Minggu. Libra masih berkeliaran di alam mimpinya, sedangkan aku terbangun oleh suara notifikasi pesannya yang berentetan. Segera kucari dimana benda segi empat itu berada, bermaksud untuk mengubah setelannya menjadi 'diam'. Setelah lama mengobrak-abrik perabot yang ada di dalam Rumah Pohon, ternyata, benda kecil itu ada di dalam kantung sang empunya. Libra yang masih tertidur itu bahkan tidak sadar begitu aku menarik handphone nya dari saku celananya.
Jujur, selama kami berteman, aku maupun Libra jarang sekali saling meminjam handphone. Dan itu membuatku terkejut dengan apa yang ia pasang sebagai wallpaper. Foto pertama kami saat berkunjung ke kedai kopi Windra. Aku pun tersenyum kecil, tapi senyum itu langsung sirna saat melihat siapa pengirim pesan berentet itu.
Rana.
Rana Tanujaya♥: Good morning sleepyhead :*!
Rana Tanujaya♥: Saya tahu kamu pasti belum bangun kan.
Rana Tanujaya♥: Saya ingin jalan-jalan ke Kota Tua sebelum datang ke pertemuan di Sudirman, kamu bisa temani?
Rana Tanujaya♥: Libra, hanya sebentar kok. Tidak sampai malam. Pertemuan saya jam 2 siang.
Rana Tanujaya♥: Mau ya? Saya ingin.
Rana Tanujaya♥: I'm waiting for your reply, babe.
Rana Tanujaya♥: Wake up :(
Rana Tanujaya♥: Btw, Alika benar pulang ke rumahmu? Kalau begitu salam ya buat dia, semoga saya tidak mengganggu acara kalian.
Tanpa sengaja aku menjatuhkan handphone Libra ke lantai kayu dan menghasilkan debum keras setelahnya. Libra terbangun dan menatapku dengan mata kantuknya. Sementara aku, kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan apa yang aku rasakan sekarang. Mungkin, hancur – ya kurasa itu cukup.
Aku baru ingat, waktu liburan di Pulau waktu itu, aku sempat memergoki Libra, Keenan, dan Ivan sedang membicarakan teman SMPnya. Ya yang bernama Rana. Libra menyebutnya teman SMP, tidak lebih, dan mood Libra anjlok ketika aku menanyakannya lebih jauh. Oh, Rana.
Libra masih menatapku dengan pandangan tidak mengerti. Tubuhku bergetar, dadaku terasa sesak. Susah payah aku menahan air mata yang mau meluncur deras, namun usahaku sia-sia, Libra akhirnya bisa menangkap air mata yang tadi menggenang di pelupuk mataku. Tanpa kata-kata, aku memberikan handphonenya yang masih menampilkan chat room dengan Rana. Saat itu juga, muncul satu pesan menyusul.
Rana Tanujaya♥: Hi babe, you already read mine, but you didn't reply. :(
Libra tertegun, namun aku mengabaikan ekspresinya itu. Aku duduk di tepian pintu Rumah Pohon, menyaksikan langit berubah menjadi biru terang. Diikuti desiran angin pagi yang dingin tapi menyejukkan. Dari tempatku duduk, aku bisa mendengar suara jemari Libra beradu dengan layar handphonenya. Tentu saja, membalas pesan Rana yang memintanya untuk pergi hari ini.
"Rana titip salam buat kamu Al." Kata Libra dari balik punggungku.
"Iya, salam balik buat dia ya." Jawabku tanpa beralih padanya.
Suara notifikasi terdengar lagi.
"Um, katanya, minta tolong sampein ke Nathan, terima kasih gitu, tadi malem dia nggak sempet bilang karena ngantuk." Jawab Libra sambil membaca pesan itu.
"Iya, nanti aku sampein ke Nathan, gitu." Aku pun tidak mendengar aduan jarinya lagi. Ia menaruh handphonenya di atas meja kecil di pojok ruangan.
![](https://img.wattpad.com/cover/41381516-288-k923925.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It Was Always You
Novela JuvenilKau datang Membuat kebahagiaan juga datang Membuatku terbang menembus angkasa Menoreh senyum menuai tawa Kau yang pertama datang, kau pula yang pertama pergi Maukah kau sekali lagi menoleh kepadaku? Memberi senyum termanismu? Hei Libra Rajatta, liha...