halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen
happy reading
###
Gara mengunjugi Faris hari ini, sudah seminggu Faris tidak sadarkan diri dokter mengatakan jika semuanya baik-baik saja dan keadaan Faris membaik dari hari ke hari. Selama seminggu ini Gara dan Firda bergantian menjaga Faris.
Gara kembali ke rumah sakit tidak sendiri melainkan dengan Gara dan Gilang. Saat dia mengambil barang yang diinginkan Firda dia bertemu dengan keduanya, karena khawatir mereka memaksa untuk ikut.
"Kalian jangan berisik, terutama kamu Gilang" Gara mengingatkan mereka untuk tetap tenang di rumah sakit.
"Kita bukan monyet bang, lagian kita gak bodoh buat bikin rusuh di RS" Gilang menjawabnya dengan kesal, kenapa Gara mengatakan jika mereka ini biang masalah.
Begitu memasuki ruang rawat Faris, Gala dan Gilang langsung berkaca-kaca mereka tidak bisa menahan perasaan sedih. Mereka tidak mengira jika keadaan Faris akan begitu menyedihkan, dengan kaki dan kepala terbalut perban ada juga beberapa luka gores yang mengering dibagian wajah.
"Pak kenapa mas Faris bisa kayak gini?" Gala belum tau kronologi kecelakaannya.
"Mobil Faris berguling beberapa kali setelah tertabrak, beruntung mobilnya tidak meledak" Gara menjelaskan dengan singkat, rasanya terlalu berat untuk menceritakan detailnya.
Keduanya tidak berlama-lama menjenguk Faris, mereka tidak tega melihat Faris dengan keadaan seperti itu. Sepeninggal Gala dan Gilang, Gara hanya duduk di kursi yang tunggu. Matanya tidak pernah lepas dari tubuh Faris yang berbaring di ranjang.
Gara tidak ingin melewatkan sedikit pun pergerakan yang Faris lakukan. Jika di novel atau film bagian tangan akan jadi yang pertama bergerak jika pasien mendapatkan kesadarannya. Gara mengharapkan hal itu segera terjadi, tapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda apapun.
"Saya harap kamu segera sadar" Gara memberikan kecupan di punggung tangan Faris.
Gara duduk di sofa, menyandarkan tubuhnya yang lelah. Selama seminggu ini Gara tidak bisa beristirahat dengan tenang, setiap malam Gara akan memimpikan hari dimana dia mendapatkan telfon dari polisi mengenai kecelakaan Faris.
"Cepat sembuh ya, saya menunggu kamu" Gara menatap Faris.
Mata Gara berangsur menutup, dia kurang tidur selama beberapa hari ini. Mungkin terlalu lelah Gara jadi bisa menutup matanya setelah duduk dan bersandar selama beberapa menit.
Malam datang dengan cepat Gara yang awalnya tidak sengaja tertidur terbangun dan melihat langit sudah gelap. Dia bangkit untuk menutup gorden jendela, Gara menatap Faris yang masih memejamkan mata.
Gara melihat jam di dinding ternyata sudah pukul tujuh malam, merapikan selimut Faris sebelum keluar untuk membeli makanan. Saat Gara menyentuh tangan Faris, dia merasakan jari kelingkingnya bergerak pelan.
Tidak ingin berhalusinasi Gara memastikan sekali lagi, dia memegang dengan lembut tangan Faris. Gara merasakan jika genggamannya berbalas meski dengan kekuatan pelan, jika tidak dirasakan dengan baik tidak akan terasa.
"Kamu sadar kan, ayo bangun sayang" Gara memberikan dorongan, dokter bilang Faris masih bisa mendengar meski dia tidak sadarkan diri.
Meski tangan Faris tidak memberikan genggaman berarti, tapi Gara melihat kelopak mata Faris bergerak pelan dan berangsur-angsur terlihat jelas pergerakannya. Faris pasti akan membuka mata Gara optimis dengan hal ini.
"Ayo bangun, saya sudah menunggu kamu" Gara benar-benar senang melihat Faris akan membuka matanya.
Mata yang selama seminggu tertutup itu terbuka perlahan, mungkin karena belum terbiasa dengan cahaya yang masuk mata itu berkedip beberapa kali. Gara yang melihat itu tidak bisa menahan tangisnya, air matanya mengalir begitu melihat mata Faris terbuka.
"Dokter, saya harus panggil dokter" Gara berkata dengan panik, dia langsung menekan tombol yang ada di atas ranjang. Saking bahagianya Gara sampai lupa untuk memanggil dokter.
Dokter masuk dan memeriksa keadaan Faris, melakukan beberapa tes fisik. Setelah memastikan semua baik-baik saja dokter merencanakan untuk melakukan tes tambahan setelah Faris membaik sepenuhnya.
Gara menghampiri Faris yang tengah linglung, sepertinya dia masih kebingungan. Gara memberikan segelas air, dokter bilang Faris sudah bisa mengkonsumsi makanan lunak. Untuk pertama kali sebaiknya minum air dulu, karena selama seminggu Faris tidak memakan apapun.
"Minum dulu okay, nanti akan di antarkan makanan" Gara membatu Faris untuk minum.
"Lo siapa?" Pertanyaan Faris membuat Gara mematung.
Dia tiba-tiba ingat dengan perkataan dokter, keadaan motorik Faris baik-baik saja tidak ada masalah kecuali sedikit kaku karena terbaring selama seminggu lebih. Ternyata Faris mengalami hilang ingatan, entah itu semua ingatannya atau hanya sebagian.
"Kamu gak ingat saya?" tanya Gara.
Faris menggeleng karena memang benar tidak mengingat orang ini meski dia merasa jika ada perasaan familiar. Mungkin dia memang mengenalnya tapi tidak mengingatnya, Faris jelas menyadari jika dia baru saja kecelakaan.
"Kamu ingat nama dan kenapa kamu bisa di rumah sakit?" Gara bertanya, bukan tanpa alasan dia takut jika Faris kehilangan semua ingatannya.
"Gue inget, nama gue Faris dan kenapa gue bisa disini itu gara-gara kecelakaan mobil" Faris menjawabnya dengan mantap.
Faris masih ingat jika baru saja kecelakaan mobil, dia ingat dengan jelas jika mobilnya terguling beberapa kali setelah tertabrak truk dari arah samping. Ingatannya baik-baik saja menurutnya tapi dia merasa ingatan tentang pria tampan ini tidak ada.
"Yah tidak udah dipikirkan, kamu istirahat saja agar cepat sembuh" Gara mengatakan ini agar Faris tidak terlalu memikirkannya hingga mempengaruhi kesehatannya.
"Oke kalo gitu, btw nama lo siapa?" Faris bertanya namanya karena tidak nyaman jika tidak mengetahui nama orang yang menjaganya ini.
"Raden Sagara. Kamu bisa panggil Gara"
Setelah mengetahui nama Gara, Faris mengistirahatkan tubuh dengan nyaman. Sedangkan Gara memilih untuk keluar ruangan, dia jelas masih kebingungan dengan ini. Dia tidak tau harus bereaksi seperti apa, senang atau harus sedih.
Tapi yang paling membingungkan adalah sikap apa yang harus dia ambil. Gara bingung harus bersikap sebagai teman atau bersikap seperti sebelumnya, Gara jelas ingin bersikap seperti sebelumnya tapi takut Faris merasa tidak nyaman karena sekarang ini mereka seperti orang asing.
"Gue tanya Gilang aja lah" Gara memutuskan untuk menelfon Gilang.
Gara memanggil nomor Gilang tapi setelah beberapa kalo percobaan telfonnya tidak di angkat. Gara mencoba terus hingga akhirnya telfon itu di angkat.
"Bang ngapain sih telfon malem-malem gini ganggu orang lagi ngewe aja" Belum juga Gara berbicara Gilang sudah mengomel duluan.
"Maaf ganggu kamu, saya cuma butuh saran"
"Saran apaan bang?"
"Faris sudah sadar tapi dia melupakan saya, sekarang ini saya bingung harus apa"
"Mas Faris udah sadar? gimana keadaannya sekarang" Gilang langsung bersemangat saat mendengar Faris sudah sadar.
"Faris baik-baik saja, ayo kasih saya saran"
"Abang mau yang baik apa jahat, gue ada dua opsi soalnya"
"Saya dengarkan dulu keduanya biar nanti saya putuskan"
"Saran baiknya Abang deketin aja mas Faris kek orang asing, maksudnya gini Abang mulai semuanya dari nol. Kenalan ulang mulai dari nama dan apa yang di suka, bang Faris cinta kan sama lo jadi dia bakal mudah terima lo"
"Itu saran baik kalo saran jahatnya?"
"Gampang, Abang ngaku aja kalo pacar bang Faris. Bang Faris masih cinta kan sama lo jadi meski gak inget tapi alam bawah sadarnya tetep inget lo"
"Makasih buat sarannya" Gara mematikan telfonnya setelah mendengar saran Gilang.
Keduanya sama saja karena dasarnya dia harus mendekati Faris dengan perlahan, yang membedakan hanya status jika sayang yang pertama statusnya sebagai orang asing dan uang kedua sebagai pacar.
###
TBC
ini bakal milih yang mana ya di Gara

KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan
De Todoapa sih yang kalian lakukan jika mantan tiba-tiba muncul di hidup kalian dan merusak ketenangan hidup kalian, luka dan kenangan yang sudah terkubur dalam-dalam harus di buka lagi Start : 19 April 2024 Finis : 20 Juni 2024