bab 11.

1.9K 112 2
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Seperti janjinya kemarin Gara datang ke rumah Faris untuk menunjukkan koleksi hotwheels yang dimilikinya. Gara membawa beberapa koleksi nya dalam sebuah tas kecil, dia juga berencana untuk memberikan beberapa sebagi hadiah untuk Miko.

"Kenapa mukanya di jelek gitu? temen kamu kan dateng main" Faris hanya mendengus mengabaikan pertanyaan kakaknya.

Jika bukan karena kakaknya yang menyuruh Gara masuk, sudah pasti akan Faris usir sejak tadi. Ada rasa tidak tega saat Faris mendengar tawa cerita kedua keponakannya. Untuk sekali ini saja Faris membiarkan Gara datang dan tidak akan ada lain kali.

Faris memandangi Gara yang asik bermain dengan Miko, melihat ini Faris jadi mengingat saat mereka masih bersama. Gara pernah mengajaknya berkeliling kota untuk mencari hotwheels keduanya akan memasuki mini market untuk mencari hotwheels yang Gara inginkan.

Entah sekarang sudah berapa banyak hotwheels yang Gara miliki, saat masih kuliah saja sudah ada banyak di etalase kamarnya. Mungkin sekarang Gara sudah punya 2/3 etalase untuk memajang koleksinya.

Faris melotot kaget saat Gara mengeluarkan hotwheels yang pernah Faris belikan, hotwheels dengan harga murah dan seri yang lama. Faris ingat jika dia memberikan itu sebagai hadiah karena malu dengan hadiah itu Faris memilih untuk memberikan secara diam-diam.

Tapi Gara mengetahuinya dan memintanya untuk membubuhkan tanda tangan pada hotwheels itu. Faris tidak pernah mengira jika Gara akan tetap menyimpannya sampai sekarang.

"Ini hotwheels yang paling om sayang dan ini berharga buat om" Faris tersentak saat mendengarnya.

"Kenapa om padahal ini yang lama terus murah lagi"

Gara hanya tersenyum-senyum tipis, Miko benar harga hotwheels ini memang murah tapi yang mahal adalah kenangan dengan pemberinya. Gara tidak tau bisa mendapatkan nya kembali atau tidak.

Orang yang baik tapi sayang Gara sia-siakan, jika dia bisa memutar waktu dengan mesin waktu Doraemon Gara pasti akan kembali ke masalalu untuk memperbaiki kesalahan terbesar dalam hidupnya. Sayangnya tidak bisa dan Gara hanya bisa menyesali semuanya.

"Om tau Miko juga punya barang kesayangan" Gara langsung menatap Miko penasaran.

"Apa itu, om boleh tau"

"Bentar ya om" Miko berlari ke kamar yang di tempati dengan ibunya, kembali membawa boneka buatan tangan yang lucu.

"Lihat om ini boneka kesayangan Miko, ini bunda yang buat Miko kalo kemana-mana harus bawa ini kalo gak nanti gak bisa tidur"

"Mikha juga punya yang kayak itu om, bunda buat ini kembaran"

Gara paham dengan hal seperti ini tapi dia tidak menyangka anak sekecil Miko dan Mikha bisa memikirkan hal yang sentimentil seperti ini. Dia awalnya mengira jika barang yang Miko sayang itu mainan baru yang mahal ternyata hanya boneka buatan tangan biasa.

"Om dapet ini dari siapa?"

Gara terdiam sebentar, memikirkan jawaban yang mudah di mengerti anak-anak ini. Tidak mungkin kan jika dia langsung mengatakan jika ini diberikan oleh om mereka sendiri.

"Om dapet ini dari orang yang spesial buat om, dia nabung loh waktu beli ini buat hadiah ulangtahun om"

"Wah pantes aja masih om simpen" Gara tersenyum tipis mendengar penuturan mereka meski dia tidak yakin jika dua anak ini mengerti maknanya.

"Mikha sama Miko pernah nabung buat beliin ayah kalo ulang tahun, tapi ayah malah bilang kalo kado murahan kayak gitu gak bakal berguna buat ayah. Padahal kita rela gak jajan buat beliin ayah kotak bekal kembaran sama kita"

Mendengar ini Gara terdiam, awalnya dia hanya mengira jika keduanya anak-anak biasa yang gampang terkagum dengan sebuah barang. Semakin Gara mendengar cerita mereka semakin sedih hatinya, anak-anak manis dan ceria ini punya banyak kenangan buruk.

Mereka baru umur lima dan enam tahun tapi dipaksa mengerti keadaan orangtuanya yang tidak harmonis, mereka korban dari perasaan egois orang dewasa.

Gara membiarkan keduanya bermain dengan mainan yang dibawanya. Gara duduk di sebelah Faris menatap mereka dengan sendu, rasanya tidak bisa Gara ungkapkan saat melihat keduanya masih bisa tertawa meski hidup mereka tidak baik-baik saja.

"Gue baru tau kalo keadaan mereka selama ini gak baik-baik aja" Gara menoleh kearah Faris yang tiba-tiba membicarakan hal ini.

"Bukan salah kamu, setiap orang pasti punya masalah dan rahasia masing-masing"

Tidak ada yang salah dalam hal ini, karena pada dasarnya jika memang tidak cocok jangan dipaksakan untuk tetap bersama. Menyakitkan memang saat melihat anak-anak hanya tumbuh dengan satu figur orang tua. Tapi bertahan juga bukan jalan yang baik karena jelas akan menimbulkan banyak pertengkaran yang akan mempengaruhi pertumbuhan mereka.

"Seandainya gue lebih peka sedikit aja, mungkin udah dari lama mereka bisa terus senyum tanpa beban kayak ini" Faris menyesal kenapa dia menyadari dari awal jika keluarga kecil itu tidak baik-baik saja.

"Gue gak pernah mikir apa alasan keponakan gue selalu senang tiap gue ajak main keluar, kenapa gue gak pernah tanya kenapa kakak gue jadi sering minta uang, dan kenapa gue gak bisa tau kalo bajingan itu pinter pura-pura"

Pertanyaan-pertanyaan ini yang menghantui Faris belakangan ini, kenapa dia mengaggap jika keponakannya ini senang bersamanya karena rindu. Padahal bisa jadi itu cara mereka agar tidak terlalu sedih melihat orangtuanya yang bertengkar.

Faris juga mengira jika kakaknya jadi semakin boros tanpa bertanya apa penyebabnya, banyak hal yang Faris sesali tapi yang jadi penyesalan terbesarnya adalah dia percaya dengan semua yang dikatakan iparnya.

"Jangan sedih, gimana kalo kita ajak mereka jalan-jalan mumpung hari minggu" Gara tidak tega melihat wajah tertekan Faris. Rasanya pasti marah melihat satu-satunya keluarganya diperlakukan seperti itu.

"Boleh lah" Faris setuju, tidak ada gunanya diam dan menyesali semuanya yang harus dilakukan sekarang adalah membuat kakak dan keponakannya bahagia.

"Sana bilang sama kakak kamu dan ajak mereka berdua mandi" Gara tersenyum tipis saat melihat Faris mendapatkan kembali semangatnya.

Faris selalu seperti ini, dia akan merasa putus asa tapi setelah mendapatkan sedikit semangat dan dorongan dia akan kembali mendapatkan harapan. Gara senang Faris masih sama seperti dulu tidak banyak yang berubah.

Mereka hanya pergi bersama keponakannya, kakaknya tidak ikut karena sibuk mempersiapkan keberangkatannya ke Batam meski Faris sudah bilang jika tidak udah pergi sebagai adik dia masih mampu menghidupi mereka. Dasar kakaknya yang keras kepala dan punya gengsi tinggi, dia tidak mau hidup menumpang dengan adiknya.

Karena sudah siang Gara memilih untuk mengajak mereka ke sea world, cuaca sedang panas terik dan suhu diluar rumah mencapai 38° Celcius. Tidak baik berjalan-jalan di luar ruangan karena bisa menyebabkan dehidrasi dan kulit terbakar.

Cuaca semakin hari semakin tidak stabil, jika panas akan sangat panas dan jika hujan sering terjadi hujan lebat bahkan badai.

"Kalian jangan lari-lari ya nanti di dalam" Faris mengingatkan mereka berdua takutnya nanti mereka berlarian dan hilang dari pengawasan.

"Siap om" Keduanya memberikan pose hormat, Faris yang gemas mengusap kepala keduanya.

Begitu masuk mereka langsung di sambut dengan aquarium besar berisi banyak ikan, Mikha dan Miko langsung mendekat melihat dengan kagum ikan-ikan yang berenang bebas. Ada juga beberapa aquarium kecil yang berisi ikan hias warna-warni, Faris banyak mengambil foto mereka berdua rencananya nanti akan di cetak dan di pajang di ruang tamu.

###

TBC

Siapa yang punya emak demen koleksi foto anaknya, sampai-sampai dinding ruang tamu penuh foto 😭😭😭

Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang