Part 23: Back

1.5K 95 3
                                    

6 Agustus 2015

"Al buruan kalau mau ikut gue berangkat. Gue ada kelas pagi." Suara Kak Jihan menggema di telingaku, dan itu membuatku tersadar dari alam bawah sadar.

"Hah?" Kataku sambil mengucek mata.

"Kemaren katanya lo mau berangkat sama gue?"

"Gue berangkat sendiri aja deh. Kepagian ntar, males."

"Bareng gue aja deh." Bujuk Kak Jihan.

"Lah? Berangkat mah berangkat aja. Masih pagi banget ini. Gue males."

"Al, pliiis." Kak Jihan pun menarik selimutku.

"Noooo."

"Lo anter gue ke kampus deh, abis itu mobil lo bawa aja ke sekolah."

"Tapi gue nggak mau ngejemput lo."

"Iya, gue pulang bareng temen."

"Hm? Temen? Cowok baru lagi?" Tanyaku dengan nada menggoda.

"Diem, udah mandi gih."

"Namanya siapa Kak?"

"Udah lo mandi, ntar ceritanya di mobil." Kak Jihan pun mendorong punggungku ke arah kamar mandi.

Selesai mandi dan siap-siap, aku dan Kak Jihan turun ke dapur untuk membuat sarapan. Karena Ibu kelelahan begitu pulang dari Makassar, sekarang Ibu harus beristirahat penuh. Jadi aku membuatkannya sup krim dan Kak Jihan menyampurkan tuna kalengan dengan mayonais kemudian mengolesinya di atas roti.

Setelah menaruh sup panas di kamar Ibu. Aku dan Kak Jihan pamit untuk berangkat. Karena nanti mobilnya akan kubawa ke sekolah, akupun menyetir sedari rumah. Kampus Kak Jihan bisa terbilang jauh dari rumah dan ia tidak mau indekos, jadi kalau ada kelas pagi ia harus bersusah payah bangun lebih awal dari biasanya.

"Jadi, namanya siapa Kak?"

"Huf padahal gue udah berdoa biar lo nggak inget soal itu."

"Mana mungkin. Udah elah jawab. Gue udah mau berkorban bangun pagi demi lo nih."

"Iya, iya. Dasar, nggak iklas amat."

"Woooy namanya siapa?"

"Windra." Jawab Kak Jihan pelan.

"Windra? Yang punya kafe depan komplek? Emang lo ketemu dimana? Lo kan nggak pernah kesana? Katanya kan lo nggak suka bau kopi nempel di baju lo."

"Nanya nya satu-satu bawel."

"Yaudah ketemu dia dimana?"

"Kampus. Ternyata dia anak hukum juga."

"Terus? Kok bisa?"

"Ya dia nembak gue Al. Ya karena gue suka ya gue terima."

"Ih?"

"Apaan sih. Jangan jijik gitu. Gue yakin dia nggak bakal ninggalin gue kayak Libra ninggalin lo."

"Heh sembarangan. Dia nggak ninggalin gue."

"Buktinya sekarang mana? Nggak ada kabar."

"Sok tahu."

"Lah emang kan? Biasanya juga udah nongol di depan gerbang minta sarapan."

It Was Always YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang