bab 05.

4.9K 214 10
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Setelah sampai di rumah Faris langsung masuk ke kamarnya dan menangis tersedu-sedu, kenapa Gara harus kembali disaat dia ingin menata kembali hidupnya. Bukan waktu yang singkat untuk Faris bisa bersikap biasa aja, tapi kenapa saat dia berhasil Gara harus kembali ke hidupnya.

Faris tidak bisa pergi dari sini, kontrak kerjanya masih baru beberapa bulan dan denda yang dibayarkan akan cukup banyak. Jelas tidak mungkin bagi Faris untuk membayarnya, gajinya sudah dia hitung pas untuk biaya hidup dan rumah yang di tempati sekarang masih dalam cicilan. Jika Faris keluar dari pekerjaannya maka akan langsung jadi gelandangan.

"Kenapa dia balik sih, hidup gue jadi berantakan semuanya" Faris masih belum menerima pertemuan mereka, rasanya masih sakit saat melihat wajah Gara kembali.

Selama bertahun-tahun Faris berusaha melupakan rasa sakit hatinya, meyakinkan diri jika semua perasaannya sudah menghilang dan akan bersikap biasa saja jika bertemu Gara. Hanya karena kesalahan semalam usahanya untuk move on selama bertahun-tahun hancur begitu saja.

Perasaan rindu, sedih, marah dan mungkin sisa cintanya keluar begitu saja saat melihat Gara di depan matanya. Sejujurnya saat Gara mengatakan jika selama ini pria itu masih mencintainya Faris ingin memeluknya dengan erat dan menanyakan alasan kenapa Gara meninggalnya di masalalu, tapi karena gengsi dan marah Faris memilih untuk menjauh.

Dia ingin melepaskan beban yang selama ini membuat dadanya sesak tapi tidak pernah bisa dilakukan, hatinya masih berharap jika Gara akan kembali meminta maaf seperti sekarang tapi disaat bersamaan logikanya menolak kehadiran Gara. Faris tidak ingin merasakan sakit hati yang membuatnya kehilangan arah dan harapan, sebagai manusia dia juga ingin dicintai bukan hanya mencintai.

"Apa gue emang gak layak buat bahagia, kenapa setiap gue mulai bahagia selalu muncul masalah" Faris menaruh kepalanya diantara kedua lutut, rasanya ingin berteriak dengan keras untuk meluapkan emosinya.

"Argh sialan" Faris berteriak kencang, tidak peduli jika teriakannya mengganggu tetangga, lagipula sekarang pasti komplek tengah sepi karena penghuninya sudah pergi.

Faris ingin membanting semua barang yang ada di kamarnya tapi ingat jika semua ini di beli dengan uang jadi dia mengurungkan niatnya dan hanya bisa menangis kencang. Kenapa dunianya yang tenang harus kembali hancur, Faris tidak ingin jika ditempat ini ada yang mengenalinya sebagai Faris si kutu buku.

"Argh semuanya hancur" Teriakan Faris terdengar hingga lantai satu, Gala yang awalnya ingin memberikan makanan kepada Faris dibuat terkejut. Dengan cepat dia berlari ke atas.

"Mas Faris kenapa" Gala mengetuk-ngetuk pintu kamar Faris saat mendengar suara tangisan dari dalam. Gala berusaha membuka pintu tapi tidak bisa, sepertinya ada yang menahan pintunya.

"Mas jangan buat gue takut dong" Gala benar-benar panik saat tidak mendapat jawaban hanya tangisan yang semakin terdengar keras.

Karena takut terjadi sesuatu Gala memilih untuk mendorong pintu sekuat tenaga. Kecil-kecil begini Gala tenaga Gala masih lah seorang pria meski jika di bandingkan dengan Surya akan tidak ada apa-apanya.

"Aduh" Terdengar suara teriakan saat pintu berhasil terbuka, Gala langsung masuk dan melihat Faris yang jatuh dengan keadaan tersungkur kedepan.

"Mas Faris kenapa?" Gala langsung membatu Faris agar duduk di ranjang.

Keadaan Faris yang berantakan membuat Gala panik, belum lagi dia melihat ada kissmark di leher. Gala yakin jika tanda itu tidak hanya satu, otak kecil Gala jadi berpikiran negatif.

"Mas Faris minum dulu" Gala memberikan segelas air yang ada di meja kecil samping tempat tidur, tidak tau itu air minum atau bukan.

Setelah Faris sedikit tenang, Gala mulai bertanya. "Mas Faris sebenarnya kenapa?"

Faris menghela nafas panjang agar tenang, emosi yang tadi teredam mulai muncul lagi. Tapi Faris tidak boleh terbawa emosi lagi, dia harus tetap tenang agar bisa berpikir jernih.

"Saya ada masalah sama mantan saya" Faris tidak mengatakan dengan jelas.

"Jangan bilang mantan mas Faris sakit hati terus perkosa mas Faris" Gala memasang wajah terkejut, jadi penyebab Faris menangis histeris karena mantannya yang brengsek.

"Bukan gitu, semalam kita emang sama-sama mau buat seks" Ya meski semalam Faris tidak sadar tapi dia tidak keberatan. Anggap saja hubungan keduanya hanya sebatas teman semalam saja tidak lebih.

"Mas Faris kenapa sih mau aja kayak gitu, udah mantan masih minta jatah" Gala tidak habis pikir dengan orang yang suka gratisan seperti itu. Jika tidak punya pacar ya beli saja jangan menyusahkan mantan dengan masih meminta jatah.

"Sebenarnya saya sudah lama putus dan kita tidak ada hubungan sampai semalam, lagipula itu hanya hubungan semalam jangan dianggap serius"

Bukan hal yang aneh jika kenal di club malam, menghabiskan waktu bersama lalu berubah tidak saling mengenal keesokan harinya. Hubungannya dengan Gara anggap saja seperti itu, tidak usah terlalu dipikirkan.

Meski Faris masih syok dengan kemunculan Gara yang tiba-tiba tapi dia akan berusaha untuk bersikap biasa saja, tidak perlu menghindar yang akan memberikan kesan jika dia masih belum bisa mone on.

"Mas kalo boleh tau kenapa dulu kalian putus?" Jika mereka bisa sesantai ini, masalah penyebab kandasnya hubungan mereka pasti tidak rumit kan.

"Dia jadiin saya taruhan sama temennya, dia pacaran sama saya karena kalah taruhan" Faris kesal jika mengingat ucapan Gara saat memutuskan hubungan dengannya.

"Bangke lah, mas jangan mau balikan sama cowok kayak gitu" Gala kelas sendiri mendengarnya, kenapa ada orang bodoh yang mempermainkan perasaan orang lain seakan itu bukan sesuatu yang berharga.

"Saya juga mikir-mikir kalo mau balikan, kata-kata dia yang nyakitin saya, masih teringat jelas"

Kata-kata menyakitkan yang Gara berikan saat itu bisa membuat Faris seperti sekarang, mampu jadi orang yang mandiri dan tentu saja tampan. Jika waktu itu Gara tidak menghinanya manja, kutu buku, banci dan banyak panggilan lainnya.

Masih Faris ingat bagaimana ekspresi Gara yang mengatakan jika dia tidak akan suka dengan laki-laki, tapi sekarang dia malah suka bercinta dengan lubang belakang bukannya perempuan berdada besar.

Karma benar-benar berlaku sekarang dan keadaan berbalik, Gara yang dulunya sombong sekarang tidak bisa mengangkat kepalanya untuk menatapnya. Rasanya masih belum puas membuat Gara menyesal, Faris masih ingin Gara terus merasa bersalah atas semua perkataannya.

"Mas ketemu dia lagi kapan sih, bisa-bisanya malah ngewe" Jika Gala yang jadi Faris jangan kan bercinta untuk satu ruangan dengan mantannya saja dia tidak akan mau.

"Semalam, di club malam yang termasuk elite"

"Mas Faris mikir apa sih waktu di ajak ngewe sama dia" Gala kesal sendiri saat mendengar kisahnya, kenapa banyak sekali laki-laki yang brengsek dan tidak tau malu seperti mantan Faris.

"Gak mikir apa-apa udah kepalang sange jadi ya udah" Jujur saja Faris memang tidak memikirkan apapun selain seks malam itu.

"Gak ngerti lagi deh sama mas Faris" Gala tidak mengerti kenapa Faris bisa memiliki pola pikir yang seperti itu. Mantan yang sudah menyakitinya saja masih diperlakukan sedikit baik.

Meski sudah lama dan mungkin masalah itu sudah berlalu, tapi rasa sakit hati karena di permainkan pasti masih ada. Memaafkan bukan berati melupakan, sama halnya dengan pepatah yang mengatakan jika luka fisik bisa sembuh sedangkan luka hati akan membekas sampai mati.

Luka fisik ada obatnya sedangkan luka hati belum tentu ada obatnya, makanya jangan pernah menyakiti hati orang lain entah dengan sikap, perkataan atau perbuatan. Kita tidak tau hati manusia lain, karena manusia itu makhluk yang dinamis bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisinya.

###

TBC

Kalian ada gak sih temen yang kayak gitu udah jelas mantannya kek tai, tiap di hubungi masih di respon baik

Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang