bab 22.

1.5K 86 0
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Gara memandang Faris yang berbaring di ranjang dengan banyak alat menempel di tubuhnya. Keadaan Faris masih kritis jadi Gada hanya bisa memandangnya dari balik pintu kaca. Dokter mengatakan akan memantau keadaan Faris, dokter memang berhasil menyelamatkannya tapi keadaan masih belum stabil jadi perlu pengawasan ketat.

Gara menghela nafas sebelum berbalik untuk pergi, dia tidak tega memandang Faris dalam waktu yang lama. Dengan banyaknya alat yang di pasang, Gara merasa jika Faris benar-benar kesakitan.

Hari ini dia mengajukan cuti, dia harus menjaga Faris sampai kakaknya kembali ke Jakarta. Gara sudah menghubungi kakak Faris pagi tadi dan akan sampai pada malam hari, Gara benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Gara duduk di kursi tunggu yang ada, ruang ICU tidak memiliki kursi tunggu pagi keluarga pasien. Jujur tubuhnya lelah karena belum beristirahat tapi dia tidak bisa beristirahat dengan tenang bahkan nafsu makannya juga ikut menghilang.

"Makan dulu" Gara mengangkat kepalanya, ternyata Rizal yang datang menawarkannya makanan.

"Nanti saya makan" Gara mengambil bungkusan yang Rizal berikan.

"Saya tau anda cemas dengan keadaan Faris, tapi seharusnya anda juga menjaga kesehatan jika anda tumbang siapa yang menjaga Faris" Rizal duduk di sebelah Gara, sebagai dokter dia juga harus mengingatkan keluarga pasien agar tetap menjaga kesehatan.

"Saya tahu, hanya saja belum nafsu makan" Gara tidak bisa menelan sedikitpun makanan setelah melihat keadaan Gara.

"Saya yakin Faris pasti akan sadar dan bisa melewati masa kritisnya" Rizal memberikan sedikit semangat, meski pasien hanya memiliki sedikit harapan.

"Faris akan sembuh kan?" Gara menatap Rizal dengan penuh harapan.

"Jika tuhan mengizinkan tidak ada yang mustahil, kami sebagai dokter hanya perantara meski kami sudah berusaha jika tuhan berkehendak lain  tidak ada yang bisa kami lakukan" Rizal tidak ingin terlalu memberikan harapan, karena dia jelas tau jika dia hanya perantara semuanya tergantung pada takdir yang tuhan berikan.

Sebelum pergi Rizal menepuk pundak Gara untuk memberikan semangat, dia hanya ingin menghibur karena mengerti jika Gara butuh dukungan agar tidak putus asa. Mereka mungkin tidak terlalu dekat jadi Rizal tidak ingin terlalu banyak bicara.

Gara yang mendengar penjelasan Rizal mendapatkan sedikit semangat, dengan enggan dia makan untuk memulihkan kondisi tubuh. Meski rasanya sangat sulit menelan makanan dari setiap suapan.

Hari setelah ini mungkin akan jauh lebih berat jadi Gara harus menjaga kesehatannya, Gara harus tetap sehat agar bisa menjaga Faris jika dia sudah sadar dan melewati masa kritisnya.

"Faris cepat sadar ya, saya tau kamu kuat" Gara bergumam, kata penyemangat yang dia katakan bukan hanya untuk Faris tapi juga untuk dirinya.

Tidak ingin terlalu suntuk Gara memilih untuk pergi ke taman guna mencari udara segar. Setidaknya menghirup udara di luar ruangan bisa menjernihkan pikirannya, di dalam otaknya benar-benar banyak pertanyaan yang tidak memiliki jawaban.

Wajahnya memang tenang tapi otaknya tengah berperang, Gara benar-benar butuh Faris disisinya. Gara tidak siap kehilangan Faris, jangan sampai dunianya runtuh karena ditinggal Faris. Meski dia optimis Gara tetap saja takut kehilangan.

###

Gara kembali ke rumah sakit pada sore hari, dia harus mandi dan berganti baju yang lebih layak. Dokter mengatakan jika keadaan Faris berangsur membaik, setelah pemeriksaan cedera kepalanya kemungkinan ada memberikan efek untuk Faris.

Dokter masih belum tahu apakah itu gangguan ingatan atau gangguan motorik, setelah Faris sadar barulah dokter mengetahui apa yang terjadi. Gara berharap jika Faris baik-baik saja ada apa yang dokter khawatirkan tidak terjadi.

Gara kembali ke rumah sakit tidak sendiri melainkan dengan kaka dari Faris. Ternyata dia memesan penerbangan pertama pagi ini dan bisa sampai dengan cepat, Gara tau pasti dia khawatir dengan keadaan adiknya.

"Gimana kata dokter tadi?"

Gara menghela nafas sebelum menjawab "Dokter bilang keadaan Faris membaik dan bisa lewat masa kritis tapi masih belum sadar" Gara bersyukur sekali saat dokter mengatakan jika Faris berhasil memasuki keadaan yang stabil.

"Lo udah tanya ke polisi gimana kronologi kecelakaannya?" Firda benar-benar ingin mengetahui penyebab kecelakaan adiknya ini.

"Tadi saya sempat ke kantor polisi, Faris mengemudi dengan kondisi dibawah pengaruh alkohol. Polisi mengatakan jika Faris menerobos lampu merah dan tidak menyadari jika ada truk dari arah kanan" Gara terkejut saat mengetahui penyebab kecelakaan.

Dia menduga jika setelah diantarkan pulang Faris pergi ke club malam sendirian, Gara tidak tau kenapa Faris memilih mengendari mobil dibawah pengaruh minuman alkohol. Tindakan yang benar-benar membahayakan banyak orang.

Gara jelas mengerti penyebab Faris pergi minum malam itu, tapi dia tidak mengerti kenapa Faris melakukan tindakan melanggar lalu lintas yang menyebabkan kecelakaan. Gara yakin Faris tidak akan sebodoh itu, pasti ada penyebab lain yang membuat Faris seperti ini.

Jika di lihat dari waktu kecelakaan dan jarak club malam tempat Faris minum, setidaknya ada sekitar lima kilometer. Waktu mobil Faris meninggalkan club dan waktu kecelakaan hanya berselang lima menit, kemungkinan jika Faris melakukan mobilnya dengan kecepatan diatas 60 km/jam.

Gara memikirkan keterangan dari pihak kepolisian, hingga tidak sadar jika sudah sampai di tempat parkir rumah sakit. Karena banyak pikiran dia sampai tidak fokus menyetir, syukurnya mereka tidak mengalami kecelakaan.

"Saya akan menunggu di kantin rumah sakit" Gara tidak ingin meninggalkan Firda menjaga Faris sendirian.

"Lo pulang saja gue akan jaga Faris, nanti kalo dia sadar atau ada apa-apa gue akan telfon lo" Firda merasa tidak enak jika terus merepotkan Gara untuk menemaninya menjaga Faris.

"Yakin?" Gara cukup berat hati menghilangkan rumah sakit.

"Iya, makasih udah jaga Faris semalaman" Setelah mengatakan itu Firda keluar dari mobil dan masuk ke rumah sakit.

Firda sendiri merasa kebingungan dengan hubungan Faris dan Gara, saat pertama kali bertanya Faris bilang jika Gara hanyalah teman biasa tidak ada hubungan yang spesial diantara keduanya.

Tapi setelah Firda melihat keakraban mereka jelas sekali jika itu bukan hanya pertemanan biasa, jika hanya teman tidak mungkin Faris menyimpan nomor Gara di dompetnya hingga orang pertama yang polisi hubungi adalah Gara.

Hubungan mereka berdua memang aneh, tidak ada teman yang dengan suka rela menjaga temannya yang kecelakaan. Masih wajar jika semalam tapi menjaga selama dia tidak sadarkan diri dan membantu membayar biaya rumah sakit tanpa ragu, itu hal yang cukup mengejutkan.

Firda tau jika adiknya itu menyukai laki-laki bukannya perempuan, melihat ada sosok lelaki yang perhatian melebihi teman membuatnya curiga dengan hubungan mereka. Firda bukannya jijik atau benci dia hanya ingin mengetahui apakah lelaki itu baik atau tidak.

Cukup satu kali Firda mendengar adiknya itu disakiti oleh lelaki brengsek yang tidak bertanggungjawab, Firda memang tidak tau siapa mantan Faris yang dengan tega menjadikannya bahan taruhan. Jika Firda mengetahuinya setidaknya dua atau tiga pukulan cukup untuk melampiaskan amarahnya.

Tapi sekarang Firda ingin mengkonfirmasi hubungan Faris dan Gara karena dimatanya Gara pria yang baik dan bisa diandalkan, Firda hanya butuh penjelasan hubungan mereka itu apa karena dengan begitu jika Gara menyakiti Faris dia bisa mengambil tindakan.

###

TBC

hubungan mereka gak jelas dan status mantan itu cuma status di mulut tapi tidak di hati.

Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang