Part 25: End

2.8K 137 17
                                    


Sekarang giliranku yang harus berjuang untuk UN. Hampir setiap hari aku berkutat dengan kertas dan pensil. Sampai-sampai jam tidur ku terpotong setengahnya hanya karena belajar. Impian ku jauh, karena itulah aku bersikeras untuk mengambil bimbel dan tambahan kelas, agar aku bisa bertemu Libra dalam kondisi sukses seperti yang kuinginkan. Memiliki butik gaun pengantin, menjadi wanita karir yang sukses, memiliki klien dan pegawai.

Beberapa kali Ibu dan Ayah menyuruhku untuk istirahat dan mengatur ulang semua jadwal agar aku punya waktu luang, tetapi hal itu sama sekali tidak berujung pada sukses karena aku sudah terlanjur mengambil semua kelas yang kubutuhkan.

***

Hari ini aku sedang mengerjakan tugas bimbel sambil meminum es kelapa jeruk di kantin. Tiba-tiba Gia dan Mada datang membawa satu pak kartu dan bedak talek. Aku mengangkat daguku sambil membetulkan kacamata, begitu mereka menaruh dua benda yang sudah lama tidak kusentuh itu diatas meja.

"Pokoknya sore ini kita harus main!" Kata Gia.

"Nggak bisa Gi, sore ini gue ada diskusi." Jawabku sambil kembali pada kertas tugas.

"Ayolah Al, lo nggak mau minus mata lo nambah gara-gara tugas kan?"

"Sorry Gi, nggak bisa. Kalau mau hari Minggu. Baru gue ada bebas."

"Kelamaan, masa harus nunggu seminggu dulu cuma buat main sama sahabat?"

"Dunia nggak bakal ancur kok Al kalau lo nggak diskusi sore ini." Kata Mada sambil menarik bangku dihadapanku.

"Iya dunia LO nggak ancur, dunia gue yang ancur."

"Al, lo sadar nggak sih? Lo tuh udah kayak pacaran sama paper tahu nggak?!" Kata Gia sambil ikut duduk di sebelah Mada.

"Biarin lo mau bilang gue pacaran sama paper kek, yang pasti ini buat mimpi gue. Gue lakuin ini karena gue ada goal, gue ada kemauan. Kemauan kita nggak bakal kecapai kalau nggak dibarengin sama usaha Gi." Aku pun membereskan kertas dan buku yang berserakan di meja kemudian pergi meninggalkan Gia dan Mada tanpa pamit.

"Pasti karena Libra." Kata Gia.

"Sok tahu." Kata Mada, ia pun meninggalkan pacarnya itu dan kembali ke kelas.

***

Diskusi sore ini lumayan banyak yang datang. Padahal biasanya kalau diskusi Senin itu paling sedikit, selain karena UN sudah sebentar lagi, bisa dibilang pekan ini adalah pekan diskusi terakhir, karena mulai pekan depan sudah waktunya try out, try out, dan try out. Jadi untuk diskusi pun hanya sebatas personal, tidak akan dibuat forum sebanyak ini.

Kak Ghina memasuki ruangan bersamaan dengan laki-laki terganteng yang selalu datang telat, Juna. Dari awal aku masuk di bimbel ini, Juna sudah menaruh hati padaku, ia selalu mencari cara agar bisa duduk di sebelahku, atau bisa diskusi grup denganku, lantas hal tersebut membuat fans-fans Juna yang tidak sedikit patah hati dan memilih untuk menjauhiku.

Juna duduk disebelahku, karena hanya bangku itu yang tersisa. Sesaat, aku memutar bola mataku karena ia terlihat begitu senang. Tapi hal itu membuat seluruh perempuan dikelas melirik sinis kepadaku dan alhasil membuat Kak Ghina mengerutkan dahinya.

"Kalian kenapa sih? Udah siap kan bahan diskusinya?" Tanya Kak Ghina sambil menulis tanggal di papan tulis.

"Sekarang jadwalnya matdas loh ya." Sambungnya.

"Eh? Udah kok Kak. Cuman heran aja kok yang ganteng maunya duduk disebelah kutu buku." Jawab Billa – salah satu fans Juna – dengan ketus.

"Udah nggak jaman kali yang ganteng duduk di sebelah cewek populer. Lagian gitu-gitu Alika lebih cakep daripada lu Bil." Jawab Juna.

It Was Always YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang