Malam yang dijanjikan tiba, malam minggu yang tertulis di atas kertas kuning, iya, undangan makan malam di kediaman Keluarga Rajatta. Sekitar 30 menit aku berdiam diri dikamar sambil memandang lemari pakaian yang terbuka lebar yang beberapa lembar diantaranya sudah tergeletak diatas kasur. Sungguh ini sulit bagiku, memilih pakaian yang pantas dan cocok untuk diperlihatkan kepada keluarga elit Rajatta.
"Aaal cepetan udah mau jam tujuuuuh." Teriak kak Jihan dari balik pintu kamarku.
Aku pun membuka sedikit pintu kayu itu, dan berbisik kepada kak Jihan yang kulihat sudah cantik dengan pakaian sederhananya.
"Sini kak, bingung gue pake baju apa."
"Yaelah Al, apa aja kali, cuma bbq kan?" Kata kak Jihan sambil memasuki ruangan ku.
"Lo kok bajunya simpel amat sih?" Tanya ku sambil menarik sedikit kaos yang ia kenakan.
"Yang dateng kan paling tetangga, udah kenal semua kali Al, ngapain ah rapi-rapi." Jawab kak Jihan sambil memilihkan baju untukku. Aku pun hanya terduduk di atas kasur dengan kaos oblong yang kukenakan.
"Pake kaos itu aja, tapi ganti celananya yg 3/4, terus pake jaket ini, jangan lupa iket rambut lo biar nggak berkibar kemana-mana, udah lo cakep, Libra bakal naksir deh." Kata kak Jihan sambil melemparkan jaket biru kehitaman yang ia belikan sewaktu dirinya liburan ke Jepang tahun lalu.
"Gue nggak mau bikin dia naksir kok." Aku pun menerima saran kak Jihan dengan memakai jaket pemberiannya itu.
Aku dan kak Jihan pun keluar dari kamar dan langsung melesat ke lantai 1. Melihat Shanin yang dengan hebohnya berdandan aku dan kak Jihan tak kuasa menahan tawa.
"Bentar ah yah, Shanin suruh ganti baju dulu, malu maluiiin." Kataku sambil mencubit pipi Shanin.
"Iih kan katanya makan malem kan?" Kata Shanin sambil cemberut.
"Bbq Nin, pasti di halaman rumahnya, kalo kamu pake gaun begini ntar dikira badut ulang taun. Aku sama Al aja cuma pake celana jeans." Kata kak Jihan.
"Aku kan mau cantik kak, katanya anak keduanya pak Rajatta seumuran loh." Shanin tetap kekeuh dengan pilihan bajunya.
"Ganti ah maluu." Paksa kak Jihan.
"Iyadeh bentar." Shanin menyeret langkahnya, berlalu menuju kamarnya.
"Kasihan loh kak, dia begitu juga cantik." Kata ibu.
"Ibu sendiri kan pake baju simple, ayah juga cuma polo shirt kalo dia pake baju menor begitu nggak pas lah." Kata kak Jihan.
"Nggak apa-apa lah kak, dia maunya pake yang begitu." Kata ibu.
"Udahlah kak, dimata ibu kan Shanin selalu cantik, selalu bener, nggak usah diganggu gugat penilaian ibu buat Shanin, anak kesayangan sih." Aku pun merebut kunci mobil yang dipegang ayah. Dengan malas aku langsung keluar menuju garasi.
"Al.." Selagi aku berjalan, aku bisa mendengar bisikan ibu yang memanggil namaku itu, tapi entah mengapa aku sama sekali tidak mau menghiraukan panggilan manis itu, dan aku bisa melihat ayah memeluk ibu yang sedikit meneteskan air mata, dari balik kaca mobil sedan yang terparkir digarasi rumah ini.
***
Ternyata tamu-tamu sudah ramai di halaman belakang rumah pak Rajatta. Kebanyakan tamu yang datang tak lain adalah para tetangga, teman dekat, dan beberapa saudara pak Rajatta.
"Heeei Hermawan!" Sapa pak Rajatta seketika ia melihat tubuh ayah yang jangkung dibandingkan tamu-tamu lain.
"Yoo Raja!" Ayah menyambut sapaan itu dengan gaya anak muda sambil memberi tos ditelapak tangan pak Rajatta.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Was Always You
Teen FictionKau datang Membuat kebahagiaan juga datang Membuatku terbang menembus angkasa Menoreh senyum menuai tawa Kau yang pertama datang, kau pula yang pertama pergi Maukah kau sekali lagi menoleh kepadaku? Memberi senyum termanismu? Hei Libra Rajatta, liha...