bab 18.

2K 123 7
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Gara tengah duduk diam di tepi jembatan penyebrangan, pikirannya penuh dengan hal negatif. Setelah berbicara dengan Gala dan Gilang, Gara memikirkan keputusannya yang ingin mengajak Faris balikan. Dalam hatinya jelas tidak ingin diam saja, tapi otaknya terus memikirkan semua kemungkinan negatif yang akan terjadi.

"Kenapa hidup serumit ini" Gara menatap kendaraan yang berlalu lalang di bawah jembatan.

Gara tidak pernah merasa pesimis seumur hidupnya, baru kali ini dia takut untuk mencoba melakukan sesuatu. Gara takut akan resiko yang terjadi, padahal sebelumnya dia tidak pernah ragu dan bimbang dalam mengambil keputusan.

Sepertinya dia harus bercerita dengan orang lain, mungkin orang asing yang tidak dikenal bisa menjadi tempatnya bercerita tanpa di hakimi. Tapi siapa yang mau mendengarkan curhatan cinta orang yang tidak dikenalnya sama sekali. Hanya orang gila yang akan membuang waktu untuk mendengarkan orang asing bercerita.

"Kenapa ngelamun" Gara menoleh untuk melihat sumber suara. Ada remaja SMA yang berdiri disebelahnya, tidak ingin salah mengira jika dia yang diajak bicara Gara menoleh untuk melihat sekitar.

"Gue ngajak ngomong lo bang"

"Saya?" Gara menunjuk dirinya sendiri yang dibalas anggukan remaja laki-laki tersebut.

"Iya bang, lo gak ada rencana bunuh diri dari sini kan?"

"Tidak lah, memangnya wajah saya terlihat seputus asa itu" Gara sedikit keberatan dengan tuduhan remaja itu. Meski memang dia sedang frustasi, Gara tidak akan bunuh diri.

"Jujur ya bang muka lo kek orang yang lagi mikir utang 271 triliun, kalo lu ada masalah cerita aja ke orang lain jangan malah bunuh diri" Remaja itu mengeluarkan sebungkus rokok dan korek api. Mengambil satu dan membakarnya.

"Kamu masih SMA jangan sering-sering ngerokok" Gara menegur remaja itu, meski dia juga seorang perokok Gara tidak menganjurkan anak SMA seperti itu merokok.

"Cuma sesekali aja gue ngerokok pas lagi suntuk aja, kalo mau ambil aja bang" Remaja itu menyodorkan sebungkus rokok yang di pegang nya.

Gara mengambil satu dan membalasnya, menghirup asap beracun itu hingga memenuhi paru-parunya lalu menghembusnya perlahan. Bersama dengan hembusan asap rokok, Gara merasakan jika beban yang dirasakannya berkurang.

"Ada masalah apa sih bang kalo gue boleh tau"

"Sebenarnya bukan masalah yang berat, saya cuma lagi galau aja" Gara mulai bercerita lagipula dia butuh orang asing untuk memberikan saran.

"Galau masalah cinta bang?"

"Iya, saya pengen balikan sama mantan saya. Hubungan saya sama dia mungkin baik buat sekarang, tapi sebelumnya saya buat kesalahan yang benar-benar fatal sampai dia pergi ninggalin saya" Gara mengisap rokok itu lagi dan menghembus asapnya secara perlahan.

"Hubungan kalian baik itu artinya dia udah maafin lo kan, terus kenapa lo galau?"

"Saya ingin balikan sama dia tapi saya belum berani, takut jika kesalahan saya di masalalu masih membekas. Saya tidak ingin jika hubungan kami nanti kembali asing"

"Bang dengerin gue, setiap orang pasti pernah buat kesalahan dan setiap orang juga berhak untuk di maafkan jika mereka memang berniat memperbaiki kesalahannya dan meminta maaf. Kalo mantan lo udah mau buat berhubungan baik sama lo berati dia udah maafin lo, buat rasa sakit yang dia rasain di masalalu jelas gak akan ilang tapi mungkin dia udah berdamai dengan rasa sakit itu"

Gara mendengarkan apa yang remaja itu katakan, memang benar jika luka yang dia tinggalkan tidak akan menghilang, bahkan jika sembuh beks lukanya tetap ada. Faris bisa tidak membencinya mungkin karena memang bisa berdamai dengan masalalu.

"Saran gue, lo coba aja bilang perasaan lo ke dia. Kita hidup cuma sekali jangan menyia-nyiakan kesempatan keduanya yang ada karena bisa jadi itu kesempatan terakhir yang lo dapet" Remaja itu melanjutkan kalimatnya.

"Tapi kalo dia malah benci gue dan kita jadi asing gimana?"

"Bang, dia udah lo sakitin begitu parahnya tapi masih terima lo sekarang ini dan kalian berhubungan baik. Artinya di hati dia masih ada tempat khusus buat lo, asing itu gak mungkin karena dia bakal ngerasain sakitnya nahan rindu"

Gara ingin tertawa, mungkin bagi remaja seperti dia cinta memang seindah itu. Tapi bagi orang dewasa sepertinya, cinta tidak seindah dan semanis itu. Tapi mungkin perkataan remaja ini benar, cinta bagi orang dewasa memang mudah hilang dan setelah cinta itu hilang mereka akan jadi asing.

"Menurut gue, lo cuma butuh kepastian bang. Pengen tau perasaan lo ini di terima atau gak, kalo di tolak gue yakin lo pasti bakal berusaha buat berdamai dengan semuanya"

Setiap orang pasti hanya ingin kejelasan dalam hubungan, makanya banyak orang yang nekat mengungkapkan perasaannya meski sudah tau jika akhirnya akan di tolak. Penolakan itu pasti akan membuat sedih tapi itu hanya sementara setelah bisa menerima keadaan mereka pasti bisa kembali bahagia seperti sebelumnya.

"Terimakasih sudah mendengar curhatan saya" Gara berterimakasih, otaknya yang awalnya penuh pemikiran negatif sekarang sedikit lebih baik.

"Sama-sama bang, semoga emang jadi balikan. Gue balik dulu bang udah malem nanti di cari mama"

Setelah remaja itu pergi Gara juga ikut meninggalkan jembatan penyebrangan, dia mungkin akan mengajak Faris untuk balikan setelah Faris pulang dadi Bandung. Masih ada waktu beberapa hari untuk memikirkannya dan juga selama itu Gara akan berusaha untuk lebih dekat lagi dengan Faris.

Gara sudah memantapkan hatinya dengan penolakan Faris meski akhir-akhir ini dia sudah sedikit melupakan hal itu. Setelah bercerita dengan remaja tadi Gara merasa memang benar dia butuh kepastian. Sejak berpisah dengan Faris, Gara hanya ingin Faris mengetahui cintanya.

Gara masih tidak bisa menerima jika Faris menganggapnya tidak mencintainya dan hanya ingin memenangkan taruhan. Gara sebenarnya ingin mengubah persepsi itu, dia ingin Faris tahu bawah cinta yang dimilikinya sama besarnya dengan Faris.

"Oke harus siap dengan semua resiko, masih ada waktu sebelum Faris balik" Gara ingin memantapkan hatinya, setidaknya nanti dia tidak akan terlalu kecewa dengan jawaban Faris.

Saat Gara baru saja sampai di apartemen dan selesai mandi ponselnya berdering, nama Faris terpampang jelas sebagai penelfon. Dengan cepat Gara langsung mengangkat telfonnya, sebuah keajaiban Faris menelponnya terlebih dahulu.

"Halo Faris, kenapa telfon?" Gara takut jika Faris menghubungi nya karena butuh bantuan.

"Gak ada alasan sih, gue cuma gak bisa tidur maaf ganggu waktu istirahat lo"

"Gak kok, saya sudah pulang kerja sejak tadi. Kamu mau saya temani bicara sampai tidur?" Gara senang karena Faris mencarinya saat tidak bisa tertidur dimalam hari. Itu artinya dia lebih penting dari orang lain kan.

"Boleh, gue hari ini capek banget tapi gak bisa tidur gara-gara tinggal di tempat baru. Males banget tiap keluar kota gue butuh waktu buat bisa tidur nyenyak" Gara bisa mendengar jika suara Faris tidak bersemangat. Pasti sangat menjengkelkan jika kelelahan tapi tidak bisa tidur dengan nyaman.

"Mau saya nyanyikan lagu tidur?" Gara sebenarnya menawarkan secara asal, lagipula Faris sudah besar tidak mungkin mau mendengarkan lagu tidur.

"Boleh tolong nyanyi sampai gue tidur" Faris harus tidur malam ini, jadi dia menyetujui usulan konyol Gara.

Gara mulai menyanyikan lagu pengantar tidur, suaranya yang berat mungkin sedikit aneh jika menyanyikan lagu pengantar tidur. Faris yang mendengar suara Gara mulai mengantuk, dia merasa jika mendengar suara yang dikenalnya membuatnya merasa nyaman dan aman.

Setelah beberapa menit bernyanyi Faris berhasil tertidur. Gara yang merasa jika tidak ada balasan dari sebrang mengucapkan selamat malam sebelum akhirnya menutup telfonnya. Gara tersenyum puas, malam ini dia akan mimpi indah.

###

TBC

Ada ya mantan yang malemnya sleep call.

Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang