memandang Fazza dengan tatapan yang ditahan, lalu memalingkan ke arah lain lagi.
"Aku tidak bisa lagi bersamamu," singkat Fazza. Perlahan mata hitamnya menatap kedua mata Amaiya tanpa bergeming.
"Kupikir kau akan melupakanku setelah selama ini yang kau perbuat untukmu."
Yang tidak berubah dari Fazza adalah ucapannya yang singkat jelas dan tajam berhasil membuat Amaiya seperti terkena tembakan saraf, yang membuat otaknya tak dapat berpikir sejenak dan rasanya sakit.
Tidak ada respon beberapa saat selain Amaiya yang membalas tatapan Fazza seperti memandangnya terkejut sekaligus kecewa, gadis itu bernapas dengan berat.
"Teganya." Ucap Amaiya dengan suara bergetar.
Bagaimana Fazza keterlaluan mengatakan hal tersebut saat semua yang Amaiya lakukan di sini adalah untuknya?
Apa kesalahan Amaiya sehingga Fazza melakukan tanpa memikirkan perasaan hatinya?
Bisa-bisanya berpikir dengan meninggalkan tanpa kejelasan berbulan-bulan membuatnya meninggalkan Fazza begitu saja?
Apakah hanya ini yang ia dapatkan?
Salju turun dengan perlahan tapi pasti. Kepulan asap dari napas mereka berdua seakan menjadi sinyal dinginnya perasaan mereka satu sama lain. Hanya ada udara dingin dan hening yang menenggelamkan.
Sepertinya karena penjelasan Fazza memang hanya ini. Lalu apa alasan Fazza? Apakah ia menunggu Amaiya bertanya dahulu?
Sialnya Amaiya tidak bisa berhenti menangis. Kenapa? Apa yang terjadi dengannya? Kenapa ia tak bisa mengendalikan dirinya seperti ini?
Kini banyak sekali pertanyaan yang memutar di kepala Amaiya, tetapi untuk membuka mulut saja rasanya tidak bisa.
"Maafkan aku."
Suara Fazza tidak dihiraukan Amaiya. Dengan langkah kaki yang terasa berat dia berpaling tanpa mengucap sepatah kata apapun.
Dan Fazza berdiri dari sana hingga punggung gadis itu benar-benar menghilang dari hadapannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/336818420-288-k765693.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
F A Z Z A: Sekata (End)
Novela JuvenilSeri kedua dari cerita pertama: F A Z Z A "Kau bilang akan kembali saat waktunya tiba, Fazza." Kata Amaiya bernada pasrah, namun masih terdapat harapan walaupun kini terasa kecil sekali. "Ini bukan waktunya." Singkatnya. "Lalu kapan?" Amaiya tahu s...