bab 19.

1.9K 114 2
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Gara menatap layar ponselnya yang sudah menjadi gelap. Setelah mematikan telfonnya Gara merebahkan tubuhnya di ranjang. Gara mengenang kembali masalalu, setiap malah mereka pasti akan bertelepon sampai salah satunya tertidur.

"Kamu masih tidak berubah" Gara tersenyum tipis, Faris hanya berbuah secara penampilan untuk kebiasaan dan sifatnya masih sama dengan yang dikenalnya.

Gara memejamkan matanya bersiap untuk istirahat. Biasanya dia akan tidur setelah jam sepuluh atau sebelas malam, tapi malam ini dia ingin tidur lebih awal agar waktu cepat berlalu dan bisa segera bertemu dengan Faris. Baru sehari berpisah Gara sudah di buat rindu.

Tapi baru saja memejamkan mata, ponselnya kembali berdering. Kali ini nada deringnya berbeda jelas jika bukan dari Faris. Dengan malas Gara mengangkat telfonnya.

"Halo ada apa telfon malem-malem"

"Bang lo harus tau sesuatu, gue di club malam kan tapi gue lihat di Steve ada dua dong"

"Lang kalo kamu mabuk jangan telfon saya ini sudah malam saya ingin istirahat, lagipula ngapain kamu ke club malam jam delapan malam gini"

Gara menggerutu karena mengira jika Gilang mabuk di club malam saat jam baru menunjukkan pukul delapan malam, padahal tadi dia mengeluh lelah dan ingin istirahat tapi malah nyasar main ke club malam.

"Gue gak mabok bang, ini jelas masih sadar karena gue belom minum dan baru sampai, mending lo kesini dah buat mastiin gue agak curiga sama ini orang"

"Club mana yang kamu maksud"

"Club yang namanya Heaven"

"Oke saya kesana"

Gara bangkit setelah mematikan telfonnya, berganti baju santai dan berangkat ke club yang Gilang maksud. Gara tau club ini karena pemiliknya salah satu kenalannya, Gara juga berinvestasi di restoran yang dimiliki club ini.

Karena Gilang sudah menganggu waktu istirahatnya dan membuat moodnya tidak baik, Gara harap jika sesuatu yang ditemukannya adalah sesuatu yang besar. Gara ingin menunjukkan jika Steve tidak tulus dan mempunyai niat tertentu untuk Faris.

Butuh waktu sekitar empat puluh lima menit untuk sampai di club malam ini, begitu masuk Gara langsung di sambut dengan lampu warna-warni dan dentuman musik yang menekan telinga. Gara mencari dimana Gilang duduk, rupanya dia duduk tidak jauh dari tempat Steve dan sepertinya dia berusaha menguping.

Gara paham sekarang apa yang Gilang maksud dengan Steven ada dua, rupanya memang benar ada pria yang Gara kenal. Pantas saja Gara merasa Steve mirip dengan seseorang ternyata tebakannya benar, wajah Steve mirip dengan pria yang ingin membawa Faris beberapa bulan yang lalu.

"Bang sini" Gara mengangguk dan menghampiri Gilang yang ternyata duduk bersama dengan Rizal.

"Ini yang kamu maksud, bagus sekali gak sia-sia saya datang ke sini" Gara ingin menepuk kepala Gilang tapi di tepis Rizal.

"Jangan sentuh"

"Oke" Gara mengangkat tangannya sebagai gesture menyerah.

Gara duduk dan ikut menguping pembicaraan meja sebelah, beruntung tempat mereka ada di pojok jadi tidak begitu tersorot lampu ditambah lagi badan besar Rizal yang menghalangi mereka.

"Ternyata Steve ada kembaran dan dia ternyata bukan dari Jakarta tapi Bali, dia kesini karena kembarannya yang minta tolong sama kabur dari mantannya yang udah di tipu" Gilang menceritakan apa yang didengar sebelumnya.

"Kamu tau siapa ceweknya?" Gara berencana memberitahu keberadaan Steve kepada perempuan itu agar ada keributan.

"Sejauh ini belom ada"

Mereka kembali mendengarkan pembahasan dadi meja sebelah, ternyata tidak ada yang penting sekian informasi yang di dapat di awal. Tapi mereka tidak akan selamanya sadar kan, setelah mereka mabuk pasti akan ada informasi tambahan.

"Bang ternyata dugaan lo bener dong mereka ngincer bang Faris" Gilang berbisik ke Gara.

Jujur dia kaget mendengar ini, mereka ingin menipu Faris dan berniat untuk bercinta dengan Faris secara bergiliran. Gilang tidak menyangka jika ada orang yang akan melakukan hal seperti ini padahal sudah di perlakukan dengan baik.

"Di dunia ini gak semuanya yang terlihat baik itu baik" Gara memberi nasehat.

Dunia ini ada hitam dan putih yang melambangkan keburukan dan kebaikan, tapi pada kenyataannya hanya ada abu-abu warna yang tidak hitam juga tidak putih. Itu sama artinya dengan manusia yang tidak baik juga tidak buruk.

"Bang Faris harus tau ini biar ini cowok brengsek gak bisa dekat-dekat lagi"

"Faris pasti butuh bukti, disini jelas gak bisa buat ngambil rekaman apapun"

Rekaman video jelas bukan masalah tapi untuk rekaman suara jelas akan susah, suara yang direkam akan bercampur dengan dentuman musik. Gara sendiri tidak yakin jika jangkauan rekaman ponsel bisa lebih baik dibandingkan dengan telinga mereka.

"Terus gimana?"

"Nanti kita pikirkan lagi, buat saat ini cari informasi sebanyak mungkin"

Mereka terus mendengarkan, selama beberapa waktu tangan Gara terus terkepal menahan rasa kesal. Rencana mereka jelas lebih kejam dibanding dugaannya, orang licik ini berencana untuk memperkosa Faris dan merekamnya agar bisa digunakan untuk memeras uang Faris.

Rupanya kembaran Steve masih penasaran dengan Faris dan mengira jika dia kaya, karena memiliki hubungan dengannya. Pria itu pasti sudah tau tentang statusnya sebagai pemilik club, makanya setelah kejadian itu dia tidak terlihat di club.

"Sial kenapa namanya hanya Natasya tidak ada informasi lain" Gara mengumpat kesal, sebelum Steve ambruk dia hanya mengumpati nama Natasya.

"Tenang bang masalah ini biar gue yang urus" Gilang berencana untuk meminta bantuan temannya Cindy.

Gara tidak yakin tapi percayakan saja pada Gilang, dia merasa jika keberuntungan Gilang lebih besar. Seperti malam ini dia hanya berencana untuk minum tapi malah bertemu dengan Steve, jadi untuk yang ini percayakan pada keberuntungan Gilang.

Setelah tidak ada lagi yang bisa di dapatkan Gara memilih untuk pulang, meski Gilang sudah mengundangnya untuk minum. Dia ingin langsung pulang dan istirahat, rencananya untuk tidur lebih awal harus gagal malam ini. Semoga saja Faris menelfon lagi besok malam.

Gara kembali mandi, meski hanya keluar sebentar tubuhnya tetap saja berbau asap rokok, alkohol dan parfum wanita yang tidak sengaja bersentuhan dengannya. Gara tidak akan nyaman tidur dengan aroma yang bercampur tidak jelas, dan itu jelas akan mengotori seprainya.

Masalah Steve biarkan Gilang yang mengurusnya, Gara ingin fokus menyiapkan mentalnya untuk mengajak Faris balikan. Rencana awalnya dia ingin menyiapkan acara makan malam romantis, tapi setelah di pikir lagi Faris pasti tidak akan suka jadi dia hanya ingin mengajaknya menikmati keindahan kota Jakarta dari ketinggian.

Gara berencana untuk mengajaknya makan di restoran yang memiliki rooftop, setelah makan malam Gara akan mengungkapkan niatnya. Gara tidak menyiapkan kejutan mewah karena takut jika nantinya Faris malah merasa malu atau tidak enak untuk menjawab pertanyaannya.

Jika biasa saja Faris tidak akan terpengaruh saat menjawab ajakannya untuk balikan. Lagipula jika nanti Gara di tolak hal itu tidak akan jadi memalukan karena banyak yang melihat, tapi Gara berharap Faris akan menerima ajakannya.

Gara selalu tahu jika Faris masih memiliki cinta di hatinya, Faris hanya takut untuk kembali memulai hubungan dengannya. Rasa sakit yang dia berikan di masalalu membuat Faris takut kembali merasakan hal yang sama. Gara bisa mengerti ketakutan itu, lagipula siapa yang tidak ragu setelah di tipu dan disakiti.

###

TBC

Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang