'Segala sesuatu menjadi lebih jelas saat ditafsirkan, kecuali rindu'
-Jalaluddin Rumi
•~•~•
Hari ketiga Amaiya di Konya.
Amaiya memakai syal dan jaket yang cukup tebal karena musim gugur agaknya berakhir dan musim dingin sudah mulai datang, ia menggerai rambut dan memakai sepatu boots yang baru ia beli.
Gadis itu berdiri di depan salah satu toko buku menghadap etalase menyuguhkan jejeran buku-buku best seller bulan ini.
Salah satunya buku bersampul cokelat dengan lukisan sederhana sebuah kursi kosong di atasnya terdapat beberapa bunga yang dipetik segar;
'Surat Rindu: Pulang.' oleh Fazza Shahzeed.
Amaiya menyentuh etalase tersebut mengamati lama apa makna kursi dan beberapa tangkai bunga di atasnya itu, apa yang ingin Fazza sampaikan?
Sayangnya ia belum dapat membeli karena buku itu masih dalam bahasa Turki. Sebenarnya Amaiya sedikit memahami bahasa Turki, namun tidak banyak.
"Sonunda bu kitabı aldim. (Akhirnya aku bisa mendapatkan buku ini.)"
"Evet ben de, (iya aku juga,)"
Amaiya melihat dua gadis yang keluar dari toko tersebut membawa buku Fazza, mereka tersenyum lega berjalan berpapasan dengan Amaiya.
"Di Istanbul mereka juga sangat memuji buku ini." Lanjut salah satu dari mereka.
"Apa kau akan mengikuti bedah bukunya besok?"
"Elbette (tentu saja). siapa saja bisa kesana."
"Kalau begitu kita pergi bersama besok."
Tentu masyarakat penikmat puisi antusias dengan kabar ini. Fazza sudah dikenal oleh penduduk Turki bahkan jauh sebelum lelaki itu menerbitkan bukunya, tentu saja tak lain dan tak bukan ia adalah putra dari penyair terkenal Musa Gazali.
Tahun lalu, Musa juga menerbitkan buku berjudul nama anaknya 'F A Z Z A' itu pun juga sangat laris di pasaran.
"Banyak orang yang tidak sabar mengikutinya."
"Oh ya?"
"Kau tidak dengar desas desus tahun lalu? Bahwa bungsu dari Musa Gazali disembunyikan keberadaannya?."
"Benar," timpal gadis itu. "Pantas saja kebanyakan dari puisinya membuat kita sedih. Pasti itu tentang saudara dan ibunya."
Dua gadis itu sejenak berhenti menunggu taxi di dekat Amaiya berdiri sehingga gadis itu bisa mendengar percakapan.
"Baru kali ini Fazza bersedia tampil di depan publik. Sebelumnya, kan, hanya asistennya. Dalam promosi buku pun dia tidak mau menampilkan wajahnya," gadis dengan syal merah terus berbicara.
"Tapi untuk yang ini berbeda, pertama di artikel terbaru lantas dalam bedah buku ini."
"Iya, aku dengar dia juga terkenal punya wajah yang tampan."
Taxi datang dan membawa mereka pergi, hanya tinggal Amaiya dengan cuaca yang semakin dingin di sini. Jalanannya sangat sepi diwarnai daun gugur yang beterbangan indah.
Amaiya tak terlalu paham dengan percakapan mereka selain beberapa hal.
1. Mereka lega bisa membeli buku ini.
2. Kematian ibu dan saudara Fazza.
3. Bedah buku Fazza untuk umum.
Senyum tipis menghiasi wajah Amaiya sesaat, 'apa aku datang saja di acaranya, ya?'
![](https://img.wattpad.com/cover/336818420-288-k765693.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
F A Z Z A: Sekata (End)
Novela JuvenilSeri kedua dari cerita pertama: F A Z Z A "Kau bilang akan kembali saat waktunya tiba, Fazza." Kata Amaiya bernada pasrah, namun masih terdapat harapan walaupun kini terasa kecil sekali. "Ini bukan waktunya." Singkatnya. "Lalu kapan?" Amaiya tahu s...